My Authors
Read all threads
[WANITA TAK KASAT MATA]
~Chapter Two~

_A Thread_

Sumber (delviharahap20)

#threadhoror #horror #ceritahorror #hororstory
@ceritaht @bacahorror
#dentuman #SUHO
Pagi sebelum pergi kesekolah aku memyempatkan diri melihat boneka Misliana yang tertinggal. Tapi saat ku lihat benda itu sudah tidak ada, mungkin di bawa oleh anjing liar pikirku saat itu. Tapi toh bagus boneka itu gak bakalan balik balik lagi.
Sepulang sekolah, kulihat Misliana sudah di depan pintu gerbang rumahku, mungkin dia menungguiku pulang saat itu.

"eeh, udah lama nunggu aku?" sapa ku padanya. Wanita ini terlalu sering menundukkan kepalanya.
"barusan" saat menjawab barulah kepalanya mendongak.

"ayok masuk" ajak ku padanya
Selesai berganti pakaian kami menuju ayunan belakang rumah, dan aku baru tersadar bahwa boneka itu dari tadi bertengger di tangan Misliana. Aku terdiam beberapa saat, wanita ini sering membuatku merinding karna aura aura keanehan yang terkadang ada pada dirinya.
"eeh itu bonekamu bukanya ketinggalan ya disini kemaren sore?" kataku padanya.

"hmmm" dia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
"tadi pagi aku liat udah gak ada disini, ku kira di bawa anjing. Tapi kok bisa balik sama kamu lagi?" rasa penasaran menumpuk di otakku saat itu.

"iyaa nemu di jalan deket rumah ku, mungkin anjingnya ninggalin di situ"
"owwh, aku kira kamu malem malem nyelinap kesini buat ngambil boneka itu"

Dia hanya menjawab dengan senyum sekilas.

"kerumahmu yok, udah lama main aku ga tau rumahmu" ajakku tibatiba padanya.
"Besok aja" jawabnya datar

"sekarang aja ayok" aku sedikit memaksa saat itu.

"kalau aku bilang enggk ya enggak" jawabnya membentak, dengan tatapan dingin mematikan, lalu dia menunduk tanpa suara.
"yaudah kesungai aja yok, bosan disini terus" kataku mencairkan suasana. Dan dia pun mau.

Sepanjang perjalanan kesungai aku terus membicarakan tentang sekolahku pada Misliana, syukurlah dia gak pernah bosan dengerin aku nyerocos panjang lebar.
Tapi yang menjadi keanehan adalah tatapan tatapan setiap orang yang kami lewati. Mereka menatapku seolah aku ini aneh, bahkan aku gak ngerti kenapa mereka seperti itu. Sampai saat kami ingin menyebrang jalan, di sampingku ada ibu ibu juga yang ingin menyebrang.
Selama menunggu jalanan aman, aku masih berbincang pada Misliana. Tanpa ku sadari ibu ibu tadi langsung mengambil jarak yang amat jauh dariku dan Misliana. Apakah badanku bau makanya dia jauh jauh ya.
Kami bermain di sungai sangat lama, hingga pulang ke rumah pas matahari mulai tenggelam, menghasilkan bayangan bayangan makluk hidup mau pun mati akibat terkena pantulan cahaya senja saat itu.
Sekali lagi yang membuatku merinding, ketika berjalan aku melihat bayangan ku sendirian, tak ada bayangan Misliana. Kenapa dia gak ada bayangannya sedangkan aku ada? Pohon aja ada bayangannya saat itu.
Tapi sekali lagi aku memilih bungkam. Dia aneh, tapi dia selalu mendengarkan omonganku. Itu yang membuat ku terus bisa berteman dengannya.
Siang itu masih di tempat biasa kami bermain.

"jar kamu tau gak?" ucap misliana kepadaku.

"tau apa?" kataku sedikit heran.
"kamu tau gak pohon angkasia di dekat semak semak sana?" tanyanya kepadaku, sambil nunjuk ke arah pohon itu.

Seketika aku flashback kejadian kejadian menyeramkan terdahulu, seketika ke ngerian menyergap tubuhku.
"ihh kok nanya itu sih Mis?" kataku ingin mengalihkan pembicaraan.

"mau tau gak cerita pohon itu jar?"

"emang kamu tau Mis?" aku sedikit heran, karna dia kan orang baru.

"Tau"
"Kamu kan orang baru, kok bisa tau?" jawabku sedikit meng intimidasi.

"Mamaku yang bilang jar"
"Dulu kata mamaku, semua belakang rumahmu ini hutan hutan kayu, penebang penebang pohon berdatangan mau buka lahan. Ada sekelompok pembuka lahan tepat di sekitar pohon pohon angkasia itu.
Ada beberapa perempuan muda dan bapak bapak, sepertinya mereka keluarga. Terus pas proses penebangan kayu, si perempuan yg umurnya sekitar 24 tahun lagi nyiapin makanan di dekat pohon yang lagi di tebang.
Naas pohon tumbang ke arah perempuan itu, dia tertimpa tanpa sempat berlari. Dan meninggal seketika. Padahal dia mau menikah saat itu. Jadi itu cerita nya jar" ucapnya meng akhiri ceritanya.
Aku terdiam beberapa saat, berpikir sejenak. Mungkinkah wanita yg dulu menakutiku itu perempuan yg tertimpa pohon itu, sungguh aku amat ketakutan. Tapi dari mana ibunya Misliana bisa tau cerita detailnya.
"emang mamamu pernah ke rumahku Mis? Kan ga pernah" kataku kepadanya

"pernah, pas kamu sama ibumu ga ada di rumah, tapi cuman lewat aja" jawab misliana datar.
"Mis bawa aku kerumahmu sekarang. Ayok, ga mau besok besok lagi"

kataku sambil menarik tangan misliana untuk beranjak dari duduknya.
Ini kali pertama aku memegang lengannya, Dingin. Tangannya sangatla dingin seperti es , tanpa sadar aku menarik tanganku akibat terkaget oleh tanganya yg begitu dingin. Bagai mana bisa dalam cuaca sepanas ini tangannya sangatlah dingin.
Misliana tibatiba menatap nanar ke arahku, aku benci tatapan kosong tapi tajam yang terkadang dia berikan.

"Yasudah ayok, ikutin aku di belakang" jawab misliana sambil berjalan mendahului ku.
Sekitar kurang lebih 30 menit kami berjalan tanpa sepatah katapun. Dan sampailah aku dan Misliana ke rumah kayu yang sudah tua, dan terlihat tidak ter urus. Bahkan banyak sampah dedaunan pohon yang tidak di bersihkan.
Semak semak yang tidak di tebasi, aura kemistisan terlihat jelas dari rumah ini, siapa sangka ada manusia hidup dalam rumah itu. Dan yang anehnya lagi, aku merasa tidak pernah melihat rumah ini sebelumnya, ntah karna jarak yg jauh mungkin.
Dan lagi, jaraknya dari rumahku kan amatlah jauh, kenapa dia bisa bermain ke tempatku bukan ke tetangga terdekatnya.

"Jar, mau masuk apa langsung pulang? Mamaku ga ada di rumah" sapaan misliana membuyarkan lamunanku seketika.
"ha, aku langsung pulang aja Mis udah mau sore. Takut ibukku nyariin. Besok aja aku masuk ke rumahmu ya"
jawabku. sebenarnya aku agak ngeri untuk masuk ke rumah Misliana. Tapi mungkin besok aku akan berani untuk mampir.
"Yaudah jar. Hatihati" ucapan terakhir misliana ketika kakiku mulai melangkah cepat meninggalkan rumah itu, terlihat dia hanya diam mematung di halaman rumahnya, melihat diriku yang berjalan semakin jauh dari kediamannya.
Hari kemarin sama dengan hari ini. Misliana belum juga kelihatan, bahkan aku tak tau dia pergi kemana selama 2 hari ini.
Kuputuskan siang ini juga mendatangi rumahnya, dengan keberanian penuh, ku yakinkan tekad buat pergi kesana. Aku pergi kerumah Misliana jalan kaki seorang diri, syukurla cuaca agak mendung jadi tak terlalu panas saat itu.
Ketika sampai di depan rumahnya, tak kulihat siapa siapa, pintu dan semua jendela rumah tertutup rapat.

"Misliana...Misliana...Misliana" aku teriak teriak memanggil namanya agak jauh dari pintu rumahnya, karna jujur aja, agak ngeri sendirian pergi ke rumah ini.
Sekitar, 20 menit kupanggil namanya berulang ulang, tak kunjung ada jawaban apa apa. Mungkin dia pergi ke suatu tempat pikirku saat itu. Tapi kuputuskan untuk menunggunya sejam lagi, mana tau dia sudah pulang.
Aku pun duduk sendirian di bawah pohon sawo yang ada di depan rumahnya, pohon nya besar, kuperhatikan tak ada buahnya sama sekali.
Semakin lama menunggu aku semakin ketakutan sendiri, seolah ada sosok sosok yang memperhatikanku, walaupun aku tidak melihat siapa siapa saat itu.
Suasana semakin hening, yang terdengar hanya suara binatang binatang kecil, suara angin, serta daun daun yang berjatuhan perlahan. Terlihat cuaca pun sudah semakin mendung, ku putuskan beranjak dari tempat dudukku dan segera pulang.
Ketika aku berdiri dan hendak berjalan "Bruuukkkkkkkk" kalian tau suara apa itu?? Sangat mengerikan. Aku diam mematung tak bisa berkata apa apa, sebelumnya aku sudah memperhatikan di atas pohon ini tidak ada apa apa.
Tapi kenapa tiba-tiba boneka jelek Misliana bisa terjun bebas dari atas pohon sawo, dan mendarat tepat di depan kakiku. Aku diam dalam kebisuan beberapa detik lamanya, mengumpulkan sisa sisa keberanian yg masih ada.
Aku berbalik perlahan, sedetik kemuadian aku berlari sangat kencang meninggalkan rumah itu. Aku berhenti sejenak di pinggir jalan depan Rumah Misliana, terlihat 2 orang bapak bapak berjalan kaki membawa pancingan. Sejenak mereka menghampiriku.
"dari mana dek? Pulang sana udah mau hujan ini" sapa bapak bapak yg berbadan gendut kepadaku.

"ha uhh haa, dari rumah itu pak" jawabku masih ngos ngosan sambil menunjuk rumah Misliana.
"loh nyari siapa emangnya kesitu?" gilaran bapak yg berbadan kurus yg bertanya.

"itu nyarii temen, ternyata gak ada di rumah dia pak" terlihat kedua bapak itu agak keheranan.
"lah emang temenmu tinggal disitu, apa main disitu terus ga ketemu?" tanya bapak kurus lagi.

"tinggal disitu pak" jawabku.
"itu mah ga ada yang nempatin rumahnya dek, kalo ga percaya ayok bapak tunjukkan" jawab bapak gendut sambil berjalan mendahului kami berdua. Kami pun mengikutinya dari belakang sampai ke halaman rumah itu lagi.
"tuh liat mana ada orang tinggal di rumah yang ga pernah di bersihkan, banyak kan sampahnya. Ga ada orang nya ini, udah lama" kata bapak berbadan gendut.
"itu bonekanya pak, di bawah pohon sawo. Punya temen aku itu" kontan kedua bapak itu melihat boneka itu, mereka diam sejenak, lalu mengajakku pulang.
"udah ayok pulang aja, ini rumahnya emang serem dek, ayok ayok" kata bapak berbadan kurus. Aku pun mengikuti langkah kedua bapak bapak itu untuk meninggalkan rumah Misliana.
Kusempatkan menoleh kebelakang sekilas, memperhatikan rumah itu. Tak di duga sepasang mata sedang mengintip di atas ventilasi pintu yg agak besar, dia melihatku dan aku melihatnya, secepat kilat mata itu hilang, seolah dia menunduk agar tak ketangkap basah sedang mengintip.
Aku pun terdiam dengan keringat dingin dan rasa takut luar biasa hebat. Di perjalanan pulang aku kehujanan, aku tak ingin meneduh karna takut sosok itu mengikuti nantinya.
Di perjalanan aku berpikir keras, ventilasi itu tingginya sekitar 2 meter lebih dari atas tanah, apakah ada orang setinggi itu? Ataukah dia manjat kursi atau yg lainnya untuk mengintip dari ketinggian segitu. Dan atau jangan jangan dia melayang seperti angin??
Sesampainya di pagar rumah, kulihat sosok yg tidak asing duduk bersimpuh dengan kepala amat tertunduk di lantai teras rumahku, kenapa dia tidak duduk di kursi malah memilih duduk di lantai, sangat aneh bukan.
Ku putuskan berheti sejenak untuk memperhatikan sosok itu. Beberapa menit berlalu dia tak melakukan apa apa, seolah seperti patung yang tak bergerak sedikitpun. Aku pun melangkah membuka pagar dan menuju ke arahnya, spontan Misliana mendongak kan kepalanya untuk melihatku.
"eeh kamu ngapain disini? Aku dari rumah mu sampe kena hujan kaya gini, kok tiba tiba udah di depan rumahku?" tanyaku membombardirnya karna rasa penasaran bertubi tubi.
"tadi aku pergi jauh sendirian pas nunggu kamu pulang sekolah, tau nya nyasar. Baru bisa balik sekarang"
Katanya polos dan datar.
"alah bohong, udah pulang sana. Hujannya kan udah berenti, aku mau mandi" jawabku ketus, karna alasan wanita itu tidak masuk akal menurutku, terlalu banyak yg di sembunyikan olehnya.
"yaudah aku pulang ya" jawabnya lemas masih terus menunduk, mulai berjalan meninggalkan rumahku. Untungnya tak kulihat boneka jelek itu di tangannya, kalo memang saat itu dia membawa boneka mungkin aku sudah pingsan.
Setelah selesai berberes aku mulai berpikir, untuk apa aku menyuruhnya pulang?, harusnya aku tanya soal perkara rumah dia bukan menyuruh pulang. Dan untuk apa aku memarahin dia. Aku pun merasa bersalah seketika, dan berniat untuk meminta maaf keesokan harinya.
Seperti biasa, ketika tersinggung dia tidak akan mendatangiku. Aku ingin ke rumahnya, tapi takut. Rumahnya terlalu horor untuk di datangi. Aku pun memilih pergi kerumah Andi temanku. Jaraknya agak setengah jam dari rumahku.
Aku pun bermain sepeda saat itu di rumah Andi, tapi tak terlalu lama akibat Andi di ajak ibunya untuk pergi ke rumah sodaranya. Alhasil aku pun pulang dengan sedikit rasa kecewa.
Tibanya di pagar rumah kulihat lagi sosoknya duduk di lantai, dengan kepala tertunduk. Perasaan ku sedikit senang saat itu. Langsung ku hampiri dia. Tapi pas aku semakin dekat, bahkan sudah ada di hadapannya, dia tak melihatku sedikitpun.
Hanya terdengar suara isakan tangis yang memilukan. Aku kebingungan harus berbuat apa. Kuputuskan untuk duduk di sebelahnya. Dia sama sekali tak melihatku.
"Mis, kenapa nangis?" tanyaku pelan padanya.

5 menit tak ada jawaban. Ini manusia ga bosan apa nangis pikirku, yg denger aja bosan. Tanpa kusadari tiba tiba dia menoleh ke arahku, alhasil aku kaget seketika di hadapannya.
"Gak apa apa" jawab misliana. Kalian tau, segitu mirisnya dia menangis, tak ada air mata setetespun yg keluar dari matanya, bahkan matanya tak terlihat merah. Apa dia pura2 menangis, tapi suara isakannya begitu menyayat hati. Aku pun bingung, tapi takut untuk bertanya saat itu.
"Mis, kamu marah kan sama aku. Maaf ya"

"Gak kok" jawabnya.

"Baguslah, aku pengen beli sepeda loh Mis. Tadi main ke rumah Andi, jadi pengen sepeda" aku sedikit curhat saat itu.
"Beli aja jar, palingan nanti ga mau main sama aku lagi kan" terlihat dia menatapku dengan tatapan aneh yg susah di artikan.

"Gak kok, nanti kamu ku goncengin muter muter"
Kami pun kembali baikan siang itu dan kembali main di ayunan belakang rumah.
Terlihat ibu Dinda (ibu Jarot), wanita usia 36 tahun memasuki pagar rumahnya dengan menggunakan sepeda motor. Hari ini dia pulang cepat karna kerjaan tak begitu banyak.
Ia terlihat senang karna bisa melihat anaknya lebih cepat hari ini. Inisiatif ia sengaja tak memanggil nama anak itu. Mengendap endap masuk kerumah untuk mengagetkannya. Perlahan ibu Dinda menyusuri setiap ruangan di dalam rumah, tapi anak itu tak juga di temukannya.
Perlahan ibu Dinda mengendap endap ke pintu dapur yang langsung terhubung ke ayunan di luar rumah. Seketika dia terdiam berhenti di depan pintu, sangat jelas terdengar oleh telinganya.
Anaknya sedang berbicara, tapi setiap pembicaraan yg keluar dari mulutnya, tak ada lawan bicara yang membalas perkataannya. Sekitar setengah jam lebih wanita itu berdiri mematung, mencerna setiap kata yang keluar dari mulut anaknya. Merinding? Sudah pasti ibu Dinda merinding.
Bahkan kalo bisa dia akan pingsan. Terakhir kalimat "iyaa besok kesini lagi ya" keluar dari mulut anaknya. Tak lama pintu dapur di dorong, alhasil ibu dinda itu teetabrak oleh pintu. Membuatnya tersentak kaget, Jarot pun tak kalah kagetnya.
"Loh buk, kok udah pulang. Kaget aku" kata Jarot dengan ekspresi yang emang sangat kaget.

"ha apa nak? Gapapa. Ibuk tidur bentar ya. Pusing" alibi Ibu Dinda, karna rasa syok yg teramat sangat.
"sakit ibuk"?

"enggk. Kamu udah makan kan jar?"

"udah kok"
Didalam kamar ibu Dinda terus berpikir, dengan siapakah anak nya bicara? Anaknya bicara kepada hantu atau memang psikisnya sedang terganggu. Saat ini dia berharap suaminya cepat pulang, karna tanpa di sadari ada perasaan takut pada dirinya.
~Bersambung~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Dongeng Sebelum Tidur

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!