My Authors
Read all threads
~~ The Vision ~~

Kumpulan cerita fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata.

#bacahorror @bacahorror @ceritaht
#belumhorror

PART 1
Sore itu Aku sedang berada di salah satu Mall yang khusus menjual barang-barang elektronik. Tujuanku berada di sana untuk membeli kartu grafis (VGA) baru karena VGA pada PC ku rusak dan sudah tak bisa diperbaiki.
Setelah berjalan melintasi beberapa toko komputer, Aku tertarik untuk memasuki salah satu toko yang menawarkan VGA dengan harga yang terjangkau untuk ukuran seorang Mahasiswa sepertiku.
"Ko, VGA yang ini stok nya masih ada?" tanyaku dengan menunjuk salah satu series VGA yang tercantum pada brosur yang disediakan toko itu.
"Kayaknya masih ada, tunggu sebentar ya saya cek dulu." jawab si pemilik toko lalu berjalan mendekati salah satu karyawannya.
"Coba kamu cek di gudang, VGA yang ini masih ada gak stoknya! Ada atau tidak ada stoknya langsung hubungi saya dari sana!" perintahnya yang samar-samar kudengar.
"Baik Ko, saya pergi dulu." jawab si karyawan dengan bergegas keluar toko menuju gudang sesuai perintah bosnya.
"Ditunggu ya, saya sudah menyuruh karyawan saya untuk melakukan pengecekan stok VGAnya. Barang lama soalnya, jadi lupa saya stoknya masih ada atau tidak." kata si pemilik toko setelah kembali duduk di depanku.
"Siap Ko, pasti saya tunggu. Btw, kalau stok lama, harga bisa lebih murah dong dari yang tercatat di brosur?" tanyaku sambil tersenyum.

"Gampang, bisa diatur itu." jawab si pemilik toko.
"Sip." kataku sambil mengacungkan jari jempol tangan kanan lalu berdiri dan mulai berjalan melihat barang-barang yang tersedia di toko itu.
Setelah beberapa menit aku kembali ke kursi tempatku tadi duduk ketika berbicara dengan si pemilik toko. Saat aku duduk, kulihat si pemilik toko sedang melamun. Tiba-tiba aku mendapatkan sebuah penglihatan mengenai apa yang si pemilik toko itu lamunkan.
Tanpa kusadari tiba-tiba aku berbicara:

"Jangan dilamunkan saja Ko, cepat jenguk Ayahmu sebelum terlambat. Dahulu mereka kecewa atas apa yang kamu pilih untuk diyakini, tapi itu kan dulu, mungkin saja sekarang sudah berubah. Tak ada ruginya untuk dicoba, bukan begitu Ko?"
Si pemilik toko kaget setelah mendengar semua ucapanku. Lalu dia berkata:

"Bagaimana kamu tahu apa yang sedang aku pikirkan?"
"Maafkan saya, tidak ada maksud untuk mencari tahu apa yang Koko pikirkan tadi, tapi terkadang dengan lancang gambaran itu saya terima dengan sendirinya." jawabku sambil menatap mata si pemilik toko.
"No problem. Btw, nama saya Chandra, tepatnya Chandra Wijaya." Dia menggeser kursinya maju mendekatiku lalu mengulurkan tangan kanannya.

"Saya Aydinlatici, panggil saja Aydin." kataku sambil menerima uluran tangan Chandra.
"Lalu menurutmu apa yang harus saya lakukan sekarang Ay?" tanya Chandra dengan wajah serius.

"Sepengetahuan saya Ayahnya Ko Chandra sedang dirawat di Rumah Sakit. Menurut saya sebaiknya Ko Chandra konfirmasi terlebih dahulu apakah informasi dari saya benar atau tidak.
Kalau benar sebaiknya sekarang juga berangkat ke Rumah Sakit. Tutup saja tokonya atau kalau merasa rugi jika toko ditutup, biarkan toko dikelola oleh karyawan yang Ko Chandra nilai bisa dipercaya.
Jangan pedulikan ucapan orang-orang yang nanti ditemui di Rumah Sakit, cukup niatkan saja tujuan ke sana untuk menjenguk. Insya Allah hubungan kalian berdua akan membaik begitu pula hubungan dengan saudara Ko Chandra yang lain." jawabku.
Chandra lalu mengambil HP di saku bajunya dan mencoba menghubungi seseorang.

"Ma, ini Chandra. Bagaimana kabar Papa?"
Setelah perbincangan itu Ko Chandra terlihat gusar, lalu dia memandangku kemudian berkata:

"Kamu benar, Ayahku koma dan sudah dirawat selama 5 hari di Rumah Sakit." Chandra menghela napas dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Apakah kamu bersedia menemaniku ke sana sekarang?" tanya Chandra.

Aku pun mengangguk tanda menyetujui untuk menemaninya ke Rumah Sakit.
Chandra kemudian bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri seorang perempuan yang memakai seragam khusus toko itu. Setelah berbicara sebentar, dia menolehku lalu menggerakkan lengan kanannya. Aku pun berjalan mengikutinya keluar toko.
Kami melangkah beriringan menuju lift. Awalnya kupikir kami akan langsung menuju area parkir, namun ternyata Chandra membawaku ke gudang tokonya terlebih dahulu.
"Kamu tunggu di sini, saya masuk dulu sebentar." Chandra mengarahkanku untuk menunggu setelah itu dia memasuki gudang. Tidak berapa lama dia keluar dengan membawa satu plastik kecil kemudian memberikannya kepadaku sambil berkata:
"Ini VGAnya, kamu tak perlu membayarnya. Anggap saja sebagai ungkapan terima kasih."

"Thank you Ko. Alhamdulillah, rizki anak sholeh." ucapku sambil tersenyum lalu memasukkannya ke dalam tas.
Chandra tertawa kecil atas kenarsisanku lalu kami pun segera melangkah ke area parkir dan memasuki mobilnya.

***
Setelah tiba di Rumah Sakit, Chandra terlihat gugup ketika keluar dari mobilnya.

"Santai Ko, niat baik Insya Allah akan berdampak baik." aku berusaha menguatkan niatnya.
Chandra mengangguk lalu menarik napas panjang dan menghempaskannya. Kami pun berjalan memasuki Rumah Sakit dan menuju lift. Setelah pintu lift terbuka kami memasukinya dan Chandra pun menekan tombol 5.
Lift berhenti dan pintunya terbuka, kami pun keluar dan melangkah menuju tempat para suster berjaga.

"Sus, kalau kamar no 9 sebelah mana ya?" tanya Chandra kepada salah satu suster.
"Bapak siapanya pak Adhi Wijaya? Dan ini siapa?" tanya suster itu menunjukku.

"Saya putranya sedangkan dia sahabat saya." jawab Chandra.

"Boleh lihat KTPnya pak?" pinta suster.
Chandra mengeluarkan dompet lalu mengambil KTP dan memberikannya.

Setelah KTP dilihat dan dibaca, suster itu mengembalikan KTP lalu memberikan berkas serta pulpen dan berkata:

"Silahkan pak Chandra dan temannya mengisi daftar kunjungan terlebih dahulu."
Aku dan Chandra lalu mengisi daftar kunjungan tersebut lalu suster itu mengantar kami ke ruangan Ayahnya Chandra dirawat.

"Ini ruangannya pak, silahkan masuk. Saya permisi dulu." ucap suster.

"Terima kasih Sus." kata Chandra lalu membuka pintu kamar dan memasukinya bersamaku.
Di ruangan itu tidak ada siapapun yang bersama pak Adhi. Chandra lalu menghampiri Ayahnya yang tergolek lemas di tempat tidur pasien. Dia duduk di kursi lalu memegang tangan Ayahnya.
"Pa, maafkan Chandra yang tidak berbakti kepadamu selama dua tahun ini. Cepat sembuh ya pa." ucap Chandra sambil menangis lirih.

Terdengar pintu terbuka, aku melihat seorang pria yang usianya lebih tua dari Chandra memasuki kamar.
"Ngapain lo ke sini hah?" Dia berteriak lalu mencengkram kerah Chandra dan menariknya lalu menghantamkan tubuh Chandra ke dinding.

Aku lalu berusaha melerai pertengkaran mereka.
"Maaf Ko, bukan saya ikut campur, namun apakah kalian tidak melihat situasi saat ini sedang di mana? Tolong selesaikan di luar secara baik-baik, biar pak Adhi saya yang menjaga." kataku sambil menarik pria itu dengan tatapan tajam.
Pria itu melirik pak Adhi lalu menatap Chandra dan berkata:

"Kita keluar." pria itu melangkah dengan emosi yang tertahan.

Chandra menatapku dan aku mengangguk sambil tersenyum memberi tanda memintanya untuk mengikuti pria itu. Chandra pun berjalan keluar bersama pria tadi.
Aku duduk di kursi yang tadi Chandra duduki. Kulihat selang oksigen yang tertanam di mulut pak Adhi dan jarum inpus menancap di tangan kanannya. Kuarahkan telapak tangan kananku di atas kepala pak Adhi dan telapak tangan kiriku menggenggam tangan kirinya.
Aku mengatur pernapasanku lalu kusalurkan energi kepada pak Adhi. Setelah hampir 10 menit, tangan pak Adhi yang kupegang bereaksi dan matanya mulai terbuka perlahan.
Dia menatapku penuh tanda tanya. Aku pun tersenyum dan berkata:

"Pak, Saya temannya Chandra. Saat ini dia sedang keluar sebentar, sepertinya dengan kakaknya. Bapak cepat sembuh ya dan saya harap hubungan bapak dengan Chandra membaik mulai saat ini."
Kulihat kedua mata Pak Adhi berkedip dan mengeluarkan tetesan bening di matanya. Kukeluarkan sapu tanganku dan menyeka air mata itu sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian Chandra & pria tadi memasuki kamar. Mereka tercengang melihat pak Adhi yg sudah sadar dari komanya dan segera menghampiri pak Adhi dengan senyum yang memancarkan kebahagiaan. Kulepaskan genggamanku & memberikan akses untuk mereka bercengkrama dgn pak Adhi.
Aku ikut bahagia melihat situasi hubungan mereka yang sudah membaik. Aku pun menepuk bahu Chandra lalu pamit untuk pulang. Chandra berdiri lalu memelukku erat dan berkata:

"Terima kasih ya Ay, ayo aku antar sampai rumah."
"Gak perlu Ko. Ko Chandra di sini saja, saya bisa pulang sendiri." ucapku lalu pamit kepada pak Adhi dan pria yang mungkin Kakaknya Chandra.
"Ay, kalau kamu membutuhkan bantuanku, jangan sungkan untuk menghubungiku ya." Chandra mengeluarkan kartu nama di dompetnya lalu memberikannya kepadaku.

"Siap Ko, sekali lagi thanks ya VGA nya."
Aku pun keluar kamar dan melangkah sendiri penuh kebahagiaan. Bahagia melihat pak Adhi yang sudah siuman dan tentu saja bahagia melihat hubungan mereka sudah kembali baik.

***
Bisa juga dibaca di Wattpad

my.w.tt/WrFVY5mKr3
~~~ PART 2 ~~~

Saat itu, tepatnya pukul 9, aku baru selesai mengikuti perkuliahan pagi. Ku melangkah menuju kantin kemudian membeli nasi dan lauknya untuk sarapan. Setelah membayar, aku pun mencari tempat duduk.
Situasi sangat ramai, aku hanya mendapatkan satu meja kosong di mana ada seorang mahasiswi yang sedang duduk di sana.

"Mel, kursi ini kosong?" tanyaku kepada mahasiswi yang merupakan adik tingkatku bernama Amel.

Amel tidak menjawab, pikirannya seperti yang melamunkan sesuatu.
"Mel." Sekali lagi aku memanggilnya.

"Eh, iya Kang. Ada apa?" jawabnya kikuk.

"Pagi-pagi sudah melamun. Kursi ini kosong?" aku bertanya sambil menunjuk kursi yang berada di depan Amel.

"Kosong Kang, silahkan duduk." jawabnya sambil tersenyum.
Aku menarik kursi lalu duduk dan mulai menyuapkan nasi ke mulutku. Setelah beberapa suap, aku mendapatkan sebuah penglihatan yang menggambarkan kondisi seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun yang dekat dengan Amel.
Tanpa sadar aku berkata:

"Anak itu tidak sakit Mel, hanya ada interaksi dengan makhluk penunggu kebun pisang yang dia datangi kemarin sore."

Amel lalu menatapku kemudian berkata:

"Maksud Akang Rizki, keponakanku?"
Aku lalu sadar kemudian minum & menghentikan aktivitas makan.

"Iya, keponakanmu." jawabku.

"Bagaimana Akg tahu kalau Amel sedang memikirkannya?" tanyanya dgn wajah penuh selidik.

"Tak sengaja tergambarkan begitu saja dipikiran Akg." jawabku sambil kembali menyantap makanan.
Amel membuka tas dan mengeluarkan HP lalu mengontak seseorang.

"Assalaamu'alaikum Ceu."

"Ceu bagaimana kondisi Rizki sekarang?"

"Apa kemarin dia bermain di kebun pisang pak Juhro Ceu?"

"Ada yang memberitahu Amel Ceu. Sudah dulu ya Ceu, Assalaamu'alaikum."
Dia menutup percakapannya lalu memandangku dengan wajah cemas.

"Kang, apa yang Akang sampaikan tadi benar kalau Rizki kemarin sore habis bermain di kebun pisang. Lalu Amel mesti bagaimana Kang?" tanyanya dengan nada gemetar.
"Kamu tenang dulu, Insya Allah Rizki baik-baik saja. Tapi kalau kamu sempat, pulang saja, nanti hubungi Akang kalau sudah sampai di sana." jawabku.

"Kalau begitu Amel berangkat sekarang Kang, do'akan Amel selamat sampai kampung ya." kata Amel sambil berdiri & merapihkan tasnya.
"Iya, kamu jangan banyak melamun di jalan!" kataku.

"Oke, saya berangkat ya Kang. Assalaamu'alaikum." jawab Amel dengan tersenyum lalu mulai melangkah.

"Wa 'alaikum salam. Mel!" panggilku.

Amel berhenti lalu menoleh kepadaku.
"Memangnya kamu sudah tahu no Akang?" tanyaku sambil tersenyum dan berdiri lalu menghampirinya.

"Astaghfirullah, Amel lupa Kang. Berapa no nya? Biar Amel dial" Dia membuka HP lalu mencatat no ku dan mendialnya, setelah terhubung dia menyimpan kontakku lalu kembali pamit.
Aku menatapnya lalu berdo'a:

"Ya Allah, aku mohon keselamatan untuknya sampai tempat yang dia tuju, Aamiin."

Aku pun kembali ke meja dan menuntaskan sarapan yang sempat tertunda.

***
Sekitar pukul 4 sore, ketika aku sedang asyik bermain games Championship Manager di PC, hp ku berdering. Terlihat nama Amel lalu aku menerima telepon itu.
Aku: "Assalaamu 'alaikum Mel."

Amel: "Wa 'alaikum salam Kang."

Aku: "Kamu sudah sampai kampung halaman?"

Amel: "Sudah Kang, ini Amel lagi di rumahnya Ceuceu, ibunya Rizki."
Aku: "Bagaimana kondisi Rizki sekarang?"

Amel: "Mukanya pucat Kang, soalnya susah makan. Kelakuannya kayak bukan Rizki Kang, apalagi tatapannya, Amel ngeri lihatnya."
Aku: "Sekarang Rizki lagi apa?"

Amel: "Lagi teriak-teriak gak jelas sambil ngeberantakin kamar. Amel mesti bagaimana dong Kang? Kasihan Ceuceu, nangis saja dari sejak Amel datang."
Aku: "Sekarang Amel siapkan air di gelas bening, kalau sudah sms Akang ya."

Amel: "Baik Kang. Amel tutup ya teleponnya. Assalaamu 'alaikum."

Aku: "Wa 'alaikum salam."
Setelah telepon ditutup, Aku segera ke kamar mandi untuk berwudhu. Kulihat hp dimana sudah ada pesan dari Amel. Aku lalu menyiapkan satu gelas berisi air bening dan menyimpannya diujung kanan sajadah kemudian shalat 2 rakaat.
Setelah selesai shalat Aku pegang gelas yang tadi sudah disiapkan lalu berdo'a meminta kesembuhan untuk keponakannya Amel. Air itu lalu aku minum sampai habis dalam satu napas.
Setelah meminum air, Aku merasakan kedatangan sesosok makhluk sehingga segera mengaktifkan perisaiku. Sosok itu berupa perempuan dengan paras cantik yang berusia sekitar 30 tahunan jika dia manusia.
Dia tersenyum namun memandangku dgn sorotan matanya yg tajam. Aku balik tersenyum lalu berkata:

"Perihal apa yg menyebabkanmu datang ke sini?"

"Jangan pura-pura tidak tahu kalau kamu telah membuat salah satu anakku kesakitan." jawabnya seperti bermaksud mengintimidasiku.
"Itu alasannya ternyata. Maaf, saya hanya akan menyentil siapa saja yg memang layak disentil. Seandainya anakmu tdk mengganggu keponakan adikku, maka tdk mungkin aku menyentilnya. Begitu pula tindakanku kepadamu tergantung dari prilakumu kepadaku." jawabku tidak kalah tegas.
"Oh jadi kamu menantangku?" tanyanya dengan lantang.

"Tidak ada keinginanku berurusan denganmu, namun maaf, aku pun tidak pernah takut jika harus berurusan denganmu." ucapku dengan menatapnya tajam.
Dengan tertawa sinis dia memancarkan sebuah sinar yg menyerangku. Alhamdulillah perisaiku mampu menghalaunya.

Aku pun tak tinggal diam, dgn membaca bismillah, Aku hentakkan energi mengarah kepada perempuan itu & cukup telak menghantamnya. Dia terjengkang lalu berusaha berdiri.
Perempuan itu menghilang tanpa ada sepatah kata yang terlontar untukku.

Aku lalu menghubungi Amel.

Amel: "Assalaamu 'alaikum Kang."

Aku: "Wa 'alaikum salam. Bagaimana keadaan Rizki sekarang Mel?"
Amel: "Rizki tiba-tiba tidur Kang setelah mengamuk tadi. Kira-kira menurut Akang bagaimana?"

Aku: "Insya Allah Rizki sudah sembuh. Air yang tadi kamu sediakan nanti sepertiganya dibasuhkan di kepalanya 3 kali seperti wudhu.
Basuh dari depan ke belakang mendekati leher lalu tarik lagi ke depan. Ingat dibasuh bukan dibasahi! Sisanya diminum setelah dia bangun."

Amel: "Baik Kang, terima kasih atas pertolongannya."

Aku: "Allah yg menolong, Akg hanya perantara saja. Jadi bersyukurlah kepada Allah Mel!"
Amel: "Iya Kang, Alhamdulillah."

Aku: Ya sudah Akang tutup ya Mel. Kalau ada apa-apa, segera hubungi Akang!"

Amel: "Iya Kang, sekali lagi terima kasih ya."

Aku: "Iya. Assalaamu 'alaikum."

Amel: "Wa 'alaikum salam."

***
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Amel meneleponku.

Aku: "Assalaamu 'alaikum."

Amel: "Wa 'alaikum salam."

Aku: "Ada apa Mel? Rizki kambuh lagi?"

Amel: "Alhamdulillah Rizki sudah sembuh Kang. Kelakuannya juga sudah Rizki banget."
Aku: "Lalu ada apa telepon Akang pagi-pagi?"

Amel: "Ngeganggu ya Kang, Amel nelepon Akang?"

Aku: "Nggak ngeganggu Mel, dari tadi Akang sudah bangun. Akang hanya was-was, takut ada apa-apa sehingga Amel nelepon Akang pagi-pagi."
Amel: "Oh, kirain Amel sudah ngeganggu Akang. Begini Kang, Insya Allah besok Amel kembali ke kampus, Akang mau dibawain apa dari sini?"

Aku: "Nggak perlu bawa apa-apa Mel, kamu selamat nyampe sini juga cukup bagi Akang."
Amel: "Ih Akang, malah ngegombal. Ini Mamah sama Ceuceu yang nyuruh, katanya sebagai ungkapan terima kasih."

Aku: "Serius Mel, siapa yang ngegombal. Bilang sama Mamah dan Ceuceu gak perlu repot mesti ngasih Akang segala."
Amel: "Pokoknya Amel maksa, Akang mau dibawain apa?"

Aku: "Ya Allah. Ya sudah terserah Amel saja, tapi kalau makanan jangan yang keras atau liat, gigi Akang sudah gak asyik sama yang keras-keras dan liat-liat."
Amel: "Oke. Amel tutup ya Kang, mau belanja dulu, soalnya lagi di pasar. Assalaamu 'alaikum."

Aku: "Wa 'alaikum salam."

***
Keesokan harinya Amel ke kostanku. Dia memberikan sebuah kotak yg sudah dirias layaknya memberi kado.

"Ini apaan isinya Mel? Dirias segala bungkusnya." tanyaku sambil menahan tawa.

"Ih Akang malah ngejek, gak senang ya Amel ngasih sesuatu ke Akg." kata Amel seperti sdg merajuk.
"Siapa bilang gak suka, Akg suka kok, pake banget malah. Tadinya Akang pikir Amel akan ngasih makanan khas kampung Amel yg dibungkus plastik bening. Eh ternyata kamu niat banget ngasih Akang, ampe dihias segala bungkusnya. Boleh dibuka sekarang nggak Mel?" terangku sedikit lebar.
"Buka aja Kang." jawab Amel dengan raut wajah yang memerah.

Setelah kubuka ternyata kue bolu. Hanya saja bolunya berbentuk hati dengan dilapisi cream dan atasnya ditabur coklat batangan.

"Ini yang ngasih itu Mamah, Ceuceu atau kamu Mel?" tanyaku dengan memasang wajah meledek.
"Ih Akang mah nya. Begini Kang, Mamah sama Ceuceu yang nyuruh Amel ngasih sesuatu untuk ungkapan terima kasih ke Akang. Karena gigi Akang yang katanya sudah gak asyik sama yang keras-keras dan liat-liat, ya sudah Amel beli bahan buat kue bolu.
Awalnya Amel yang buat adonan sama ngemixnya, tapi Ceuceu nyuruh Amel jagain Rizki, jadi selanjutnya Ceuceu yang ngerjain. Pas bolunya sudah matang dan berbentuk ini, baru Amel disuruh lanjutin.
Tadinya sih Amel protes, tapi dipikir-pikir lucu juga kalau Amel ngasih kue bolu bentuknya gini ke Akang." terang Amel panjang lebar.

Aku: "Ya sudah bilang sama Mamah & Ceuceu, terima kasih kue bolu cintanya."

Amel: "Makasihnya hanya untuk mereka saja? Ke Amel nggak nih Kang?"
Aku: "Ya iya lah terima kasihnya buat mereka saja. Kalau buat Amel kan beda, bukan ucapan terima kasih."

Amel: "Lalu apa?"

Aku: "Kue bolu ini bentuknya apa?"

Amel: "Hati."
Amel: "Hati."

Aku: "Nah itu yang Akang kasih buat Amel. Bagaimana?"

Amel terdiam dan kulit wajahnya semakin merah merona tanda malu.

***
~~~ PART 3 ~~~

Sore itu aku ada janji dengan Amel untuk bertemu di Masjid Universitas sebelum pergi ke toko Ko Chandra untuk membeli satu paket PC. Setelah perkuliahan selesai, aku segera menuju tempat pertemuan kami.
Di kejauhan aku melihat Amel duduk di pelataran Masjid. Ku percepat langkahku supaya tidak membuat Amel menunggu terlalu lama.

Aku: "Assalaamu 'alaika Yaa Nuurul 'Aini. Sudah lama menunggu?"

Amel langsung menengadahkan kepalanya setelah mendengar suaraku dan tersenyum manis.
Amel: "Wa 'alaikum salam calon imamku. Belum lama Kang, baru saja Amel selesai shalat. Akang sudah shalat?"

Aku: "Setelah kuliah selesai Akang langsung ke sini, jadi belum shalat. Akang shalat dulu ya, ga pa pa?"
Amel: "Tentu ga pa pa atuh Kang. Ya sudah Akang shalat dulu, Amel akan setia ko menunggu Akang di sini."

Aku tertawa melihat Amel yang mengedip-ngedipkan kedua matanya menggodaku.
Aku: "Terima kasih Amelku yang cantik."

Aku memegang puncak kepalanya sambil tersenyum ketika wajah putihnya berubah memerah. Aku berjalan menuju tempat berwudhu kemudian shalat Ashar.
Setelah shalat dan berdo'a Aku pun segera bergegas menemui Amel di tempat kami bertemu tadi kemudian kami pergi ke jalan untuk menaiki angkutan kota yang menuju tokonya Ko Chandra.
Butuh waktu sekitar 30 menit perjalanan sebelum akhirnya kami memasuki tokonya Ko Chandra. Ketika Ko Chandra melihatku memasuki tokonya, dia langsung berdiri dan berjalan menghampiriku.
Aku: "Assalaamu 'alaikum Ko.

Ko Chandra: "Wa 'alaikum salam Ay."

Setelah bersalaman tangan, Ko Chandra lalu memelukku kemudian mempersilahkan kami duduk.

Ko Chandra: "Ay, papa nanyain kamu terus. Kapan bisa ke rumah?"

Tanya Ko Chandra setelah kembali duduk di kursinya.
Aku: "Lusa Ko, Insya Allah. Oh ya Ko, perkenalkan ini Amel. Amel, ini Ko Chandra pemilik toko ini."

Mereka pun bersalaman dan menyebut nama masing-masing walaupun sudah kusebut nama mereka.

Ko Chandra: "Kekasihmu Ay?"

Ko Chandra bertanya dengan suara lirih.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepala.

Aku: "Langsung saja ya Ko, takut nanti kemalaman. Saya butuh satu paket PC buat Amel, tapi budgetnya cuma punya 4 juta. Kira-kira dapat spek apa saja Ko?"
Ko Chandra lalu mengambil brosur dan memperlihatkan satu paket yang bisa kubeli dengan budget yang tadi kusebutkan. Aku pun membaca speknya satu persatu.

Aku: "Casing sama power supply bisa diganti merk S***a gak Ko?"
Ko Chandra lalu menggunakan kalkulatornya.

Ko Chandra: "Tipis sih Ay, tapi boleh lah ga pa pa."

Aku: "Alhamdulillah. Thanks Ko."

Ko Chandra: "Iya, sama-sama. Mau diambil sekarang atau nanti setelah diinstall windows dan aplikasi lainnya?"
Aku: "Berapa lama ngerakitnya kalau tanpa install windows?"

Ko Chandra: "Gak lebih dari setengah jam, bagaimana?"

Aku: "Kalau begitu dirakit aja Ko, biar saya yang menginstall windowsnya nanti di kostan."
Ko Chandra: "Baik, saya suruh karyawan buat ngerakitnya sekarang. Kamu mau nunggu di sini atau jalan-jalan dulu sama Amel?"

Aku menatap Amel untuk mengetahui apa keinginannya.

Amel: "30 menit hanya sebentar, jadi kita nunggu di sini saja ya Kang?"
Aku: "Nunggu di sini saja katanya, Ko Chandra lanjutkan saja aktivitasnya."

Ko Chandra: "Ya sudah, tunggu sebentar."

Ko Chandra lalu berjalan menemui karyawannya sambil menginstruksikan sesuatu.
Tak berselang lama duduk dua perempuan di sisi kiriku yang usianya tak jauh dengan usiaku. Ketika salah satunya berbicara kepada Ko Chandra, aku mendapatkan sebuah penglihatan mengenai salah satu perempuan yang barusan datang.
Aku: "Sukma adikmu tidak berada di tempat semestinya. Sepertinya dia telah dipelet oleh laki-laki yang sangat ingin memilikinya. Bukankah adikmu yang duduk disampingmu baru datang setelah seminggu pergi tanpa kabar?"
Kembali tanpa sadar aku berbicara dan perempuan yang duduk di sampingku terlihat kaget setelah mendengar ucapanku.
Perempuan 1: "Bagaimana kamu tahu kalau adikku kemarin pergi tanpa kabar selama satu minggu?"

Ko Chandra: "Gak perlu kaget, dia memang seperti itu. Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan, mungkin dia bisa membantu."
Ratih: "Perkenalkan saya Ratih dan ini Ratna adikku."

Aku tersadar setelah Ratih mengulurkan tangan dan kami pun bersalaman.

Aku: "Saya Aydin, ini Amel kekasihku dan ini Ko Chandra pemilik toko ini. Maaf, tadi saya melihat sekilas apa yang Ratna alami beberapa waktu yang lalu."
Ratih pun menyalami Ko Chandra dan Amel setelah kuperkenalkan mereka.

Ratih: "Gak pa pa, malah saya ucapkan terima kasih atas informasi darimu. Apa kamu bersedia membantuku supaya dia terlepas dari jeratan pelet dari pria itu?"
Aku mengarahkan pandangan pada Amel, Amel menganggukkan kepalanya tanda dia tak keberatan jika aku membantu Ratih.

Aku: "Insya Allah saya akan coba bantu. Tapi kayaknya gak bisa di sini, takut mengundang perhatian orang lain."
Ratih: "Bagaimana kalau dikostanku saja, letaknya gak jauh dari sini, sekitar 5 menitan perjalanan ke sana. Apa kamu tidak keberatan?"

Aku kembali menatap Amel dan dia pun menganggukkan kepala. Kutatap Ko Chandra dan dia langsung bereaksi.
Ko Chandra: "Biar saya antar kalian ke sana. Toko biar Shanti pegawaiku yang mengelola selama saya pergi."

Aku: "Kalau begitu kita berangkat sekarang, lebih cepat lebih baik."

Kami pun beranjak lalu pergi dari toko menuju kostan Ratih.
Sesampainya di kostan Ratih, aku ke kamar mandi terlebih dahulu untuk berwudhu. Ketika aku kembali ke kamar Ratih, Ratna lalu kesurupan.

Aku: "Rat, tolong sediakan dua gelas terisi air bening serta sejadah ya."
Ratih pun menyiapkannya. Kugelar sejadah, kedua gelas di simpan di ujung kanan sejadah lalu aku shalat 2 rakaat. Setelah shalat kupegang salah satu gelas & berdo'a meminta kesembuhan untuk Ratna & meminumnya sampai habis. Ratna pun terkulai, dia sudah sadar dari kesurupannya.
Aku: "Mel, kamu tahu kan mesti bagaimana?"

Amel menganggukkan kepala ketika aku memberikan gelas yang masih terisi air. Lalu Amel segera membasuh kepala Ratna dan sisanya diminum habis oleh Ratna. Tak lama Aku merasakan aura kedatangan sesosok makhluk.
Aku: "Bisa kalian keluar dulu sebentar dan tutup pintunya? Ada yang harus saya selesaikan sekarang juga."

Tanpa basa basi mereka segera keluar dengan Ko Chandra memapah Ratna.
Terdengar auman macan namun aku tak mampu melihatnya. Aku lalu duduk menutup mata dan segera mengaktifkan perisai. Aku merasa sukmaku terlepas dan melakukan perjalanan gaib.
Ketika membuka mata, aku sudah berada di sebuah pegunungan yang masih rindang oleh pepohonan. Aku disambut oleh beberapa macan dan ada seorang lelaki yang memegang sebuah tongkat berdiri di belakang macan-macan itu.
Lelaki Misterius: "Berani juga kamu datang kemari. Kalahkan macan-macanku jika kamu menginginkan sukma perempuan itu kembali."

Lelaki itu pun tertawa nyaring.
Aku: "Mengapa saya harus takut mendatangimu jika niatku benar dan Allah meridhoi langkahku?"

Kuhentakkan kakiku tiga kali lalu muncul dua harimau di sebelah kiri dan kananku.
Aku melihat lelaki itu menghentakkan tongkatnya dan komat kamit yang entah mengucapkan apa. Setelah itu para macan itu menyerangku, namun ketika kedua harimau yang bersamaku mengaum keras, para macan itu terhempas terpelanting cukup jauh.
Karena ketidak-fokusanku, tiba-tiba sebuah hantaman mengenai dadaku. Aku terbatuk-batuk dan terasa darah keluar dari mulutku. Lelaki itu menyeringai dengan tatapan yang puas.
Aku pun duduk lalu melemaskan tubuhku dan membaca tasbih. Alhamdulillah seketika itu tubuhku kembali bugar kemudian aku berdiri dan menyerangnya dengan menghentakkan energi ke arahnya.
Karena kejumawaannya yang merasa aku sudah tak berdaya akibat serangannya, dia tak sempat menahan seranganku yang cukup telak mengenainya. Aku berlari kemudian memegang ubun-ubunnya.
Aku: "Kembalikan sukmanya atau kuambil sukmamu dan kukunci di pusaran laut selama-lamanya."

Lelaki Misterius: "Baiklah, aku akan mengembalikan sukmanya sekarang."

Lelaki itu lalu membacakan sesuatu yang tak kumengerti apa yang dia ucapkan.
Lelaki Misterius: "Aku sudah mengembalikannya, tolong lepaskan aku."

Mendengar ucapannya aku langsung menelusuri kebenarannya. Setelah kuketahui dia berbicara jujur, kuelus puncak kepalanya lalu kupancarkan sebuah energi untuk meleburkan ilmunya.
Aku: "Saya harus melakukannya karena tidak mau orang lain kamu perlakukan sama. Berubahlah, aku pamit."

Aku kembali melakukan sebuah perjalanan gaib. Ketika membuka mata, aku sudah berada di kamar Ratih. Aku pun beranjak lalu membuka pintu dan terlihat Amel berlari mendekatiku.
Amel: "Kang, kenapa ada darah di bibir dan bajumu? Akang baik-baik saja kan?"

Amel menyeka darah yang berada di wajahku dengan tangannya.

Aku: "Akang baik-baik saja Mel, jangan khawatir.

Aku menjawabnya sambil memasang senyuman termanis.
Ko Chandra keluar setelah memapah dan mendudukkan Ratna di kasur. Dia kembali dengan membawa gayung yang berisi air.

Ko Chandra

"Pakai ini Mel untuk menyekanya sementara. Nanti saya membawanya ke dokter untuk memeriksakan tubuhnya."
Ko Chandra memberikan sapu tangannya dan gayung yang dia bawa.

Amel dengan telaten membasuh wajahku yang penuh dengan keringat dan sebagian darah menempel di bibirku.

Ratih: "Maaf atas apa yang menimpamu karena telah menolong adikku."
Aku

"Saya baik-baik saja, kamu jangan merasa bersalah atas apa yang menimpaku. O ya, Alhamdulillah, atas pertolongan Allah, adikmu sudah kembali seperti sedia kala. Aku hanya berpesan, perkuat shalatnya supaya tidak mengalami kejadian yang serupa."
Ratih: "Alhamdulillah, terima kasih ya Ay. Akan saya ingat nasehatmu tadi dan mengatakannya pada Ratna."

Ratna: "Ratna dengar ko Teh. Makasih ya Ay telah menolongku."

Aku: "Allah yang menolongmu, aku hanya sebagai perantara."
Setelah shalat maghrib, kami pamit lalu melangkah menuju mobil. Awalnya dia akan membawaku ke dokter namun aku menolaknya. Akhirnya kami ke toko tuk mengambil PC pesananku yg ternyata sdh diinstall windows & aplikasi lain. Setelah itu dia mengantar kami walau aku menolaknya.

***
Part 4

Pukul 12 siang, aku keluar dari ruangan kelas perkuliahan di lantai 4 menuju mushalla fakultas. Setelah shalat dhuhur, aku pergi menunaikan janjiku menemui Ayahnya Ko Chandra. Ketika sedang berjalan menuju gerbang universitas, hp yang kusimpan di saku jaket bergetar.
Aku: "Assalaamu 'alaikum."

Ko Chandra: "Wa 'alaikum Salam. Kamu di mana?"

Aku: "Masih di kampus, baru selesai shalat. Sekarang lagi jalan ke gerbang, baru naik angkot ke rumah Papa. Ada apa?

Ko Chandra: "Saya tunggu di gerbang. Papa mau ketemu kamu di kantor."

Aku: "Baik Ko."
Setelah 45 menit perjalanan dan menikmati betapa macetnya jalan, akhirnya kami tiba di kantor perusahaan pak Adhi dan melangkah menuju lift yang mengantarkan kami ke ruangan pak Adhi di lantai 7.
Ko Chandra

"Papa ada Ren?"

Renata

"Beliau ada di ruangannya pak."

Ko Chandra

"Tolong beritahu papa kami sudah datang."

Renata

"Baik Pak."
Renata segera menghubungi pak Adhi dan setelah menutup telepon, dia membuka pintu kemudian mempersilahkan kami masuk. Pak Adhi yang tadinya duduk di kursi kerjanya berdiri dan menghampiri kami. Aku mencium tangan beliau lalu beliau memelukku.
Pak Adhi

"Duduk Ay, sudah makan?"

Aku

"Belum pa."

Pak Adhi

"Chan, kamu belum makan juga?"

Ko Chandra

"Belum sempat pa, tadi dari kampus Aydin, Chan langsung ke sini."
Pak Adhi berdiri lalu ke meja kerjanya dan mengangkat gagang telepon.

Pak Adhi

"Ren, tolong pesankan makanan untuk kami bertiga sekalian bawa berkas yang kemarin kita bicarakan."
Beliau menutup telepon dan kembali duduk bersama kami. Kami berbincang-bincang sampai Renata masuk membawakan pesanan pak Adhi. Setelah menyimpan berkas di meja dan selesai menyajikan makanan, dia pamit keluar ruangan. Kami bertiga pun langsung menyantap makanan dengan lahap.
Ko Chandra

"Pa, saya shalat dulu."

Pak Adhi

"Iya, sekalian suruh Renata masuk."

Ko Chandra berdiri lalu keluar meninggalkan kami. Tak lama Renata masuk, dia langsung membawa piring tempat kami makan dan keluar ruangan.
Pak Adhi

"Kamu pasti bertanya-tanya mengapa papa menyuruh Chandra menjemput dan mengantarmu ke sini. Begini Ay, ada masalah di cabang perusahaan dan papa minta kamu meneliti beberapa berkas."
Pak Adhi berdiri lalu membawa berkas di meja dan memberikannya kepadaku. Kubaca berkas yang diberikan pak Adhi dengan teliti. Tak lama aku mendapatkan sebuah penglihatan dan seperti biasa berbicara tanpa aku menyadarinya.
Aku

"Seseorang telah melakukan korupsi dan hampir keseluruhan karyawan mengetahuinya. Mereka tidak berani melarang dan melaporkan ke pusat. Kita harus segera berangkat ke sana untuk melakukan inspeksi tanpa sepengetahuan siapapun kedatangan kita, termasuk karyawan pusat."
Ko Chandra sudah kembali dan mulai mendengarkan.

Pak Adhi

"Kapan kamu ada waktu luang untuk berangkat ke sana?"

Aku

"Besok, hari Jum'at gak ada jadwal kuliah."

Pak Adhi

"Chan, kamu bisa berangkat dengan kita ke kantor cabang perusahaan malam ini dan pulang besok malam?"
Ko Chandra

"Bisa, nanti Chandra suruh Shinta yang ngelola toko."

Aku

"Kenapa Shinta gak dilamar aja Ko? Aydin lihat Ko Chandra punya perasaan sama dia. Jangan sampai nanti menyesal setelah ada pria lain yang melamar dan menikahinya."
Pak Adhi

"Apa benar Chan kamu suka Shinta?"

Ko Chandra terlihat gugup mendengar Ayahnya bertanya mengenai perasaannya terhadap Shinta.

Aku

"Bilang aja Ko, papa pasti ngasih restu kok. Betul gak pa?"
Pak Adhi

"Pasti lah ngasih restu, Papa kan pengen segera punya cucu dari kamu Chan. Masalah restu dari Mama, jangan takut, nanti Papa yang bicara. Gimana, mau Papa lamar hari ini juga?"
Ko Chandra

"Jangan, biar Chandra sendiri yang memastikan. Kalau dia bersedia menikah dengan Chan, baru nanti papa ke rumah orang tuanya melamar Shinta untukku."

Aku dan Pak Adhi tertawa melihat reaksi Ko Chandra.

***
Malam itu kami bertiga berangkat ke salah satu kota yang merupakan tempat cabang perusahaan yang bermasalah. Kami pun menginap di hotel yang lokasinya dekat dengan kantor cabang setelah tiba di sana.
Keesokan harinya, tepatnya pukul 7 pagi setelah kami sarapan, aku memberikan laporan mengenai hasil pengamatan terhadap berkas yang diberikan Pak Adhi kepadaku. Beliau terlihat marah yang tentu saja aku berusaha meredamnya.
Pukul 9 kami berangkat menuju kantor. Para karyawan sangat kaget melihat kedatangan kami walau pun kami datang penuh senyuman.

Pak Adhi

"Beritahukan kedatangan kami ke pak Andi. Saya akan langsung menuju ruangannya."
Melihat raut wajah resepsionis yang tegang, pak Adhi kembali bertanya.

"Kenapa?"

Lani

"Pak Andi masih di luar, mungkin sedang ada urusan."

Pak Adhi

"Hubungi dia, beritahu ada kami di sini. Kalau sudah datang, bilang saya di ruang tunggu!"

Lani

"Baik pak."
Lani langsung menghubungi Andi. Sementara Pak Adhi ke ruang tunggu, aku dan Ko Chandra langsung mengeksekusi rencana yang telah disusun pagi tadi. Kami bergerak ke ruangan khusus yang memperlihatkan CCTV dan meminta memutarkan rekaman selama seminggu kemarin.
Setelah menonton selama 2 jam dan mengcopy rekaman tersebut sebagai bukti, kami ke ruangan pak Andi yang tentu saja kami tahu dia sudah datang dari pemantauan CCTV.

Pak Adhi

"Bagaimana hasilnya Chan, apakah sesuai dengan praduga-praduga yang disampaikan Aydin?"
Ko Chandra

"Tak ada keraguan sedikitpun, semuanya benar pa."

Pak Adhi

"Andi, suruh seluruh karyawanmu, baik yang sedang tugas di luar ataupun yg berada di kantor untuk menghadiri pertemuan di ruangan rapat setelah shalat Jum'at! Siapkan juga untuk mereka makan siang di sini!"
Andi

"Baik pak, akan segera saya laksanakan. Tapi kalau boleh tahu, pertemuan nanti akan membahas apa ya pak?"

Pak Adhi

"Kamu akan mengetahuinya pada saat pertemuan. Chan, Ay, kalian berangkat saja sekarang ke Masjid, papa tunggu di sini. Jangan lupa bawa coklat."
Ko Chandra

"Baik pa. Ayo Ay, kita pergi sekarang."

Aku

"Siap."

Kami pun beranjak & segera pergi menuju Polsek setempat. Setelah kami menerangkan, Kapolsek bersedia mengirimkan anak buahnya ke kantor. Setelah urusan selesai, kami pergi ke Masjid untuk shalat Jum'at.

***
Pertemuan yang kami sampaikan hanyalah untuk menutupi rencana kami yang akan menginterogasi seluruh karyawan. Dua orang polisi yang hadir menggantikan sementara tugas anggota security dan mereka berjaga di pos.
Pukul 1 kegiatan pun dimulai. 1 per 1 mereka memasuki ruangan & menjadi tugasku untuk menganalisa kebenaran ucapan mereka. Ketika ada karyawan yg tetap ngeyel berbohong, maka menjadi tugasku juga bertanya sampai akhirnya dia berkata jujur. Kegiatan ini baru selesai pukul 7 malam.
Dari kegiatan tadi akhirnya kami mendapatkan bukti yang menyatakan bahwa Andi lah yg mengkorupsi keuangan perusahaan. Pak Adhi mulai menghubungi beberapa pihak pemegang saham & memberitahukan kondisi sebenarnya di sini, termasuk kepada pak William yang merupakan Ayah dari Andi.
Akhirnya mereka sepakat akan mengadakan pertemuan antar pemegang saham pada hari Sabtu pukul 9 pagi untuk membahasnya.

Malam itu kami langsung pulang. Karena aku dibutuhkan pada pertemuan besok, maka aku menginap di rumah pak Adhi.

***
Part 4 bisa dibaca versi wattpad pada link my.w.tt/sSMCW0OH03

Karena saya merasa ada sesuatu yang hilang, mohon maaf thread the vision pada twitter saya cukupkan sampai di sini. Insya Allah saya akan membuat thread baru mengenai kisah setelah meninggalnya Ayah dan Nenek.
Namun bagi rekan-rekan yang ingin tetap mengetahui kelanjutan cerita the vision, silahkan cek di wattpad.

Berikut link untuk part 5 my.w.tt/cgZ2V4GI03

《 Kami menunggu dengan cemas sampai akhirnya seorang dokter yang menangani Aydin keluar dari ruang operasi.》
Part 6 silahkan dibaca di wattpad pada link my.w.tt/p8K2C32I73
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Aydinlatici

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!