Sudut pandang Anto.
***
Waktu aku SMK, aku sempat memiliki seorang kekasih, sebut saja Diah. Kami berpacaran belum lama, paling baru 3 mingguan. Namun, tiba-tiba sikap Diah berubah. Dia menjadi cuek dan selalu membicarakan tentang mantan kekasihnya, Deni.
Bapak sempat bertanya, "Awakmu serius po karo cah kae?" (Kamu serius sama anak itu?), "Yo sing ngati-ngati wae," (Ya yang hati-hati saja) lanjutnya.
Dan aku pun melihat ada aura negatif yang terselubung dalam tubuh Diah. Akhirnya aku memutuskan meminta bantuan Ozi untuk
Pada suatu siang, aku sengaja mengajak Ozi untuk datang main ke rumah Diah. Saat kami sampai di depan gerbang rumahnya, sangat jelas kami melihat ada dua batu nisan di kanan kiri gerbangnya. Itu menjadi hal pertama yang kami temukan.
Kemudian pada suatu hari, aku mengajak Diah untuk berwisata ke sebuah Danau di kotaku. Seperti muda mudi pada umumnya, kami menikmati pemandangan danau sambil ngobrol dan makan camilan.
Padahal, aku yang tidak enak hati kepada orangtua Diah, bila harus mengantar Diah di malam hari.
Cahaya di danau tersebut ketika malam hari memang remang-remang, apalagi kami duduk tepat di bawah pohon besar.
Tumben malam itu danaunya sedang agak sepi, mungkin karena bukan hari libur atau weekend.
Awalnya kami hanya ngobrol biasa, namun lama-kelamaan Diah berubah menjadi agresif.
Kalian bisa menemukan siapa mereka di thread saya yang pertama ya, disana ada semua jawabannya.
Tepatnya di thread "Kerajaan Pantai Selatan".
Aku pun membalas menggenggam tangan Diah, suasana di malam itu benar-benar sangat
Namun, tiba-tiba kedua tangan Diah beralih hendak mencekik leherku, matanya melotot sembari mendorong tubuhku sampai
"Mati kowe! Mati kowe! Mati kowe!" (Mati kamu!) ucap Diah garang sambil menyeringai.
Diah kesurupan entah setan apa itu. Aku hanya bisa gelagapan menahan nafas yang tersengal-sengal karena leherku tercekik. Tenaganya berubah menjadi sangat kuat.
Beruntung ada seorang Bapak yang kebetulan lewat di belakang kami. Bapak itu pun sontak menolongku, dengan mendorong Diah.
Seketika itu Diah pingsan.
Tak lupa aku menceritakan kejadian yang tadi terjadi di danau.
Keesokan harinya, aku di telfon oleh Diah. Dia meminta putus, dan tidak mau lagi berhubungan denganku. Aku tentu saja merasa kaget.
Aku tidak terima diputuskan oleh Diah, apalagi tanpa alasan. Dan aku pun tidak membuat kesalahan apa-apa.
Akhirnya, karena aku begitu dibutakan oleh cinta, pada suatu malam, aku kembali
Rumah Diah berada di pojokan desa, agak jauh dari pemukiman warga, jadi memudahkan kami untuk datang tanpa dicurigai oleh warga sekitar.
Kami pun mencoba menggali di sebuah titik untuk menemukan bulu tersebut.
Lalu, kami beralih mencari sesuatu yang lain, karena kami yakin,
Dan benar saja dugaan kami. Ozi lagi-lagi menemukan sebuah buntalan putih bulat sebesar kepalan telapak tangan.
Dan yang paling banyak berada di bawah jendela kamar Diah.
Keesokan harinya, aku dan Ozi berkeliling ke seluruh penjuru kotaku untuk mengunjungi masjid-masjid tertua. Ada 7 masjid yang kami sambangi. Tujuannya adalah untuk mengambil air dari masjid-masjid tersebut.
Kami mengambil air dan memasukannya ke dalam botol kaca berukuran 1 liter.
Dan tidak lupa, di setiap masjidnya kami selalu meminta izin kepada Syuhada yang ada di masjid tersebut untuk mengambil air disana.
Bahkan di suatu lokasi bulu perindu berada, aku melihat bulu tersebut bergerak-gerak seperti ulat keket.
Ternyata memang ada yang sengaja mengirimnya untuk dijadikan pengasih bagi Diah.
Aku dan Ozi memutuskan untuk pulang.
Sampai segitunya Diah membenciku, begitu besar efek pelet
"Aku orapopo kok urak ngene ki, tp tulong kok ombe iki banyu." (Aku gakpapa diusir gini, tp tolong kamu minum air ini) pintaku pada Diah sebelum aku pergi.
Namun Diah begitu cuek dan tak acuh.
Itu berarti Diah tidak meminum air pemberianku.
Awalnya masih belum mendapat hasil, akhirnya seminggu kemudian Ozi memberitau
Pertama, buntalan itu dimasukkan ke dalam botol dan di buang ke laut.
Kedua, buntalan itu dibakar dan abunya ada di tumpukan baju Diah di lemari.
Ketiga, buntalan itu ada di dasar sumur
Dan yang terakhir, buntalan itu digenggam langsung oleh Genderuwo yang berjaga di rumahnya.
Karena itulah, aku dan Ozi sama sekali tidak mampu menemukan buntalan-buntalan tanah kuburan itu.
Aku biarkan saja hubunganku dengan Diah kandas.
Tak lama setelah itu aku dengar Diah kembali berpacaran dengan Deni.
Dan saat ini, Diah sendiri sudah menikah dan memiliki anak, namun bukan dengan Deni dia menikah.
Gak serem ya?
Cuma pengin kasih peringatan, kalau ada diantara kalian yang merasa dipelet cinta sama seseorang. Tapi kemungkinan sudah jarang yang menggunakan.
Maaf kalau akhir-akhir ini nulis horrornya lagi bau-bau romance terus hehe 🙏
***
@bacahorror | #bacahorror