** Kisahku pada Masa Kuliah **
| - Chapter 2 - |
`Hari yang Kelam`
#bacahorror
@bacahorror
#ceritaht
@ceritaht
"Papah, jangan pergi!" teriak Aydin ketika bangun dalam tidurnya kemudian duduk. Napasnya terengah-engah, peluh keringat membasahi wajahnya dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Assalaamu 'alaikum" salam Aydin.
"Ya Allah, aku memohon ampunanMu karena terlalu santai mendekatiMu"
"Ya Allah, apabila mimpiku merupakan ketetapanMu, aku mohon dengan sangat Engkau menebalkan iman kami, memberi kesabaran tanpa batas, dan ikhlas menerima kehendakMu"
Aydin pun menangis.
Pukul 14:30 Aydin tiba di kostan setelah mengikuti kegiatan perkuliahan. Dia merebahkan tubuhnya untuk istirahat sejenak sampai akhirnya dia tertidur.
"Aydin sehat Mang, gak perlu khawatir." Jawab Aydin dengan tersenyum lalu duduk di kursi.
"Minta tolong apa?" jawab Bagas dengan menelisik wajah Aydin dengan seksama.
"Nggak Mang, Aydin pulang saja sekarang. Biar istirahat di sana." Aydin pun bangun lalu pamit pada pamannya.
***
Setelah tiba di rumah itu, dia langsung menghampiri pamannya lalu bertanya.
"Mang, bagaimana kabar Papah?"
"Oh, ya sudah Mang Aydin ke kostan." ucap Aydin dengan menahan rasa kekecewaannya sambil keluar rumah.
Aydin tiba di kostan Rafi sekitar pukul 5 sore. Setelah berbincang cukup lama, Aydin pun akhirnya mengatakan apa yang menjadi tujuannya ke sana.
Rafi: "Tahu, kenapa gitu Ay?"
Aydin: "Antar ke sana ya selepas shalat maghrib? Aku butuh HP sekarang."
"Iya. Kirain yang namanya Aydin gak akan pernah butuh HP." jawab Rafi sambil tertawa meledek.
"Mau beli HP kang?" tanyanya.
"Iya. Pak Hamdan ada?" tanya Aydin.
"Ada, tunggu sebentar." Pegawai itu menghampiri Hamdan. Terlihat dia berbicara lalu menunjuk ke arah Aydin & Rafi yang diikuti tolehan kepala Hamdan.
Mereka bersalaman lalu bercengkrama beberapa saat sampai akhirnya Aydin berbicara.
Sambil tersenyum Hamdan berdiri lalu membawa satu dus HP dan memperlihatkannya pada Aydin.
Aydin: "Tapi aku gak tahu kapan bisa bayar sisanya. Second sajalah, fungsinya sama saja buat sms dengan nelpon."
Aydin: "Bukan begitu maksudku Ham, kamu kan lagi usaha, aku tak mau mengganggu perputaran uangmu di bisnis ini."
Aydin: "Terima kasih Ham. Iya, dicoba dulu saja."
"Tolong isi pulsa no ini yang 20K." ucap Hamdan sambil memberikan bungkus simcard.
"Halo, Assalaamu'alaikum" terdengar suara perempuan yang tak lain adalah adiknya Aydin yang bernama Ana.
"Wa 'alaikum salam. Neng, ini Aa. Mamah ada?"
"Inna lillaahi wa Inna ilaihi Rooji'uun" ucap Aydin.
Rafi dan Hamdan saling bertatapan, namun mereka menahan diri untuk bertanya kepada Aydin karena dia masih berbicara.
"Sekitar pukul 8. Neng sama Rama ditemani Nenek" jawab Ana.
"Berarti waktunya hampir bersamaan dengan kejadian yang menimpaku" gumam Aydin dalam hati.
"Apa?" tanya Aydin.
"A jati sakit sepulang mengantar Ayah ke RS, padahal sebelumnya sehat-sehat saja. Tapi sekarang sudah baikan." warta Ana.
"Alhamdulillah kalau sudah baikan. Neng, sudah dulu ya. Hati-hati, jangan lupa kunci pintu! Assalaamu'alaikum"
Rafi: "Ada apa Ay?"
Aydin: "Ayah dirawat di RS."
Hamdan: "Sakit apa Ay?"
Aydin: "Kurang tahu Ham. Oh iya Raf, bisa antar sampai kostan? Aku mau pulang malam ini untuk melihat kondisi Ayah di RS."
Aydin dan Rafi pun pamit kepada Hamdan setelah memberikan uang DP. Mereka pun menuju kostan Aydin dengan kecepatan motor yang tinggi.
***
"Pak ..." Aydin sedikit berteriak memanggil mereka yang berkerumun. Orang-orang itu pun membalikkan badan menghadap Aydin.
"Ada apa?" jawab seseorang sambil menghampirinya.
"Naiki saja, gak apa-apa" jawab orang tersebut dengan senyuman ramah.
Sebelum memasuki area Rumah Sakit, dia memesan nasi goreng terlebih dahulu karena perutnya sudah sering bernyanyi sejak dia berada di bus.
Perawat itu menghampiri Aydin.
"Kalau boleh tahu anda siapanya pak Affandi?" tanya perawat itu.
"Saya putra beliau yang baru tiba dari kota saya kuliah." jawab Aydin.
"Terima kasih kang" kata Aydin sambil melontarkan sebuah senyuman.
"Berdirilah Nak dan ikuti Aku!" perintah seorang kakek yang berjubah putih itu.
"Lihat dan perhatikan pohon yang kamu sandari tadi!"
"Mah." Ucap Aydin sambil tersenyum kemudian bangkit duduk dan mencium tangan ibunya.
Aydin: "Pukul 2 tadi Mah, busnya baru berangkat pukul 22:30."
Bu Wati: "Kenapa gak bangunin Mamah, malah tidur di sini?"
Aydin: "Mamah lagi tidur, kelihatannya nyenyak banget, jadi Aydin gak mau ganggu tidur Mamah. Papah masih tidur Mah?"
Aydin melihat jam tangannya & waktu menunjukkan pukul 3:50.
Aydin: "Tanggung Mah, sebentar lagi shubuh."
Bu Wati: "Waktu Mamah minta beliau mengobati Papah, beliau tidak sanggup. Selain ilmu beliau belum mumpuni, beliau juga bilang bahwa lebih dari dua "dukun" yang menyerang Papah. Karena Aa ada di sini, Mamah mau menemui pak Mar."
Mereka pun berdiri, sementara Aydin menuju ke Musholla, bu Wati masuk kembali ke ruang Pak Affandi dirawat.
Pak Mar pun beristighfar setelah mendengarnya. Beliau berjanji akan ke RS menjenguk pak Affandi.
Pak Mar: "A kapan datang?"
Pak Mar: "Sore ke rumah bapak ya, ada yang ingin bapak bicarakan."
Aydin: "Iya pak, Insya Allah nanti Aydin ke rumah bapak."
Setelah berbincang-bincang dengan bu Wati, Pak Mar pun pamit.
"Assalaamu 'alaikum" lalu Aydin mengetuk pintu lagi.
"Wa 'alaikum salam." jawab salam dari dalam rumah pak Mar dan tak lama pintu pun terbuka.
"Terima kasih bu." Aydin pun masuk kemudian duduk di sofa.
Bu Aisyah pun meninggalkan Aydin untuk segera memberitahukan kedatangannya kepada pak Mar.
Pak Mar: "Bagaimana kondisi pak Guru sekarang A?"
Aydin: "Masih belum ada perkembangan sejak tadi siang."
Aydin: "Kalau tidak salah dikarenakan ada salah satu rekan Ayah yang mempunyai niat terselubung dari kedatangannya."
Aydin: "Sepertinya sih begitu pak, namun yang datang bukan tokoh utama yang membuat kondisi Ayah seperti saat ini."
Pak Mar: "Sekarang Bapak semakin yakin bahwa sebenarnya Aa tahu banyak mengenai hal ini."
Pak Mar: "Selepas Isya bapak akan ke rumahmu, nanti Aa ke sini lagi jemput bapak ya!"
Aydin pun mencium tangan pak Mar kemudian dia pulang.
Setelah shalat Isya di masjid yang berada di kampungnya, Aydin pun kembali ke rumah pak Mar untuk menjemput beliau.
"A, punya senter sama pacul atau golok?" tanya pak Mar.
"Mestinya sih ada pak, nanti Aydin cari dulu ya." jawab Aydin lalu memasuki rumahnya.
Tak lama Aydin sudah keluar dg membawa senter dan pacul.
"A, coba gali tanah ini!" perintah pak Mar.
Aydin pun menyerahkan senter kepada pak Mar lalu mulai menggali tanah yang pak Mar tunjukkan.
Pak Mar lalu berdo'a kemudian mengambil kain itu.
"A, antar bapak pulang sekarang!" pinta pak Mar tanpa membuka lipatan kainnya.
Sesampainya di rumah pak Mar, mereka pun masuk. Sementara pak Mar memasuki salah satu kamar, Aydin hanya menunggu di kursi sofa.
Setelah 15 menitan Aydin menunggu, akhirnya pak Mar keluar kamar.
Pak Mar menarik napas panjang kemudian menghembuskannya lalu berkata.
"Tidak ada jalan lain lagi kecuali memeranginya dan tentu saja meminta pertolongan dari Allah."
Pak Mar: "Aa sekarang ke RS, baca ini sampai shalat shubuh, usahakan jangan tidur. Lakukan tiga hari berturut-turut, mudah-mudahan Allah mengabulkan permintaan kita."
Aydin: "Baik pak, Aydin berangkat sekarang."
Akhirnya Aydin tiba di RS & memarkirkan motornya.
Segera Aydin mengaktifkan perisai untuk Ayahnya lalu keluar ruangan. Dia lalu duduk sila dan memejamkan matanya.
"Jadi kamu yang disuruh menyerang Ayahku juga?" ucap Aydin dengan nada lantang tak bersuara.
"HaHaHa, bukan hanya aku manusia bodoh." jawabnya.
"Kamu mengenal salah satunya bukan?" sosok buta itu bertanya.
SB: "Ternyata kau tak sebodoh yang aku kira. Seharusnya aku membunuhmu malam itu juga sehingga tak perlu murid dari pesuruhku harus mengalami muntah darah yang hebat."
"Aku tidak pernah langsung menghadapi orang yang dikatakan murid dari pesuruhmu, aku hanya meleburkan sesosok makhluk yang menyerupai perempuan yang menemuiku di tempat KKN."
Aydin: "Oh, aku mengerti sekarang. Lantas apa yang akan kamu lakukan saat ini? Menyerang kami lagi?"
SB: "Baik, aku akan pergi."
Awalnya 4 bulan sekali pak Affandi dirawat di RS, namun pada hari2 berikutnya menjadi 2 minggu sekali.
Tidak dipungkiri sekolah itu dibangun oleh pak Affandi sejak dari hanya mempunyai 2 kelas sampai akhirnya memiliki lebih dari 20 kelas ditambah beberapa ruangan tambahan.
Wajar saja sesepuh desa itu marah ketika mengetahui pak Affandi diperlakukan tidak adil.
Ada yang dibantu perihal biaya sekolah, entah lewat beasiswa atau uang pribadi beliau.
Bahkan pak Affandi siap dijadikan sebagai jaminan ketika ada siswanya yang ditangkap polisi akibat kenakalan mereka.
Ketika berada di rumah beliau, para siswa diminta untuk membersihkan pekarangan belakang rumahnya.
Itulah pak Affandi, dia tegas namun dekat dengan siswanya layaknya sahabat.
Namun kasusnya tidak berlangsung lama karena ada uang pelicin dari kepala sekolah untuk menutup perkaranya.
Pak Naar adalah tersangka utama yang telah menyerang pak Affandi secara magis.
Dia diangkat menjadi wakil kepala sekolah setelah pak Affandi mengundurkan diri.
Atas saran pihak TU, tanpa malu dia bertanya kepada pak Affandi.
Tentu tidak, bahkan lebih gencar.
Pernah suatu saat ketika Ayahnya Aydin masuk rumah sakit, Aydin melihat perut Ayahnya bergerak-gerak layaknya seorang ibu yg sedang hamil.
Alhamdulillah setelah diobati, perut Ayahnya sudah kembali normal.
***
Di sana mereka berbincang sampai malam seperti sedang melepas rindu.
Setelah menginap di kakak pertamanya, mereka melanjutkan perjalanan menuju area di mana kostan Aydin berada.
Ada kecemasan yang melanda Aydin ketika Ayahnya mengunjungi keseluruhan saudaranya, namun dia tepis jauh-jauh kecemasan itu.
Mengingat kondisi Ayahnya dan juga Neneknya yang sakit cukup parah dan sangat membutuhkan uang untuk pengobatan, akhirnya Aydin berikhtiar untuk menjual tanah dan kostan yang dia tinggali.
Pada pukul dua pagi, Adiknya bu Wati menelpon dan memberitahukan bahwa kondisi Neneknya Aydin sudah melemah.
Pak Affandi dan Bu Wati segera berangkat menuju tempat Neneknya Aydin diterapi.
Segera Bu Wati membawa Pak Affandi ke Rumah Sakit dan disusul oleh Neneknya Aydin pada pukul 8 pagi di ruang dan kamar yang sama.
Dia segera berlari menuju kampus untuk menemui adik tingkatnya dengan tujuan meminta diantarkan pulang menggunakan sepeda motor milik adik tingkatnya.
Namun sayang, sesampainya di rumah Neneknya sudah dikebumikan.
Karena shock, Ayahnya meminta pindah ruangan dan untungnya ada kamar kosong di ruang VIP. Sore itu juga beliau dipindahkan ke ruangan VIP.
"Memangnya kenapa Mah?" tanya Aydin walau sebenarnya dia sudah merasa sesuatu terjadi terhadap Ayahnya.
"Gak ada apa-apa, cepetan saja kemari, sekarang!" titah bu Wati.
Ketika tiba di ruangan VIP, Rama berlari menuju Aydin sambil menangis.
"A, Papah" ucap Rama yang tetap berhenti menangis.
"Rama sayang Papah kan?"
Rama mengangguk dalam tangisnya.
"Kalau Rama sayang Papah, Rama berhenti menangis ya, ikhlaskan Papah." ucap Aydin dengan suara berat sambil memeluk adik bungsunya itu.
"Pah, Aydin sayang Papah."
Walaupun Aydin ingin menangis, namun dia berusaha menahan supaya ibu dan adiknya bisa tegar menghadapi kenyataan.
Kematian adalah takdir yang pasti dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa, termasuk Ayah dan Neneknya.
~ Maaf update ceritanya sangat lama dikarenakan pada akhir tahun, saya harus mengurus istri dan anak-anak saya yang sakit dalam kondisi saya sendiri juga sakit. Sehingga setelah mereka sembuh, saya masih dalam keadaan sakit. Alhamdulillah hari ini sudah membaik ~
Sampai jumpa pada thread selanjutnya yang belum ada judul.