My Authors
Read all threads
Pendakian di Bukit Pundak - Aku Tak Akan Pernah Mengulanginya Lagi

A Horror Thread
Assalamualaikum wr.wb.
Sebelumnya jangan lupa berdo'a terlebih dahulu sebelum mulai membaca.
Kisah ini merupakan pengalaman pribadi yang dialami oleh teman penulis. Pengalaman mistis yang ia alami sendiri ketika mendaki bukit pundak. Nama orang sengaja penulis ganti untuk menjaga privasi.
Malam...

Di tempat tongkrongan...

Nongkrong dan ngopi di cafe sudah menjadi rutinitasku bersama teman-teman saat kami balik dari kota perantuannya masing-masing.
Bagiku canda gurau, gelak tawa dan suasana malam menjadi paket komplit dalam menghabiskan jam malam yang berfaedah ini karena senja dengan gitar, rokok dan kopi masih belum cukuplah untuk menegaskan bahwa aku adalah anak indi penikmat semesta.
Anak indi dan sad boy sudah melekat menjadi julukanku. Ditambah hobi mendaki gunung dengan penampilan yang gondrong mbois sudah menjadi ciri khasku.
Saat sedang asik bercanda gurau, aku melihat story instagram temanku yang isinya tentang gunung. Lalu spontan aku mengucap...

'COK ndelok wong ndaki maleh pengen ndaki aku ngene iki'.
(Cok, liat orang mendaki membuatku ingin mendaki kalau gini)
Tanpa diduga teman-temanku banyak yang sepakat
'Gas', 'budal', 'sandal diketok, budal tok'. Ucap teman-temanku.
(Gas, berangkat, sandal diketok, berangkat tok)
Mengingat padatnya jadwal perkuliahan dan waktu libur yg cuma 2 hari tentunya harus memilih pendakian yg tak memakan banyak waktu.

Akhirnya kamipun berunding untuk menentukan pendakian di bukit, karena kalau di gunung terlalu memakan estimasi waktu.
Didapatlah keputusan untuk mendaki di bukit pundak, sesuai saran billy yang meyakinkan mulai dana, estimasi waktu dan track pendakiannya.

Tanpa persiapan apapun sebagaimana layaknya orang mendaki kamipun langsung berangkat malam itu juga.
Berangkatlah kami bertujuh diantaranya aku, anas, azwar, ersa, putra, januar dan fadil. Dari ketujuh org ini hanya fadil yang pernah mendaki ke bukit pundak.
Dengan style ala-ala anak tongkrongan dan perlengkapan seadanya tibalah kami di pos tempat registrasi pada pukul 23:00 WIB.
Setibanya kami langsung menjadi sorotan pendaki lainnya. Sampai-sampai ada yang berkomentar

'mas, ate ngopi a?' Ucap pendaki lain
(Mas mau ngopi ta?)
'Iyo golek enggen ngopi nyar mas nang dugur iko wkwk'. Jawabku sambil cengengesan.
(Iya nyari tempat ngopi baru mas diatas sana wkwk)
Saat ditempat registrasi kami tak langsung mendaki, mengingat sunrise biasanya muncul sekitar pukul 04:00 sd 05:00 pagi.

Kami bersantai terlebih dahulu sambil main pubg dengan signal edge sekarat demi menunggu waktu sampai pukul 01:30 WIB.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01:00 WIB. Kami memutuskan untuk berangkat , namun sebelum berangkat kami membaca do'a sebagaimana mestinya yang dilakukan sebelum mendaki supaya diberi keselamatan dan juga saling menasihati agar tetap menjaga etika.
Karena bagaimanapun alam bukanlah tempat tinggal manusia saja, flora dan fauna bahkan makhluk gaib juga menjadi penguhuni di alam ini.

Tapi nasihat yang telah dilontarkan bak angin masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Saat mendaki kami sama sekali tidak menjaga etika.
Kami membagi formasi dengan sistem siapa yang paling berani secara mental berada di posisi paling depan dan paling belakang karena track hanya memungkinkan untuk satu baris saja.
Aku berada pada posisi nomer 3 dari belakang. Karena lampu penerangan hanya bermodal flash hp kamipun harus membagi barisan dengan benar dan cuman 3 hp yg digunakan secara bergantian untuk menghemat daya.
Mulailah kami mendaki...

Plakk..

Plakk..

Plakk ..
(Langkah kaki)

Sepanjang perjalanan tanpa etika kami mengumpat, teriak-teriak seperti saat ditongkrongan, bergurau tanpa memfilter apa yang terlontar dari mulut.
Diawal rute pendakian kami sering berpapasan dengan sekelompok remaja pecinta alam yang sepertinya sedang melaksanakan diklat atau jurit malam di bukit pundak.
Iseng-iseng kami 'menggoda' setiap kali kelompok remaja yang sedang lewat berpapasan dengan rombongan kami.

Ketika perempuan cantik yang lewat. Kami menggoda dengan berkata
'mbak, jangan jalan malem-malem. Jalan di dalam ridho tuhan aja yuk bersamaku wkwk'
Sontak mereka merespon kami dengan senyum-senyum tersipu malu.

Sedangkan, ketika laki-laki yang lewat kamipun jaili dengan tiba-tiba kami kompak terdiam melihat ke satu arah pohon, lalu kami lari sambil teriak 'POCONGGGGGGGG '.
Sontak otomatis membuat sekelompok remaja laki-laki itu ikut lari terbirit-birit ketakutan wkwkwk.

Kejailan tersebut terus kami lakukan diperjalanan sampai akhirnya tak terasa kami sudah melewati camp ground. Kami sudah tidak berpapasan lagi dengan remaja-remaja tadi.
Setelah melewati camp ground barulah sampai pada track hutan. Suasana hutan yang sepi dan dingin begitu mendekam benar-benar kami hiraukan. Kami terus saja bercanda tanpa dengan santuy tanpa tahu aturan.
Sejauh ini perjalanan kami lancar-lancar saja. Hingga sampailah kami pada suatu gubuk, kamipun memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Karena sepanjang perjalanan kami selalu bercanda. Tanpa sengaja aku berucap
'Cok gubuk e ra serem yo, aku ng kene dewean inshaallah gak jomblo maneh'
(Cok, gubuknya gak seram ya. Aku disini sendirian inshallah gak jomblo lagi)
'iyo, disanding mbak-mbak berkulit putih rambut panjang suka tertawa. Indah uripmu cok wedok idaman ngunu kui' saut temanku sambil cengengesan.
(Iya, disamping mbak-mbak berkulit putih rambut panjang suka tertawa. Indah hidupmu cok wanita idaman gitu)
'lhaiyo iku' sautku dengan nada bercanda.
(Lah iya itu)

Aku mengucapkan itu dengan sadar dan sengaja karena memang benar di gubuk ini ada penghuni makhluk halus berwujud wanita.

Aku tau akan hal ini karena aku juga memiliki sedikit kepekaan.
Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan.

Saat perjalanan, aku merasa di barisan belakang ada sosok yang mengikuti rombongan kami.

Sosok berbadan kecil entah itu menyerupai anak-anak atau apalah, wujudnya tidak terlalu jelas.
Sengaja tidak aku beritahu pada yang lain supaya teman-temanku tidak mengalami ketakutan.

Mengingat juga saat posisi di hutan kita dianjurkan untuk selalu berpikir positif. Karena apabila kita merasa takut justru akan membuat energy makhluk tersebut semakin kuat.
Fadil yang berada di posisi paling belakang memiliki kepekaan terhadap hal mistis. Malangnya dia seorang yang penakut. Ia terlihat merasa tidak nyaman saat itu.
Lalu, tiba-tiba dia lari ke barisan tengah tepat di depan ku. Saat berlari ia sempat menepuk azwar yang ada di depannya dan membuatnya kaget.
'opo.o dil cok ngagetin wong ganteng ae' saut azwar.
(Apa dil cok ngagetin orang ganteng aja)

'gaopo, lanjut.' saut fadil sambil gemetar.
(Gapapa, lanjut)
Aku paham mengapa fadil tiba-tiba pindah ke tengah, namun aku memilih diam.

Tak lama kemudian kamipun beristirahat sejenak. Fadil mengeluh dan meminta ganti formasi
'aku nge tengah ae, ndek mburi gak waras cok' ucap fadil
(Aku di tengah aja, di belakang gak sehat cok)
Kami langsung mengiyakan permintaan fadil tanpa basa basi. Lalu, kami melanjutkan perjalanan lagi dengan formasi januar paling belakang dan anas paling depan. Sedang posisiku ada di nomor dua dari belakang dengan membawa senter.
Formasi ini bertahan cukup lama. Kami terus melanjutkan perjalanan, sesekali juga kami berhenti untuk istirahat sejenak.

Sampai suatu ketika aku juga merasa tidak nyaman. Seakan di belakang januar ada orang yang mengikuti.
Setiap kali sebelum berhentipun aku selalu menoleh ke arah januar dan dia pun menoleh ke arah belakang seolah dia juga merasakan sesuatu.
Tiba-tiba januar berjalan mendahuluiku tanpa mengucap apapun.

Aku diam saja dan seakan merasa 'baiklah gantian sekarang giliranku dibelakang mungkin januar sudah tidak tahan dengan gangguan di belakang' Ucapku dalam hati
Saat aku dibelakang, saat itulah aku merasakan dengan sangat jelas bahwa memang ada bunyi langkah yang mengikuti.

Bahkan suara jejak kakipun begitu jelas terdengar, tak heran kenapa januar sering menoleh kebelakang sebelumnya.
Aku yg bisa dibilang paling 'wani' (berani) dibanding yang lainnya , pun juga merasa tidak nyaman dan takut saat berada di posisi belakang.

Langkah demi langkah sosok dibelakangku semakin jelas di kesunyian hutan ini...

(Sunyi)
Plaakkk...

Plaakkk.....

Plaakkkk.....

Plaaakkkk.....

(Suara langkah kaki sosok tersebut).
Tak bisa dielakkan gangguan itu semakin jelas dan terasa. Hingga tiba-tiba ada yang mencolek kakiku yang membuatku kaget dan spontan mengumpat
'MBOKNE DJIIAANCOOKKK' ucapku dengan pelan agar tidak mengagetkan yang lain.
(umpatan dalam bahasa jawa).
Tapi sayangnya januar dengar apa yg aku katakan

'opo,o stev?' Ucap januar
(Apa stev?)

'gaopo sans'. Jawabku
(Gapapa sans)
Tak lama kemudian aku mendengar tawa anak kecil dari arah belakangku

Hehehe...

Hehehe...

Hehehehehee....
(Tawa sosok tersebut)

Seoalah-olah menghina dan menertawaiku.
Aku berusaha positive thinking dan tidak menghiraukannya, agar tidak terbawa suasana.

Sambil membaca shalawat dalam hati berusaha untuk tegar namun tak bisa dielakkan tawa tersebut terus terdengar dan membuatku merinding.
Track perjalanan mulai curam dan berdebu, mengingat posisiku paling belakang. Hal itup benar-benar menggangguku, sampai sekitar 10-15 menitan aku benar-benar tidak tahan dengan debu yg terus-menerus masuk ke mata dan juga mengganggu pernapasan.
Saat istirahat aku meminta untuk ganti formasi

'Gak kuat cok, loro kabeh motoku. Aku tak nang ngarep ae' ucapku.
(Gak kuat cok, sakit semua mataku. Aku tak di depan aja).
Lagi-lagi perombakan formasi pun dilakukan. Aku berada pada posisi paling depan, dan anas paling belakang.

Beruntungnya anas, tak mendapat gangguan seperti saat aku berada di posisi paling belakang.
Energy sosok anak kecil yang aku rasakan daritadi pun juga sudah tidak ada semenjak aku pindah pada barisan paling depan.
Lanjut perjalanan dengan track yang masih curam dan berdebu tiba-tiba aku mendengar suara yg teramat jelas berbunyi 'ting ting ting ting'
Bunyi seperti abang tukang bakso keliling yang menggunakan mangkok dipukul sendok.

Suara itu terdengar setiap 5 menitan, terdengar terhenti, terdengar terhenti begitu terus polanya.
Aku berpikir secara nalar bila itu memang orang, bagaimana mungkin ada orang disekitar sini. Terlebih lagi suara itu terdengar di sebelah kiri terus-menerus yang dimana sebelah kiri adalah curaman seperti hutan yang celekung kearah bawah.
Suara itu semakin menjadi-jadi

'ting ting ting ting'

'ting ting ting ting'

'ting ting ting ting'

Semakin keras dan terasa...

Awalnya kupikir hanya aku saja yang mendengar suara tersebut. Namun ternyata temanku yang lain juga mendengar suara itu.
'Rek, krungu suara ting ting a?' Tanya anas sambil kebingungan.
(Gais, denger suara ting ting tah?)

'Yo awakku krungu pisan' jawabku.
(Ya aku denger juga)

'Aku yo pisan ' jawab semua teman-temanku.
(Aku ya juga)
Tiba-tiba azwar emosi dan berkata

'DJIANCOK SOPO WONG DODOL BAKSO NENG TENGAH ALAS IKI SUU !!'
(DJIANCOK SIAPA YANG JUALAN BAKSO DI TENGAH ALAS INI NJING!!)
Suara itu terus terdengar saat kami istirahat lalu mulai menghilang perlahan ke arah atas saat kami melanjutkan perjalanan.

'Lho ilang, cok sakti pancene aku iki' saut azwar.
(Loh hilang, cok sakti emang aku ini)
'Sopo wani ambek kene, kene war, wong kene ndukure kyai nisore nabi' saut januar.
(Siapa yang berani sama kami, sini war, kami ini diatasnya kiyai dibawahnya nabi)

Benar-benar dark jokes ala-ala warga twitter .
Syukurlah setelah itu kejadian mistis tidak terjadi dan akupun sama sekali tidak merasakan energy-energy makhluk halus lagi
Kemudian tibalah kami di spot aliran air. Tempat dimana biasanya pendaki mengisi air untuk diminum.

Kami berhenti untuk beristirahat sambil mengisi botol air yg sudah habis, januar berinisiatif mengambil air pada aliran air itu. Di isilah botol dengan air dari aliran tersebut.
Tak seperti biasa, air yang didapat berwarna kuning, lalu ia buang dan isi lagi, ketika diberi cahaya masih saja air itu berwarna kuning, tak nalar batinku apalagi aku juga merasa ada energy sosok yang menunggu diatas pancuran itu.
saringen sek, ikiloh ono kain' ucap fadil sambil memberikannya pada januar.
(Saring dulu, iniloh ada kain)

Lanjut januar mengisi air sambil disaring dengan kain namun tetap saja airnya masih berwarna kuning.
Seketika januar menoleh ke arah atas pancuran dan terkejut lalu bertanya kepadaku 'Stev, banyune sek ono a?' (Stev, airnya masih adakah?)
Aku paham yg dia maksud, sejujurnya dia bukan bertanya tentang air namun pertanyaan itu adalah kode agar kita tidak mengambil air di pancuran ini dan melanjutkan perjalanan.
'ono, cukup lek gae munggah mudun ae' jawabku.
(Ada, cukup kalau buat naik turun aja)

'yo wes, ayo lanjut rek' saut januar.
(Yawes, ayo lanjut gaes)
'sek talah cok cok, sek kesel sikil iki. Wes gandue bojo gae mijeti mosok istirahat diluk ae gaoleh' saut erza.
(Tungulah cok cok, masih capek kaki ini. Udah gak punya pacar buat mijetin masak istirahat sebentar aja gak boleh)
'Wes talah rek,ayo mlaku maneh moro istirahat maneh, ayo talah manuto rausah kakean takon. Nurut ae opo jarene januar, lek lanjut ya lanjut' sautku.
(Wes gaes, ayo jalan lagi trus istirahat lagi. Ayo nurut jangan banyak tanya. Nurut omongannya januar, kalau lanjut ya lanjut)
Kemudian kami semua sepakat untuk melanjutkan perjalanan meski hanya sebentar lalu rehat lagi.
Ternyata benar persaanku, januar berkata pelan padaku

'kon paham a stev iku maeng opo'o aku kok njaluk lanjut? Aku merinding cok pas ngisi banyu lha kok ono suara wong wedok ngguyu banter jelas pisan pas aku heran banyune koiso werno kuning'.
(Kamu paham kah stev, tadi itu kenapa aku kok minta lanjut? Aku merinding cok pas ngisi air lah kok ada suara cewek ketawa keras jelas banget saat aku heran airnya kok bisa warna kuning)
'iyo paham, cuman aku gaeroh opo seng nggudo awakmu. Cok diuyuhi berarti iku maeng. Pantesan wernoe kuning' sautku.
(Iya paham. Cuma aku gatau apa yang menggodamu. Cok dipipisin berarti tadi itu. Pantesan warnanya kuning)
'lha iyo mangkane' saut januar sambil merinding.
(Lah iya makanya)
Saat istirahat itu juga fadil menjelaskan sebagai satu-satunya orang yg pernah mendaki ke bukit ini

'Rek mariki track e hutan lebat dan mlakune yo nunduk soale angel' ucap fadil
(Gaes habis ini track nya hutan lebat dan jalannya nunduk karena susah)
Kemudian kami merasa sudah cukup istirahatnya lalu kami melanjutkan perjalanan dengan formasi aku masih berada di barisan paling depan dan dibelakangku azwar. Sedangkan paling belakang tetap anas didepan anas ada fadil.
Sebagai paling depan secara otomatis aku juga yang bertugas membuka jalan saat di hutan itu.

Track yg sama sekali tidak ada cabang, aku sangat yakin bahwa ini jalan yang tepat dan tidak mungkin salah.
Saat track yang mengharuskan kepala kami sedikit menunduk. Tiba-tiba ada sekelebatan bayangan hitam lewat didepanku

Secara otomatis akupun terkejut saat melihat sekelebatan bayang itu
'ono opo steve?' Tanya azwar.
(Ada apa steve)

'gaopo, tawon lewat cok kaget aku' jawabku agar azwar tidak mikir yg aneh-aneh.
(Gapapa, tawon lewat cok kaget aku)
Saat itu juga aku merasa kepalaku berat, sampai pada pada tengah-tengah perjalan itu terdapat batu yang teramat besar (sebesar pintu pintu mall) tepat berada ditengah tengah track itu seakan menghalangi kami.
Akupun terdiam sebentar sambil menunggu yang lain mengingat susahnya track, hingga terdapat jarak tanpa disadari antara satu dengan lainnya.
Ketika sudah kumpul semua, fadil pun bertanya 'Lho steve, buka track anyar a? Aku ping 3 iki ndaki kene gatau lho ono watu sak mene gedene'
(Loh steve, buka track baru kah? Aku yang sudah ketiga kalinya mendaki ini gak pernah loh ada batu sebesar gini)
Aku selaku yang paling depan dan yang membuka jalan sedikit ragu, namun aku yakin tak ada lagi jalur lain. Toh dari tadi tracknya cuman satu dan tidak ada cabang sama sekali, pikirku.
Sambil mengingat-ingat siapa tau memang ada track lain. Tapi tetap saja aku yakin dan kekeh tak ada track lain. Hanya satu track yg aku lewati.
Akupun meyakinkan fadil

'lho mek iki tok gaono dalan maneh' ucapku.
(Loh cuma ini aja gak ada jalan lain)
'iyo dil gaono menggokan blas' saut azwar sambil meyakinkan juga dan selaku posisinya tepat dibelakangku.
(Iya dil gak ada belokan sama sekali)
'Lho cok sangar kon iki, mbuka anyar koen iki cok. Gaono watu sakmene gedene iku' saut fadil.
(Loh cok sangar kamu ini, buka jalan lagi kamu ini cok. Gak ada batu sebesar ini)

'wes talah opo jare wes' sautku.
(Udahlah terserah dah)
Akhirnya kamipun melewati batu tersebut melalui pinggirian batu itu, dengan posisi memiringkan badan karena batu itu tepat ditengah jalan dan hanya menyisahkan sedikit ruang ditepiannya.
Aku sebagai yg pertama melewati batu itupun melihat ada tanda panah dengan tulisan arah puncak.

'Lho kan cok bener iki pancen dalane, gaono maneh.' Ucapku agar terdengar semua orang
(Loh kan cok benar ini emang jalannya, gak ada lagi)
'Cok mbohlah, gak waras ndaki mbek koen kabeh iki cok. Padahal aku ping 3 ndaki kene gatau ono watu iki" saut fadil yg masih melewati batu itu.

(Cok gatau dah, gak sehat mendaki bareng kalian semua ini cok, padahal aku sudah 3 kali mendaki sini dan gak pernah ada batu ini)
Setelah semua lengkap kamipun melanjutkan perjalanan ke puncak.

Hanya perlu jalan sedikit lagi, sudah terlihat puncaknya, namun tracknya begitu curam dan licin.

Sesampainya diatas kamipun tidur-tiduran melihat bintang sembari menunggu sunrise.
Berswafoto, saling berkenalan dengan pendaki lainnya sebagaimana hakikatnya manusia.

Setelah puas berada dipuncak dan mendapat sunrise seperti yg kita inginkan. Kamipun memutuskan untuk turun sekitar pukul 09:00 pagi.
Anehnya, batu semalam yg menghalangi jalan sampai segitunya tak ada saat kami balik untuk turun.

Sampai di pancuran air juga aman aman saja, kamipun juga mengisi air pada botol kosong dan airnya sangat sangat jernih.
Alhamdulillah, tak ada gangguan sama sekali saat kami turun. Yaiya juga sih, kan sudah terang wkwk. Bukan makhluk halus lagi yg mengganggu, melainkan makhluk bangsat yg berwujud 'teman' wkwk.
Semenjak kejadian ini kami banyak memetik pelajaran. Setidaknya kita harus tetap menjaga etika atau sikap baik pada siapapun maupun dimanapun, terlebih pada tempat" yg jauh dari kata tempat tinggal manusia. Sebab, makhluk halus itu ada disekitar kita.
Bagaimana kita harus menghargai mereka dengan etika yang sopan, tidak semena-mena dan juga menjaga tutur kata.

Kami sangat bersyukur bisa kembali dengan selamat. Mengingat banyak kasus pendaki yang hilang ataupun sakit karena ulah yang tidak sopan saat mendaki.
Pengalaman ini akan selalu ku ingat sebagai self reminder untuk selalu berkelakuan baik dimanapun itu.
Mungkin diantara kalian ada yang pernah mendaki bukit pundak dan mengalami kejadian yang sama persis seperti yang aku alami, bisa kalian share di kolom komentar. :)
Sekian kisah dari thread ini. Terimakasih sudah membaca hingga akhir. Jangan lupa like, komen dan share supaya saya lebih semangat lagi untuk membuat thread-thread lainnya.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Triwahyu Adhi Sulthon

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!