My Authors
Read all threads
Singsot dan Hilangnya Rimba Seta •

Urban story yang bercerita tentang terkutuknya bersiul di malam hari.


@bacahorror | #bacahorror
Hai, 🙂

Cerita kali ini agak berbeda dari cerita biasanya ya. Karena cerita ini akan mengandung banyak unsur kekerasan dan misteri didalamnya.

Akan banyak istilah-istilah yang mungkin kurang nyaman untuk dibaca dan dibayangkan.
Jadi, saran saya untuk yang tidak kuat terhadap segala bentuk kekerasan, darah, dan crime (kejahatan) bisa langsung tinggalkan cerita ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Bantu like dan retweet sebanyak-banyaknya 🙏
• LATAR BELAKANG •
_____________________

Tahun 1966.

Rimba Seta adalah putra dari pasangan muda yang kaya raya. Dirinya hidup berkecukupan sejak lahir. Ayahnya, Pak Kerta merupakan pewaris tunggal dari seorang saudagar sembako kala itu. Sedangkan Ibunya, Bu Sanum merupakan
putri dari orangtua yang cukup kaya juga, dimana ayah Bu Sanum adalah orang Belanda. Jadi, Bu Sanum ini seorang blasteran Indo-Belanda.

Rimba Seta sudah terbiasa hidup glamour dari kecil. Segala kebutuhannya selalu terpenuhi, orangtuanya sangat menyayanginya.
Namun, akibat Rimba Seta terlalu dimanja, menyebabkan dia tumbuh menjadi anak yang kurang memiliki etika dan sopan santun.

Rimba kecil sering bertindak semena-mena terhadap teman sepermainannya. Dia sering dengan sengaja mengejek, menghina, bahkan tak segan menyakiti temannya.
Namun, para orangtua teman-teman Rimba, tidak pernah sekalipun protes atau tidak terima atas perlakuan Rimba kepada anak-anaknya. Karena mereka sadar, bahwa kehidupan mereka masih sangat bergantung kepada Pak Kerta yang selalu berbaik hati memberi mereka modal usaha.
Rimba ini anak tunggal. Orangtuanya memang sengaja tidak menambah keturunan lagi, karena bagi mereka memiliki 1 anak laki-laki sudah cukup untuk nantinya bisa meneruskan bisnis keluarga.

Sehari-hari Rimba di asuh oleh para pengasuhnya yang berjumlah 7 orang.
Dari 7 orang tersebut terdiri dari 4 perempuan dan 3 laki-laki. Pengasuh perempuan bertugas mengurus segala keperluan Rimba, seperti menyiapkan makanan, memandikan, menidurkan Rimba, dan lain-lain.
Sedangkan pengasuh laki-laki bertugas menjadi boddyguard Rimba kemanapun ia pergi.
Bisa dibilang, Rimba sangat minim perhatian dari kedua orangtuanya. Orangtuanya hanya memenuhi segala kebutuhan materi namun tidak pernah mencukupi kebutuhan batin anaknya.

Maka dari itu Rimba tumbuh menjadi anak yang sedikit arogan.

**
• MISTERI DIMULAI •
__________________

Tahun 1967.

Tepat saat Rimba berumur 7 tahun, Rimba di ajak oleh orangtuanya berlibur ke luar kota. Mereka pergi ke sebuah perbukitan nan asri untuk sekedar melepas penat.

Seisi rumah diajaknya, termasuk semua pengasuh Rimba.
Mereka menyewa sebuah villa di bukit tersebut untuk satu minggu. Pemandangan disana sungguh sangat indah, hamparan bukit hijau dan udara yang sangat segar, cukup membuat keluarga Rimba merasakan kenyamanan.

Di depan villa yang mereka tinggali, ada sebuah taman bermain
anak-anak, yaitu ayunan dan perosotan yang terletak di bawah pohon rindang.

Selama ada villa, Rimba sering menghabiskan waktunya untuk bermain di taman tersebut.
Namun, pada hari ke tiga mereka disana, Rimba berlari ke taman sendirian tanpa boddyguardnya. Dia bermain disana seorang diri.
Rimba bermain sejak pukul 14.00 - 14.45 sore.

Kemudian setelah itu Rimba pun kembali ke villanya.
Sejak saat itulah, Rimba berubah menjadi anak yang tidak lagi mereka kenali. Rimba sering membicarakan hal-hal yang tidak masuk akal.

"Ayah, ayah tau tidak? Kalau iblis itu punya dua sayap? Tapi aku tidak tau kenapa iblis tidak pernah mau menunjukkan wajahnya.."
tanya Rimba pada suatu malam kepada ayahnya (masih di villa).

Ayahnya kebingungan, mengapa Rimba tiba-tiba menanyakan hal semacam itu. Bahkan ayahnya sama sekali tidak pernah mengajarkan kepada Rimba bahwa ada makhluk lain yang juga tinggal di bumi, bernama iblis.
Terlebih saat itu keluarga Rimba memang tidak memiliki kepercayaan (agama), mereka cenderung Agnostik (percaya bahwa di alam semesta ini ada satu kekuatan besar yang mengatur).
Lalu, di hari selanjutnya Rimba kembali bertanya kepada Ibunya.

"Ibu, kemarin aku diberi tau oleh mereka, bahwa Ibu mungkin tidak akan punya anak lagi. Apa itu benar Bu?"

"Mereka siapa?" Ibunya bertanya balik.

"Umm..mereka yang punya dua tanduk di kepalanya." jawab Rimba.
Selama satu minggu di villa, Rimba terus menerus menanyakan hal-hal yang tidak bisa mereka mengerti.

Namun, orangtuanya mengabaikan begitu saja, mereka berfikir, mungkin Rimba hanya sedang mengada-ada dan berhalusinasi.

Akhirnya, mereka pun pulang, kembali ke desanya.
Sesampai dirumahnya, Rimba mulai suka bersiual. Bahkan siulannya itu sangat nyaring, seperti yang dilakukan oleh orang dewasa.

Orangtuanya terheran-heran, di usianya yang masih 7 tahun, Rimba mampu bersiul senyaring itu, bahkan terkadang memiliki nada.
Salah satu pengasuhnya yang bernama Bi Inuk, pernah menasehati Rimba saat ia terus menerus bersiul ketika sedang dimandikan.

"Rimba, Rimba jangan suka bersiul lagi ya..nggak baik, nanti ada sesuatu yang datang menghampiri kamu.." ucap Bi Inuk sembari memandikan Rimba sore itu.
"Sesuatu apa Bi? Aku memang sengaja memanggil mereka, karena mereka katanya suka dengan suara siulanku yang merdu." jawab Rimba sambil terus bersiul.

Lama-kelamaan, bersiul menjadi kebiasaan Rimba yang sangat sulit dihilangkan. Sudah berkali-kali dinasehati, namun Rimba selalu
menolak nasehat bahkan melawan dan mengamuk kepada siapapun yang melarangnya bersiul.

Sejak Rimba suka bersiul, Rimba tidak pernah lagi keluar dari rumahnya untuk bermain dengan teman-temannya.
Bahkan orangtuanya sampai mengundang teman-teman Rimba untuk datang ke rumah dan bermain bersama Rimba, namun Rimba justru mengunci dirinya di dalam kamar seorang diri.

Sudah berbulan-bulan keadaan ini terus terjadi. Orangtuanya mulai merasa khawatir dengan perlakuan aneh Rimba.
Muncul desas,desus di masyarakat bahwa Rimba sebenarnya bukanlah Rimba, melainkan sosok lain yang mendiami tubuh Rimba.

Namun, orangtuanya menepis jauh-jauh kabar tersebut, dan tidak mempercayainya sama sekali.
Beberapa kali di pagi hari, ketika pengasuhnya membangunkan Rimba, mereka mengaku melihat tubuh Rimba lebam-lebam biru, terutama di bagian leher, lengan dan kaki.

Namun, setelah pengasuh tersebut melaporkan kepada orangtua Rimba, lebam-lebam tadi telah menghilang
dengan sendirinya. Pak Kerta pun sering marah kepada para pengasuh yang melaporkan kebohongan, karena Pak Kerta tidak pernah satu kalipun menyaksikan lebam pada tubuh Rimba.

Bahkan Pak Kerta pernah mencoba untuk dia sendiri yang membangunkan Rimba di pagi hari,
namun nihil, tidak ditemukan apapun di tubuh Rimba.

Tetapi para pengasuh terus menerus melihat kejanggalan pada diri Rimba.

Salah satu pengasuh bahkan bersumpah bahwa ia pernah mendengar Rimba bersiul di kamarnya pada tengah malam menjelang pagi sekitar pukul 02.00.
Pengasuh tersebut menempelkan telinganya di pintu kamar Rimba, dan ia mendengar dengan sangat jelas, itu suara siulan Rimba, disusul dengan tertawaan Rimba yang cekikikan seperti sedang berbicara dengan orang lain.

Pengasuhnya yang khawatir pun mencoba membuka pintu Rimba,
namun terkunci.
Ia bergidik ngeri dan memilih kembali ke kamarnya.

Tidak sampai disitu, pada suatu malam, Rimba pernah kedapatan sedang berjalan menuju gerbang depan rumahnya, sendirian. Salah satu boddyguard yang melihatnya segera mencegat Rimba.
"Rimba mau kemana malam-malam begini?" tanya boddyguardnya.

"Malam ini mereka tidak mau datang, katanya sedang ada kenduri (pesta) di lapangan dekat persimpangan ujung jalan sana, jadi aku memutuskan untuk kesana saja menghampiri mereka.." jawab Rimba.
Boddyguardnya sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Rimba.

Ia lalu berinisiatif langsung menggendong Rimba dan membawanya ke kamar.
Keesokan harinya, seorang laki-laki paruh baya tak dikenal datang mengetuk gerbang rumah Rimba. Salah satu pengasuh pun menghampiri laki-laki tersebut.

Perawakannya tinggi besar, rambut cepak menggunakan topi dan setelan jas warna hitam, serta mengenakan sepatu fantofel hitam.
Laki-laki itu juga menggunakan masker dan kacamata hitam, sehingga tidak terlihat jelas wajahnya.

Ketika ditanya oleh pengasuh siapa dia dan bermaksud apa, laki-laki tersebut hanya terdiam, namun ia menyodorkan sebuah kotak kecil, lalu bergegas pergi.
Pengasuh pun heran, ia lalu masuk dan memberikannya kepada Pak Kerta.

Tidak ada nama pengirim di kotak tersebut. Setelah dibuka, di dalamnya terdapat beberapa tulang belulang yang sepertinya itu tulang binatang, dan selembar surat.
Surat tersebut berisi ancaman ;

"Saya tertawa mendengar kabar yang merebak di masyarakat bahwa anakmu, mulai bertingkah seperti orang tidak waras. Bahkan banyak yang menganggap anakmu itu dirasuki iblis. Sebenarnya semua yang terjadi dengan anakmu, adalah pekerjaanku.
Saya bersumpah bukan anakmu satu-satunya yang menjadi 'client'ku. Ada banyak. Sudah saya bilang bukan? Ini adalah pekerjaan saya. Karena saya akan mendapat banyak sekali uang jika saya merampungkan misi saya. Asal kamu tau, kekayaanmu itu bukan apa-apa, jika dibandingkan dengan
apa yang akan saya peroleh nantinya. Ketika kamu telah mendapati anakmu tidak ada di suatu malam ganjil. Bersiaplah."

Pak Kerta tidak mengerti sama sekali apa yang tengah pengirim surat coba bicarakan melalui tulisannya.

Tetapi satu yang ia pahami, anaknya berada dalam bahaya.
Lanjut besok ya 🙏
Hari itu juga Pak Kerta dan Bu Sanum mengadakan sayembara besar-besaran hampir ke seluruh penjuru kota. Mereka meminta untuk siapa saja yang mampu menemukan laki-laki yang diduga pelaku kejahatan terhadap anaknya, akan diberi imbalan senilai Rp 1.000.000,- dimana di waktu itu
uang satu juta rupiah sudah sangat sangat sangat banyak. Dan tidak hanya uang imbalannya, namun juga sepetak tanah 90 m².

Masyarakat heboh dan mulai berlomba-lomba mencari laki-laki yang dimaksud. Hampir semua warga beralih dari pekerjaan utamanya, demi mencari pelaku.
Bahkan banyak juga yang memakai jasa dukun untuk membantu menemukan pelaku.

Bagi seorang Pak Kerta imbalan segitu besarnya sangatlah kecil, karena kekayaan Pak Kerta jangan ditanya lagi, tidak akan habis 7 turunan pun.
Para pengasuh diperintah untuk memperketat penjagaan Rimba Seta.

Bahkan Rimba tidak diperbolehkan keluar kamar. Namun, karena orangtuanya memperlakukan seperti itu, Rimba justru semakin memberontak.
Rimba sering mencakar para pengasuh, menolak makan, dan buang air di kasur, padahal ada kamar mandi di kamarnya.

Para pengasuh mulai mengeluh atas perlakuan Rimba kepada mereka. Bahkan pernah suatu siang, tak segan Rimba menendang wajah pengasuh, sampai mata pengasuhnya bengkak.
Para pengasuh merasa itu bukan lagi Rimba yang mereka kenal.

Karena Rimba yang asli, adalah seorang anak yang periang dan selalu baik kepada para pengasuhnya, meskipun dia pun beberapa kali menyakiti teman-temannya, namun tidak sampai tahap yang parah.
Namun, anehnya, semenjak Rimba mulai tak terkendali amarahnya dan sering mengamuk para pengasuh, Pak Kerta dan Bu Sanum justru sama sekali tidak memperdulikannya.

Mereka malah tetap sibuk mengurus bisnis dan dagangannya.
Sampai pada suatu hari, ada seorang warga dari desa seberang yang datang bertamu ke rumah Pak Kerta. Dirinya mengaku telah menemukan laki-laki yang diduga pelaku kejahatan terhadap Rimba.

Katanya, laki-laki tersebut sedang bersembunyi di hutan yang tak begitu jauh dari
desa Rimba.

"Bagaimana kamu tau, bajingan itu ada disana?" tanya Pak Kerta.

"Karena tadi malam, ketika saya sedang berjalan di pinggir desa dekat sungai, saya melihat laki-laki yang berjalan mengendap setengah berlari, dia memakai setelan jas lengkap dan topi.
Namun, saya memang tidak melihat wajahnya, akibat minimnya penerangan. Saya mencoba mengejar. Dia berlari ke arah hutan. Namun, sialnya saya kehilangan jejaknya. Saya yakin dia orangnya. Dia ketakutan bahwa mungkin dalam waktu dekat akan tertangkap." begitulah pengakuannya.
Namun bukannya merespon positif kabar tersebut, Pak Kerta justru menyuruh tamunya untuk segera pergi, karena ia tidak membawa satupun bukti dan terkesan mengada-ada.

Setelah 3 bulan diadakan sayembara, belum ada satupun warga yang datang dengan betul-betul membawa laki-laki yang
dicari.

Sedangkan keadaan Rimba sudah semakin memburuk, dirinya terus-menerus memuntahkan cairan berwarna kuning agak kehijauan dan terkadang ada banyak belatung di muntahannya.

**
• TEROR SIULAN DI MALAM HARI •
______________________________

Kabar baik tak kunjung terdengar, bahkan sayembara yang diadakan orangtua Rimba sudah seperti angin lalu. Para warga telah menghentikan proses pencarian dan mulai melanjutkan pekerjaan utama mereka masing-masing.
Namun, para pengasuh mengaku bahwa mereka sama sekali tidak melihat raut kekhawatiran dari wajah Pak Kerta dan Bu Sanum dengan kondisi anak semata wayangnya yang semakin sakit.

Berat badan Rimba turun drastis dalam kurun waktu 4 bulan terakhir.
Rimba sering menderita insomnia, sehingga kantung matanya menebal dan menghitam.

Bahkan Bu Sanum sempat memerintah Bi Inuk untuk memberi Rimba obat tidur agar Rimba bisa tidur, tetapi Bi Inuk menolak keras karena menganggap tidak semestinya Rimba diperlakukan seperti itu.
Setiap malam hari, ketiga boddyguard Rimba tertidur di depan kamar Rimba dengan beralas tikar.

Sedangkan kedua pengasuh tidur di lantai kamar Rimba dekat ranjang, sedangkan dua pengasuh lain tetap di kamarnya masing-masing karena mereka
yang memiliki tugas memasak serta membersihkan rumah.

Salah satu pengasuh yang tidur di kamar Rimba adalah Bi Inuk. Bi Inuk bisa dibilang adalah pengasuh yang paling dekat dengan Rimba, bahkan Rimba sudah dianggap seperti anak sendiri olehnya.
Di malam-malam Bi Inuk menjaga Rimba, ia sering mendengar suara Rimba bersiul dengan nyaring. Padahal saat itu kondisi Rimba sudah sangat lemas, berbicara pun sudah susah (lebih mirip orang strooke).

Tetapi, jika tengah malam datang, Rimba sering berdiri di atas ranjangnya
dan melompat-lompat dengan riangnya sambil bersiul dan tertawa-tawa.

Tak jarang juga, Rimba bertingkah seolah dia sedang mengobrol dengan seseorang, padahal tidak ada siapapun disana.

Bi Inuk dan satu pengasuh lainnya hanya bisa terdiam ketakutan tidak berani menyapa Rimba.
Sedangkan para boddyguard yang tidur di depan kamar Rimba mengaku tidak pernah mendengar suara apapun.

Rimba pun pernah merangkak dari ranjangnya dan menghampiri Bi Inuk yang tertidur di pojokan kamar.
Namun posisi Rimba merangkak adalah kedua tangan dan badannya menghampiri Bi Inuk sedangkan kedua kakinya masih ada di atas ranjang.

Padahal jarak ranjang ke posisi Bi Inuk ada sekitar 2 meter, atau bisa dibilang tubuh Rimba memanjang.
Sedangkan tinggi Rimba saja saat itu tidak sampai 140 centimeter.

Ketika menghampiri Bi Inuk yang sudah menangis di pojokan, wajah Rimba terlihat sangat sangat menyeramkan. Matanya berubah menjadi hitam semua, dan giginya berubah runcing serta kulitnya sangat pucat.
Ketika mereka berhadap-hadapan, tiba-tiba Rimba mengejutkan Bi Inuk dengan teriakannya.

"Bi Inuk ayo singsot bareng-bareng aku!!! Hahahahaha!!!" teriak Rimba dengan suara yang serak dan sedikit berat, seperti bukan semestinya suara anak kecil.
Setelah itu Rimba kembali ke ranjangnya dan mulai melompat-lompat seperti biasa. Tetapi malam itu sedikit berbeda, beberapa saat kemudian Rimba berlari keluar kamarnya. Bi Inuk pun segera membangunkan para boddyguard untuk mengejar Rimba.
Namun, Rimba begitu cepat. Para boddyguard kehilangan jejak Rimba, mereka mencari ke seluruh penjuru rumah dan tidak ditemukan keberadaannya.

Ya maklum, rumah Rimba saat itu sangat besar dengan banyak ruangan di dalamnya.
Karena tak kunjung menemukan Rimba, para boddyguard pun menyerah. Mereka berkumpul di ruang tengah sambil nafasnya terengah-engah.

Saat itu sudah pukul 01.30 malam, mereka tidak berani membangunkan Pak Kerta karena pasti Pak Kerta akan murka jika diganggu waktu istirahatnya.
Namun, ketika Bi Inuk dan satu pengasuh lain kembali ke kamar Rimba untuk mengambil sesuatu, betapa terkejutnya mereka karena melihat Rimba sedang tertidur pulas di ranjangnya. Bahkan Rimba mengenakan selimutnya dan terlihat tidur dengan lelapnya.
Bi Inuk dan para pengasuh lain pun bernafas lega.
Mereka kembali melanjutkan tidurnya sampai pagi menjelang.

Semua pengasuh mulai mengerjakan tugasnya masing-masing, boddyguard juga mulai ke halaman depan dan gerbang untuk melaksanakan kebiasaannya di pagi hari.
Mereka semua meninggalkan Rimba yang masih tertidur lelap sendirian di kamar.

Namun, siapa yang menyangka bahwa ternyata, pagi itu adalah pagi terakhir Rimba terlihat hidup.
Ketika pukul 07.00 seperti biasa Bi Inuk hendak membangunkan Rimba untuk segera minum susu. Tetapi Rimba sudah tak ada di ranjangnya, semua pengasuh dan boddyguard kembali mencari ke seluruh rumah dan lingkungan sekitar namun Rimba sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.

**
• KRONOLOGI •
_______________

Para pengasuh segera memberitahu orangtua Rimba bahwa anaknya menghilang. Saat itu Pak Kerta dan Bu Sanum masih terlelap tidur di kamarnya.

Mereka pun terkejut atas kabar dari para pengasuh. Namun, anehnya mereka hanya menyuruh
para pengasuh untuk tetap mencari di sekitar rumah dan seluruh penjuru desa.

Para pengasuh pun membuat pengumuman kepada seluruh warga desa agar membantu pencarian Rimba.

Mereka pun berbondong-bondong secara sukarela untuk mencari Rimba.
Tetapi, Pak Kerta dan Bu Sanum sendiri hanya bersantai di rumahnya. Mereka bahkan masih sempat minum kopi dengan sangat tenang di ruang tamu.

Padahal para pengasuh dan warga desa sedang panik mencari keberadaan Rimba.
Seharian penuh mereka mencari, Rimba tak juga kunjung ditemukan. Akhirnya para pengasuh pun pulang. Dan mendapati majikannya sedang bersih-bersih area dapur, mereka mengelap bagian kompor serta beberapa bagian lantai dapur.

Bi Inuk pun inisiatif bertanya.
"Tuan, kenapa Tuan dan Nyonya membersihkan dapur? Biar kami saja.."

"Ahh, tidak apa Bi. Kalian kan pasti lelah mencari Rimba, jadi kami saja yang beberes rumah. Bagaimana apa Rimba sudah ditemukan?" jawab Pak Kerta.
"Belum Tuan. Bahkan kami dan warga desa sudah mencari sampai desa seberang, namun Rimba sama sekali tak terlihat..apa yang harus kami lakukan Tuan? Apa perlu kami lapor polisi?"

"Sudah. Tidak perlu. Kita tunggu saja dia pulang dengan sendirinya. Kalian kerjakan tugas kalian
seperti biasanya saja.." jawab Bu Sanum.

"Tapi Nyonya.."

"Sudah tidak perlu membantah!! Kerjakan saja tugas kalian!!" tiba-tiba Pak Kerta membentak dengan suara tinggi.

Mau tak mau para pengasuh pun hanya menuruti saja kemauan majikan mereka.
Ketika, Bi Inuk dan beberapa pengasuh lain mulai memasak makan malam, tak sengaja Bi Inuk melihat sebuah potongan kain berwarna biru terselip di kompor.

Bi Inuk pun mengambil potongan kain tersebut dan menunjukkan kepada pengasuh lain.
Jika diperhatikan dengan baik-baik, potongan kain tersebut mirip dengan baju yang terakhir dikenakan oleh Rimba.

Mereka pun kembali panik, tetapi di sisi lain mereka pun takut dimarahi oleh Pak Kerta. Akhirnya mereka mendiamkan penemuan tersebut untuk sementara waktu.
Keesokan harinya, salah satu boddyguard hendak mengambil sebuah alat dan cairan pembasmi rumput yang terletak di gudang bawah tanah.

Awalnya, ia tidak mendapati sesuatu yang aneh. Namun semakin ia masuk, semakin ia mencium bau anyir darah.
Dia pun mencari sumber bau tersebut, karena ia khawatir ada bangkai tikus atau binatang lain.

Kebetulan di gudang bawah tanah tersebut memang digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan kebun dan juga menyimpan jerami kering yang biasa Pak Kerta gunakan untuk
membasmi nyamuk yang ada di sekitar tokonya.
(Jerami dibakar bisa mengusir nyamuk)

Boddyguard tadi perlahan mendekat ke arah tumpukan jerami, dan di salah satu sudut, ia melihat bercak darah.

Dia pun mulai membuka tumpukan jerami tersebut, dan
betapa terkejutnya bahwa yang ada disana adalah tubuh Rimba Seta yang sudah terkulai lemas dan nyawanya sudah tidak tertolong.

Rimba ditemukan dengan kondisi yang sangat-sangat mengenaskan. Dimana lehernya telah di gorok cukup dalam sehingga kepalanya hampir saja terlepas,
terdapat banyak sekali luka sayatan di tubuhnya terutama di bagian lengan, kaki, dan perut.

Kedua matanya telah tercongkel dan hilang entah kemana. Telinga kanannya putus, jari-jari kakinya menghilang, beberapa organ dalam perutnya keluar, dan yang paling mengerikan adalah
alat kelaminnya pun menghilang.

Bahkan saat ditemukan mulut Rimba menganga dengan lidah yang telah terpotong.

Boddyguard benar-benar kaget bukan main, dia berkali-kali hendak muntah akibat ngerinya kondisi Rimba saat itu.
Ia pun bergegas naik ke atas dan mengabarkan kepada seluruh penghuni rumah.

Para pengasuh sangat sangat terkejut, Pak Kerta dan Bu Sanum pun memerintahkan agar mayat Rimba segera dikuburkan.

Berita menyebar cepat, para warga berdatangan untuk melayat.
Meskipun keluarga Pak Kerta tidak memiliki kepercayaan, namun karena saran warga sekitar, akhirnya mereka memakamkan Rimba dengan menggunakan cara agama Islam.

Para warga sangat prihatin dengan apa yang menimpa Rimba. Mereka juga merasa kasihan kepada Pak Kerta dan Bu Sanum
karena Rimba adalah anak semata wayang mereka.

Setelah Rimba dimakamkan, banyak kejanggalan yang dirasakan oleh para boddyguard dan pengasuh.

Ada tanda tanya besar mengenai apa penyebab kematian Rimba, dan jika dia dibunuh, lalu siapa pelakunya?
Banyak kecurigaan-kecurigaan yang bermunculan kepada orangtua Rimba dan para pengasuh.

**
• PENYEBAB KEMATIAN RIMBA SETA •
Dibunuh atau Di Ambil?
• Last •
______________________________________

Meskipun jasad Rimba Seta telah dikuburkan, namun tidak turut hilang pula desas-desus mengenai kematian Rimba Seta yang terbilang tidak wajar.
Banyak yang berspekulasi bahwa Rimba dibunuh oleh kedua orangtuanya, dan banyak juga yang menduga Rimba dibunuh oleh salah satu pengasuh, karena menurut warga sekitar, para pengasuh kerap kali dibuat kesal akibat kenakalan Rimba yang terkadang di luar batas normal.
Namun tidak sedikit juga yang tetap mempercayai bahwa Rimba tewas karena diambil oleh arwah-arwah yang selama ini telah bersemayam cukup lama di dalam tubuh Rimba.

Pak Kerta dan Bu Sanum memilih bungkam atas kabar yang sedang beredar di masyarakat.
Sejak kematian Rimba, mereka menutup diri dan menutup rumahnya rapat-rapat.

Sampai pada akhirnya, setahun kemudian.

1968.

Beberapa orang dari kepolisian mendatangi kediaman Pak Kerta, kabarnya Pak Kerta terkena tuduhan penjualan senjata api ilegal.
Mau tidak mau, Pak Kerta pun mengizinkan polisi untuk menggeledah rumahnya.

Warga berduyun datang ke halaman rumah Pak Kerta untuk menyaksikan penggledahan tersebut.

Sebenarnya warga pun penasaran, bagaimana kondisi keluarga Pak Kerta saat itu, setelah hamlir setahun tidak
pernah menampakkan diri di tengah masyarakat. Bahkan bisnis toko sembakonya pun mereka hentikan total.

Namun anehnya, kekayaan mereka seakan tiada habis-habisnya.

Dan ternyata terjawab sudah bahwa setahun terakhir ini Pak Kerta memulai bisnis baru yaitu jual beli senjata api.
Terbukti setelah beberapa saat polisi menggeledah gudang bawah tanah, mereka menemukan ratusan senjata api yang di sembunyikan di bawah jerami kering.

Pak Kerta dan para pengasuh, yang saat itu telah beralih tugas menjadi agen bawahannya Pak Kerta pun langsung ditangkap,
dan dibawa ke kantor polisi.

Tetapi, yang mengejutkan baru diketahui saat itu juga ternyata Bu Sanum telah menderita sakit jiwa sejak 6 bulan terakhir. Namun parahnya Pak Kerta sama sekali tidak pernah membawa Bu Sanum pergi berobat,
yang menyebabkan penyakit Bu Sanum menjadi sangat parah. Sehari-hari ia terus menerus mengamuk dan mencari-cari anaknya, Rimba.

Bahkan kebiasaannya di malam hari adalah menari-nari di balkon lantai dua rumah mereka, sendirian.
Bu Sanum mengalami depresi berat, emosinya tidak stabil. Sedikit-sedikit tertawa, kemudian beberapa saat berubah menangis tersedu-sedu.

Warga pun miris melihat keadaan Bu Sanum saat itu. Akhirnya polisi membawa Bu Sanum ke Rumah Sakit Jiwa.
Di kantor polisi, Pak Kerta dimintai keterangan sejelas-jelasnya mengenai kasus yang menjeratnya.

Setelah penjelasan kasus jual beli senjata api dianggap tuntas, tiba-tiba polisi menanyakan perihal kematian anaknya setahun lalu yang tidak wajar.
Awalnya Pak Kerta tidak mau memberi penjelasan apa-apa, namun akhirnya ia angkat bicara bahwa yang membunuh Rimba adalah salah satu pengasuhnya, Bi Inuk.

Pak Kerta menceritakan bahwa pagi itu, sekitar pukul 04.30, ia mendengar suara teriakan Rimba.
Ia pun berinisiatif menghampiri sumber suara tersebut yang berasal dari arah dapur, saat ia sampai di dapur, ia melihat anaknya sedang di sayat-sayat oleh Bi Inuk dengan wajah Bi Inuk yang sangat-sangat kesal.

Pak Kerta sempat terheran, kemana perginya semua pengasuh yang lain
dan para boddyguard.

Pak Kerta pun menghampiri Bi Inuk sambil mencegah perbuatannya, namun Bi Inuk terlanjur membabi buta, sampai akhirnya Rimba terkulai lemas, nyawanya tak tertolong.

Ketika Bi Inuk menyadari perbuatannya, ia pun memohon kepada Pak Kerta agar mengampuninya,
ia melakukan itu karena ia sudah tak tahan lagi dengan kelakuan-kelakuan aneh Rimba setiap tengah malam, yang membuatnya depresi dan setiap ia mendengar siulan Rimba, ia merasa sangat ingin membunuh Rimba.
Disitulah Pak Kerta sempat mengalami kebimbangan, ia sangat murka karena anak satu-satunya dibunuh di depan matanya, namun ia juga tak sampai hati melaporkan Bi Inuk ke polisi karena Bi Inuk merupakan selingkuhan dari Pak Kerta.
Baru diketahui bahwa ternyata, Pak Kerta memang memiliki hubungan gelap dengan Bi Inuk. Hubungan tersebut sudah terjalin cukup lama, namun Bu Sanum sama sekali tidak menyimpan curiga.

Akhirnya, pagi itu Bi Inuk dibantu oleh Pak Kerta menyembunyikan mayat Rimba di gudang bawah
tanahnya.

Dengan syarat, Bi Inuk harus siap memuaskan syahwat Pak Kerta kapanpun ia mau. Bi Inuk pun setuju.

Setelah pengakuan dari Pak Kerta, tiba-tiba Bi Inuk menyanggah semua perkataan Pak Kerta, menurutnya itu semua adalah bohong.
Bi Inuk mengaku bahwa memang dia yang membunuh Rimba, namun, ia diperintah oleh Pak Kerta dan Bu Sanum.

Alasannya karena mereka telah banyak menanggung malu akibat perlakuan aneh anaknya. Tokonya semakin hari semakin sepi, karena orang-orang mulai berfikir bahwa ada yang tidak
beres dengan keluarga itu.

Akhirnya disepakatilah bahwa Rimba harus mati dibunuh, karena jika dipertahankan pun hanya kemungkinan kecil Rimba dapat sembuh seperti semula.

Pagi itu, saat Rimba tengah terlelap tidur, Bi Inuk dan beberapa pengasuh bergegas membawa Rimba ke dapur.
Lalu di sayat-sayatnya tubuh Rimba, di goroknya lehernya sampai hampir putus, kemudian organ dalam perutnya di keluarkan, dan alat vitalnya di potong.

Ditaruhnya mayat Rimba di gudang bawah tanah. Dan semua itu dilakukan berdasar persekongkolan dengan orangtua Rimba sendiri.
Beberapa hari setelah kematian Rimba, mereka mengaku merasa tenang dan nyaman, karena mereka tidak lagi harus mendengar suara-suara siulan Rimba yang menyeramkan.

Namun sebulan berikutnya, siulan-siulan tersebut malah semakin menjadi-jadi.
Mereka mengaku hampir setiap malam melihat sosok Rimba tengah berlarian di dalam rumah, dengan kepalanya yang hampir putus sambil bersiul nyaring.

Dan Bu Sanum, berkali-kali didatangi langsung oleh arwah anaknya dengan rupa yang sangat menyeramlan, hal itulah yang
membuat Bu Sanum akhirnya depresi dan gila.

Dengan kondisi Bu Sanum yang sudah tak waras lagi, Pak Kerta pun melampiaskan syahwatnya kepada Bi Inuk. Mereka seakan bebas tanpa Bu Sanum yang mengganggu, hal itulah yang menjadi penyebab Pak Kerta sama sekali tidak membawa Bu Sanum
berobat.

Polisi benar-benar tidak habis pikir kepada keluarga ini. Karena mereka baru pernah menemui orangtua setega dan segila itu membunuh anaknya sendiri dengan cara sesadis itu.
Dan Pak Kerta pun mengaku bahwa laki-laki yang sempat dihebohkan sebagai pelaku pembunuhan Rimba, sebenarnya adalah salah satu boddyguard yang disuruh menyamar untuk mengkelabui warga desa, agar seolah-olah Rimba menderita sakit karena dijahati oleh orang bukan karena kerasukan.
Lagi-lagi semua hanya tentang reputasi demi keberlangsungan bisnis keluarganya dan kekayaan yang akan diberikan secara turun-temurun.

***

Tamat.
_
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Sekala Niskala

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!