-A HORROR THREAD-
saya @ayuningtyaspr mempersembahkan #lampor
@bacahorror
@bagihorror
@horrornesia
@ceritaht
#bacahorror
#bacahoror
#threadhoror
#threadhorror
aku kuliah disalah satu Universitas di Yogyakarta, aku suka mendengar dan memainkan alat music apalagi gamelan. Aku ikut disalah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bernama GAMER (Gamelan Remaja), didalam UKM ini aku mendapatkan pengalaman pentas di kampus-
*KRINCING KRINCING KRINCING*
Jalurnya melewati Kali O*ak, saat Lampor melintasi kali itu airnya membelah menjadi dua seakan-akan memberi jalan. Di malam suro itu akan ada
Untuk memastikan kebutuhan-kebutuhan apa saja masih kurang aku kepada koreografernya yang bernama Ojan, kala itu dia sedang berada dikosku. Termasuk kebutuhan ijin kepada pantai Selatan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Aku sebagai orang Yogyakarta masih
“Jan, sing kurang apa kira-kira dinggo sesuk?” (Jan, yang kurang apa kira-kira untuk besok”) tanyaku pada Ojan untuk memulai obrolan
“uwis ngaranku, aku wingi yowis ngidul Pras”
“wis ijin awakmu?” (udah ijin kamu?) tanyaku sambil ngeerutkan dahi, penasaran dengan jawaban Ojan
“uwis wingi karo penari-penari karo Du Darti (Dosen) yoan,
“ora yo, yo uwis nek wis ijin arep ngangkat tarimu kuwi. Aman berarti” (enggak ya, ya udah kalau
“aman InsyaAllah” pertegas Ojan
Keesokan harinya kita akan berangkat ke Jawa Timur dengan menggunakan bus, kami berkumpul di kampus. Kita akan berangkat dari Yogyakarta jam 2
“Pras, Prasetyo aku entenono dilit sikilku loro iki” (Pras, Prasetyo aku ditunggu bentar ya kakiku sakit) WA dari Wahyu salah satu temanku pengiring di Tari Lampor
“ndang cuk selak ditinggal bus” (cepetan cuk
“tunggunen dilit cuk, aku mau bar futsal sikilku loro. Otw banter ra mengo ngiwa nengen rasah iyik!”(tunggu bentar cuk, aku habis futsal kakiku sakit. Otw cepat tanpa lihat kanan kiri gausah brisik)
Rumah ini adalah rumah milik salah satu staff di Kampusku. Kosong? Tentu saja. Rumah ini hanya dipakai setahun sekali ketika
“nek nggo turu 2 keluarga we isih cukup, la iki wong 25 an ning kene dadi siji, byuuuuh tak kiro turu hotel cukkkk” (kalau untuk tidur 2 keluarga mah
“sambat wae, mbok uwis diterima Sal. Ning kene gur sedina wekok, sesuk ning Jogja tak sewake hotel turuo kono hahaha” (mengeluh saja,
Dihari yang sama aku dan yang lain GR (Gladi Bersih) di Performance Stage kampus ternama itu sebut saja Kampus Bintang. Pengalaman ikut festival-
*CRIIIIIEEEEEENG*
“Pras, Prasetyo kok podo ning kampuse dhewe iki ana sesajen barang ning pojokan panggung” (Pras, Prasetyo kok sama kaya dikampus kita ya, ada sesajen dipojok panggung) kata Wahyu padaku
“yo ben, rasah ngurusi kuwi fokus Yu keplak we nganti
Kampusku memang mempunyai Gedung pertunjukan yang sudah sangat tua, jadi kalau mau ada pentas di Gedung itu pasti harus menyiapkan sesajen disetiap pojok Gedung.
Kami bersiap dan siap tampil, Penari memposisikan diri dan juga pengiring. Sangat gelap dan
*TARI LAMPOR, SELAMAT MENIKMATI*
*1 2 3 mulai*
Awalan dari kempul sudah salah, aku salah, salah satu pencon bonang jatuh. Pengiring BLANK, iringan hancur benar-benar tidak
“Rem, ngopo ra melu cah-cah?” (Rem, kenapa gaikut anak-anak?) tanyaku sambil meyakinkan bahwa itu benar-benar Remo temanku
“yowis tak kancani ning kene wae, nek pengumuman mengko paling cah-cah wis ning kono” (yaudah kutemani disini aja, nanti
Aku berinisiatif untuk WA Wahyu supaya ketika pengumuman dan mendapat juara agar mengabariku. Beberapa jam kemudian aku dibangunkan oleh Ani salah satu penari Lampor.
“weh wis dha ning bus, piye? Menang ra?” (weh sudah di bus, gimana? Menang nggak?) tanyaku sambil mengucek-ucek mata
“ora menang” (enggak menang) jawab Ani tapi sambil membawa piala
“pak niki lewat pundi to?” (pak ini lewat mana ya?) tanyaku pada pak supir
“mboten pak, wau kanca kula damel video kok enten anune hehe” (enggak pak, tadi teman saya buat video ada anunya hehe) sahutku
“dalan mriki cen radi angker mas, pun boten napa-napa” (jalan sini memang
“inggih pak” (iya pak) lalu aku kembali ketempat duduku
Karena kelelahan kami semua tertidur dan hari selanjutnya kami sudah sampai Yogyakarta. Alhamdulillah kembali ke kota kelahiran dengan
Remo sakit sejak dari Jawa Timur, setelah itu kebetulan apa tidak semua pengiring sakit. Benar-benar semua pengiring tanpa terkecuali. Aku hanya berdoa kepada Tuhan jika ini masih tentang
-1 bulan kemudian-
Aku kembali bertemu dengan teman-teman Gamer, ada salah satu temanku (Yoga) yang ikut juga
“piye cuk kabarmu? Suwe ra ketemu” (gimana cuk kabarmu? Lama ga ketemu) sapa Yoga padaku
“apik, wis mari? Aku lagi wingi iso njenggelek iki” (baik, udah sembuh? Aku baru kemarin bisa bangun ini) jawabku
“ngopo cah e?” (kenapa anaknya?) tanyaku penasaran
“jere bocahe pas aku cerita kejadiane kita ning Jatim wingi kae lo, perlajanan seka Jogja tekan ning Jatim ki aman tapi
“emmmm matane cuk tenan ora kuwi ki” (emmm matane cuk beneran enggak itu tu) tak sengaja aku mengeluarkan kata kasar karena saking kagetnya
“iyo, asumsine dee sing pengiring e urung njaluk ijin ngidul” (iya, asumsi dia yang pengiring belum
“iyo cen sing ngidul gur penari tok, pengiring ora Yog tapi yawis lah wegah aku mikir kuwi” (iya memang yang ke selatan cuma penari aja, pengiring enggak Yog tapi yaudahlah gamau aku mikir itu) jawabku karena sudah banyak yang aku alami disana.
Setelah percakapan itu kami latihan lagi. (Based on true story)
-TAMAT-