Kumpulan cerita fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata.
#bacahorror @bacahorror @ceritaht
"Gampang, bisa diatur itu." jawab si pemilik toko.
"Jangan dilamunkan saja Ko, cepat jenguk Ayahmu sebelum terlambat. Dahulu mereka kecewa atas apa yang kamu pilih untuk diyakini, tapi itu kan dulu, mungkin saja sekarang sudah berubah. Tak ada ruginya untuk dicoba, bukan begitu Ko?"
"Bagaimana kamu tahu apa yang sedang aku pikirkan?"
"Saya Aydinlatici, panggil saja Aydin." kataku sambil menerima uluran tangan Chandra.
"Sepengetahuan saya Ayahnya Ko Chandra sedang dirawat di Rumah Sakit. Menurut saya sebaiknya Ko Chandra konfirmasi terlebih dahulu apakah informasi dari saya benar atau tidak.
"Ma, ini Chandra. Bagaimana kabar Papa?"
"Kamu benar, Ayahku koma dan sudah dirawat selama 5 hari di Rumah Sakit." Chandra menghela napas dan matanya mulai berkaca-kaca.
Aku pun mengangguk tanda menyetujui untuk menemaninya ke Rumah Sakit.
"Thank you Ko. Alhamdulillah, rizki anak sholeh." ucapku sambil tersenyum lalu memasukkannya ke dalam tas.
***
"Santai Ko, niat baik Insya Allah akan berdampak baik." aku berusaha menguatkan niatnya.
"Sus, kalau kamar no 9 sebelah mana ya?" tanya Chandra kepada salah satu suster.
"Saya putranya sedangkan dia sahabat saya." jawab Chandra.
"Boleh lihat KTPnya pak?" pinta suster.
Setelah KTP dilihat dan dibaca, suster itu mengembalikan KTP lalu memberikan berkas serta pulpen dan berkata:
"Silahkan pak Chandra dan temannya mengisi daftar kunjungan terlebih dahulu."
"Ini ruangannya pak, silahkan masuk. Saya permisi dulu." ucap suster.
"Terima kasih Sus." kata Chandra lalu membuka pintu kamar dan memasukinya bersamaku.
Terdengar pintu terbuka, aku melihat seorang pria yang usianya lebih tua dari Chandra memasuki kamar.
Aku lalu berusaha melerai pertengkaran mereka.
"Kita keluar." pria itu melangkah dengan emosi yang tertahan.
Chandra menatapku dan aku mengangguk sambil tersenyum memberi tanda memintanya untuk mengikuti pria itu. Chandra pun berjalan keluar bersama pria tadi.
"Pak, Saya temannya Chandra. Saat ini dia sedang keluar sebentar, sepertinya dengan kakaknya. Bapak cepat sembuh ya dan saya harap hubungan bapak dengan Chandra membaik mulai saat ini."
"Terima kasih ya Ay, ayo aku antar sampai rumah."
"Siap Ko, sekali lagi thanks ya VGA nya."
***
Saat itu, tepatnya pukul 9, aku baru selesai mengikuti perkuliahan pagi. Ku melangkah menuju kantin kemudian membeli nasi dan lauknya untuk sarapan. Setelah membayar, aku pun mencari tempat duduk.
"Mel, kursi ini kosong?" tanyaku kepada mahasiswi yang merupakan adik tingkatku bernama Amel.
Amel tidak menjawab, pikirannya seperti yang melamunkan sesuatu.
"Eh, iya Kang. Ada apa?" jawabnya kikuk.
"Pagi-pagi sudah melamun. Kursi ini kosong?" aku bertanya sambil menunjuk kursi yang berada di depan Amel.
"Kosong Kang, silahkan duduk." jawabnya sambil tersenyum.
"Anak itu tidak sakit Mel, hanya ada interaksi dengan makhluk penunggu kebun pisang yang dia datangi kemarin sore."
Amel lalu menatapku kemudian berkata:
"Maksud Akang Rizki, keponakanku?"
"Iya, keponakanmu." jawabku.
"Bagaimana Akg tahu kalau Amel sedang memikirkannya?" tanyanya dgn wajah penuh selidik.
"Tak sengaja tergambarkan begitu saja dipikiran Akg." jawabku sambil kembali menyantap makanan.
"Assalaamu'alaikum Ceu."
"Ceu bagaimana kondisi Rizki sekarang?"
"Apa kemarin dia bermain di kebun pisang pak Juhro Ceu?"
"Ada yang memberitahu Amel Ceu. Sudah dulu ya Ceu, Assalaamu'alaikum."
"Kang, apa yang Akang sampaikan tadi benar kalau Rizki kemarin sore habis bermain di kebun pisang. Lalu Amel mesti bagaimana Kang?" tanyanya dengan nada gemetar.
"Kalau begitu Amel berangkat sekarang Kang, do'akan Amel selamat sampai kampung ya." kata Amel sambil berdiri & merapihkan tasnya.
"Oke, saya berangkat ya Kang. Assalaamu'alaikum." jawab Amel dengan tersenyum lalu mulai melangkah.
"Wa 'alaikum salam. Mel!" panggilku.
Amel berhenti lalu menoleh kepadaku.
"Astaghfirullah, Amel lupa Kang. Berapa no nya? Biar Amel dial" Dia membuka HP lalu mencatat no ku dan mendialnya, setelah terhubung dia menyimpan kontakku lalu kembali pamit.
"Ya Allah, aku mohon keselamatan untuknya sampai tempat yang dia tuju, Aamiin."
Aku pun kembali ke meja dan menuntaskan sarapan yang sempat tertunda.
***
Amel: "Wa 'alaikum salam Kang."
Aku: "Kamu sudah sampai kampung halaman?"
Amel: "Sudah Kang, ini Amel lagi di rumahnya Ceuceu, ibunya Rizki."
Amel: "Mukanya pucat Kang, soalnya susah makan. Kelakuannya kayak bukan Rizki Kang, apalagi tatapannya, Amel ngeri lihatnya."
Amel: "Lagi teriak-teriak gak jelas sambil ngeberantakin kamar. Amel mesti bagaimana dong Kang? Kasihan Ceuceu, nangis saja dari sejak Amel datang."
Amel: "Baik Kang. Amel tutup ya teleponnya. Assalaamu 'alaikum."
Aku: "Wa 'alaikum salam."
"Perihal apa yg menyebabkanmu datang ke sini?"
"Jangan pura-pura tidak tahu kalau kamu telah membuat salah satu anakku kesakitan." jawabnya seperti bermaksud mengintimidasiku.
"Tidak ada keinginanku berurusan denganmu, namun maaf, aku pun tidak pernah takut jika harus berurusan denganmu." ucapku dengan menatapnya tajam.
Aku pun tak tinggal diam, dgn membaca bismillah, Aku hentakkan energi mengarah kepada perempuan itu & cukup telak menghantamnya. Dia terjengkang lalu berusaha berdiri.
Aku lalu menghubungi Amel.
Amel: "Assalaamu 'alaikum Kang."
Aku: "Wa 'alaikum salam. Bagaimana keadaan Rizki sekarang Mel?"
Aku: "Insya Allah Rizki sudah sembuh. Air yang tadi kamu sediakan nanti sepertiganya dibasuhkan di kepalanya 3 kali seperti wudhu.
Amel: "Baik Kang, terima kasih atas pertolongannya."
Aku: "Allah yg menolong, Akg hanya perantara saja. Jadi bersyukurlah kepada Allah Mel!"
Aku: Ya sudah Akang tutup ya Mel. Kalau ada apa-apa, segera hubungi Akang!"
Amel: "Iya Kang, sekali lagi terima kasih ya."
Aku: "Iya. Assalaamu 'alaikum."
Amel: "Wa 'alaikum salam."
***
Aku: "Assalaamu 'alaikum."
Amel: "Wa 'alaikum salam."
Aku: "Ada apa Mel? Rizki kambuh lagi?"
Amel: "Alhamdulillah Rizki sudah sembuh Kang. Kelakuannya juga sudah Rizki banget."
Amel: "Ngeganggu ya Kang, Amel nelepon Akang?"
Aku: "Nggak ngeganggu Mel, dari tadi Akang sudah bangun. Akang hanya was-was, takut ada apa-apa sehingga Amel nelepon Akang pagi-pagi."
Aku: "Nggak perlu bawa apa-apa Mel, kamu selamat nyampe sini juga cukup bagi Akang."
Aku: "Serius Mel, siapa yang ngegombal. Bilang sama Mamah dan Ceuceu gak perlu repot mesti ngasih Akang segala."
Aku: "Ya Allah. Ya sudah terserah Amel saja, tapi kalau makanan jangan yang keras atau liat, gigi Akang sudah gak asyik sama yang keras-keras dan liat-liat."
Aku: "Wa 'alaikum salam."
***
"Ini apaan isinya Mel? Dirias segala bungkusnya." tanyaku sambil menahan tawa.
"Ih Akang malah ngejek, gak senang ya Amel ngasih sesuatu ke Akg." kata Amel seperti sdg merajuk.
Setelah kubuka ternyata kue bolu. Hanya saja bolunya berbentuk hati dengan dilapisi cream dan atasnya ditabur coklat batangan.
"Ini yang ngasih itu Mamah, Ceuceu atau kamu Mel?" tanyaku dengan memasang wajah meledek.
Aku: "Ya sudah bilang sama Mamah & Ceuceu, terima kasih kue bolu cintanya."
Amel: "Makasihnya hanya untuk mereka saja? Ke Amel nggak nih Kang?"
Amel: "Lalu apa?"
Aku: "Kue bolu ini bentuknya apa?"
Amel: "Hati."
Aku: "Nah itu yang Akang kasih buat Amel. Bagaimana?"
Amel terdiam dan kulit wajahnya semakin merah merona tanda malu.
***
Sore itu aku ada janji dengan Amel untuk bertemu di Masjid Universitas sebelum pergi ke toko Ko Chandra untuk membeli satu paket PC. Setelah perkuliahan selesai, aku segera menuju tempat pertemuan kami.
Aku: "Assalaamu 'alaika Yaa Nuurul 'Aini. Sudah lama menunggu?"
Amel langsung menengadahkan kepalanya setelah mendengar suaraku dan tersenyum manis.
Aku: "Setelah kuliah selesai Akang langsung ke sini, jadi belum shalat. Akang shalat dulu ya, ga pa pa?"
Aku tertawa melihat Amel yang mengedip-ngedipkan kedua matanya menggodaku.
Aku memegang puncak kepalanya sambil tersenyum ketika wajah putihnya berubah memerah. Aku berjalan menuju tempat berwudhu kemudian shalat Ashar.
Ko Chandra: "Wa 'alaikum salam Ay."
Setelah bersalaman tangan, Ko Chandra lalu memelukku kemudian mempersilahkan kami duduk.
Ko Chandra: "Ay, papa nanyain kamu terus. Kapan bisa ke rumah?"
Tanya Ko Chandra setelah kembali duduk di kursinya.
Mereka pun bersalaman dan menyebut nama masing-masing walaupun sudah kusebut nama mereka.
Ko Chandra: "Kekasihmu Ay?"
Ko Chandra bertanya dengan suara lirih.
Aku: "Langsung saja ya Ko, takut nanti kemalaman. Saya butuh satu paket PC buat Amel, tapi budgetnya cuma punya 4 juta. Kira-kira dapat spek apa saja Ko?"
Aku: "Casing sama power supply bisa diganti merk S***a gak Ko?"
Ko Chandra: "Tipis sih Ay, tapi boleh lah ga pa pa."
Aku: "Alhamdulillah. Thanks Ko."
Ko Chandra: "Iya, sama-sama. Mau diambil sekarang atau nanti setelah diinstall windows dan aplikasi lainnya?"
Ko Chandra: "Gak lebih dari setengah jam, bagaimana?"
Aku: "Kalau begitu dirakit aja Ko, biar saya yang menginstall windowsnya nanti di kostan."
Aku menatap Amel untuk mengetahui apa keinginannya.
Amel: "30 menit hanya sebentar, jadi kita nunggu di sini saja ya Kang?"
Ko Chandra: "Ya sudah, tunggu sebentar."
Ko Chandra lalu berjalan menemui karyawannya sambil menginstruksikan sesuatu.
Ko Chandra: "Gak perlu kaget, dia memang seperti itu. Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan, mungkin dia bisa membantu."
Aku tersadar setelah Ratih mengulurkan tangan dan kami pun bersalaman.
Aku: "Saya Aydin, ini Amel kekasihku dan ini Ko Chandra pemilik toko ini. Maaf, tadi saya melihat sekilas apa yang Ratna alami beberapa waktu yang lalu."
Ratih: "Gak pa pa, malah saya ucapkan terima kasih atas informasi darimu. Apa kamu bersedia membantuku supaya dia terlepas dari jeratan pelet dari pria itu?"
Aku: "Insya Allah saya akan coba bantu. Tapi kayaknya gak bisa di sini, takut mengundang perhatian orang lain."
Aku kembali menatap Amel dan dia pun menganggukkan kepala. Kutatap Ko Chandra dan dia langsung bereaksi.
Aku: "Kalau begitu kita berangkat sekarang, lebih cepat lebih baik."
Kami pun beranjak lalu pergi dari toko menuju kostan Ratih.
Aku: "Rat, tolong sediakan dua gelas terisi air bening serta sejadah ya."
Amel menganggukkan kepala ketika aku memberikan gelas yang masih terisi air. Lalu Amel segera membasuh kepala Ratna dan sisanya diminum habis oleh Ratna. Tak lama Aku merasakan aura kedatangan sesosok makhluk.
Tanpa basa basi mereka segera keluar dengan Ko Chandra memapah Ratna.
Lelaki itu pun tertawa nyaring.
Kuhentakkan kakiku tiga kali lalu muncul dua harimau di sebelah kiri dan kananku.
Lelaki Misterius: "Baiklah, aku akan mengembalikan sukmanya sekarang."
Lelaki itu lalu membacakan sesuatu yang tak kumengerti apa yang dia ucapkan.
Mendengar ucapannya aku langsung menelusuri kebenarannya. Setelah kuketahui dia berbicara jujur, kuelus puncak kepalanya lalu kupancarkan sebuah energi untuk meleburkan ilmunya.
Aku kembali melakukan sebuah perjalanan gaib. Ketika membuka mata, aku sudah berada di kamar Ratih. Aku pun beranjak lalu membuka pintu dan terlihat Amel berlari mendekatiku.
Amel menyeka darah yang berada di wajahku dengan tangannya.
Aku: "Akang baik-baik saja Mel, jangan khawatir.
Aku menjawabnya sambil memasang senyuman termanis.
Ko Chandra
"Pakai ini Mel untuk menyekanya sementara. Nanti saya membawanya ke dokter untuk memeriksakan tubuhnya."
Amel dengan telaten membasuh wajahku yang penuh dengan keringat dan sebagian darah menempel di bibirku.
Ratih: "Maaf atas apa yang menimpamu karena telah menolong adikku."
"Saya baik-baik saja, kamu jangan merasa bersalah atas apa yang menimpaku. O ya, Alhamdulillah, atas pertolongan Allah, adikmu sudah kembali seperti sedia kala. Aku hanya berpesan, perkuat shalatnya supaya tidak mengalami kejadian yang serupa."
Ratna: "Ratna dengar ko Teh. Makasih ya Ay telah menolongku."
Aku: "Allah yang menolongmu, aku hanya sebagai perantara."
***
Pukul 12 siang, aku keluar dari ruangan kelas perkuliahan di lantai 4 menuju mushalla fakultas. Setelah shalat dhuhur, aku pergi menunaikan janjiku menemui Ayahnya Ko Chandra. Ketika sedang berjalan menuju gerbang universitas, hp yang kusimpan di saku jaket bergetar.
Ko Chandra: "Wa 'alaikum Salam. Kamu di mana?"
Aku: "Masih di kampus, baru selesai shalat. Sekarang lagi jalan ke gerbang, baru naik angkot ke rumah Papa. Ada apa?
Ko Chandra: "Saya tunggu di gerbang. Papa mau ketemu kamu di kantor."
Aku: "Baik Ko."
"Papa ada Ren?"
Renata
"Beliau ada di ruangannya pak."
Ko Chandra
"Tolong beritahu papa kami sudah datang."
Renata
"Baik Pak."
"Duduk Ay, sudah makan?"
Aku
"Belum pa."
Pak Adhi
"Chan, kamu belum makan juga?"
Ko Chandra
"Belum sempat pa, tadi dari kampus Aydin, Chan langsung ke sini."
Pak Adhi
"Ren, tolong pesankan makanan untuk kami bertiga sekalian bawa berkas yang kemarin kita bicarakan."
"Pa, saya shalat dulu."
Pak Adhi
"Iya, sekalian suruh Renata masuk."
Ko Chandra berdiri lalu keluar meninggalkan kami. Tak lama Renata masuk, dia langsung membawa piring tempat kami makan dan keluar ruangan.
"Kamu pasti bertanya-tanya mengapa papa menyuruh Chandra menjemput dan mengantarmu ke sini. Begini Ay, ada masalah di cabang perusahaan dan papa minta kamu meneliti beberapa berkas."
"Seseorang telah melakukan korupsi dan hampir keseluruhan karyawan mengetahuinya. Mereka tidak berani melarang dan melaporkan ke pusat. Kita harus segera berangkat ke sana untuk melakukan inspeksi tanpa sepengetahuan siapapun kedatangan kita, termasuk karyawan pusat."
Pak Adhi
"Kapan kamu ada waktu luang untuk berangkat ke sana?"
Aku
"Besok, hari Jum'at gak ada jadwal kuliah."
Pak Adhi
"Chan, kamu bisa berangkat dengan kita ke kantor cabang perusahaan malam ini dan pulang besok malam?"
"Bisa, nanti Chandra suruh Shinta yang ngelola toko."
Aku
"Kenapa Shinta gak dilamar aja Ko? Aydin lihat Ko Chandra punya perasaan sama dia. Jangan sampai nanti menyesal setelah ada pria lain yang melamar dan menikahinya."
"Apa benar Chan kamu suka Shinta?"
Ko Chandra terlihat gugup mendengar Ayahnya bertanya mengenai perasaannya terhadap Shinta.
Aku
"Bilang aja Ko, papa pasti ngasih restu kok. Betul gak pa?"
"Pasti lah ngasih restu, Papa kan pengen segera punya cucu dari kamu Chan. Masalah restu dari Mama, jangan takut, nanti Papa yang bicara. Gimana, mau Papa lamar hari ini juga?"
"Jangan, biar Chandra sendiri yang memastikan. Kalau dia bersedia menikah dengan Chan, baru nanti papa ke rumah orang tuanya melamar Shinta untukku."
Aku dan Pak Adhi tertawa melihat reaksi Ko Chandra.
***
Pak Adhi
"Beritahukan kedatangan kami ke pak Andi. Saya akan langsung menuju ruangannya."
"Kenapa?"
Lani
"Pak Andi masih di luar, mungkin sedang ada urusan."
Pak Adhi
"Hubungi dia, beritahu ada kami di sini. Kalau sudah datang, bilang saya di ruang tunggu!"
Lani
"Baik pak."
Pak Adhi
"Bagaimana hasilnya Chan, apakah sesuai dengan praduga-praduga yang disampaikan Aydin?"
"Tak ada keraguan sedikitpun, semuanya benar pa."
Pak Adhi
"Andi, suruh seluruh karyawanmu, baik yang sedang tugas di luar ataupun yg berada di kantor untuk menghadiri pertemuan di ruangan rapat setelah shalat Jum'at! Siapkan juga untuk mereka makan siang di sini!"
"Baik pak, akan segera saya laksanakan. Tapi kalau boleh tahu, pertemuan nanti akan membahas apa ya pak?"
Pak Adhi
"Kamu akan mengetahuinya pada saat pertemuan. Chan, Ay, kalian berangkat saja sekarang ke Masjid, papa tunggu di sini. Jangan lupa bawa coklat."
"Baik pa. Ayo Ay, kita pergi sekarang."
Aku
"Siap."
Kami pun beranjak & segera pergi menuju Polsek setempat. Setelah kami menerangkan, Kapolsek bersedia mengirimkan anak buahnya ke kantor. Setelah urusan selesai, kami pergi ke Masjid untuk shalat Jum'at.
***
Malam itu kami langsung pulang. Karena aku dibutuhkan pada pertemuan besok, maka aku menginap di rumah pak Adhi.
***
Karena saya merasa ada sesuatu yang hilang, mohon maaf thread the vision pada twitter saya cukupkan sampai di sini. Insya Allah saya akan membuat thread baru mengenai kisah setelah meninggalnya Ayah dan Nenek.
Berikut link untuk part 5 my.w.tt/cgZ2V4GI03
《 Kami menunggu dengan cemas sampai akhirnya seorang dokter yang menangani Aydin keluar dari ruang operasi.》