Sebelumnya jangan lupa berdo'a terlebih dahulu sebelum mulai membaca.
Di tempat tongkrongan...
Nongkrong dan ngopi di cafe sudah menjadi rutinitasku bersama teman-teman saat kami balik dari kota perantuannya masing-masing.
'COK ndelok wong ndaki maleh pengen ndaki aku ngene iki'.
(Cok, liat orang mendaki membuatku ingin mendaki kalau gini)
'Gas', 'budal', 'sandal diketok, budal tok'. Ucap teman-temanku.
(Gas, berangkat, sandal diketok, berangkat tok)
Akhirnya kamipun berunding untuk menentukan pendakian di bukit, karena kalau di gunung terlalu memakan estimasi waktu.
Tanpa persiapan apapun sebagaimana layaknya orang mendaki kamipun langsung berangkat malam itu juga.
'mas, ate ngopi a?' Ucap pendaki lain
(Mas mau ngopi ta?)
(Iya nyari tempat ngopi baru mas diatas sana wkwk)
Kami bersantai terlebih dahulu sambil main pubg dengan signal edge sekarat demi menunggu waktu sampai pukul 01:30 WIB.
Tapi nasihat yang telah dilontarkan bak angin masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Saat mendaki kami sama sekali tidak menjaga etika.
Plakk..
Plakk..
Plakk ..
(Langkah kaki)
Sepanjang perjalanan tanpa etika kami mengumpat, teriak-teriak seperti saat ditongkrongan, bergurau tanpa memfilter apa yang terlontar dari mulut.
Ketika perempuan cantik yang lewat. Kami menggoda dengan berkata
'mbak, jangan jalan malem-malem. Jalan di dalam ridho tuhan aja yuk bersamaku wkwk'
Sedangkan, ketika laki-laki yang lewat kamipun jaili dengan tiba-tiba kami kompak terdiam melihat ke satu arah pohon, lalu kami lari sambil teriak 'POCONGGGGGGGG '.
Kejailan tersebut terus kami lakukan diperjalanan sampai akhirnya tak terasa kami sudah melewati camp ground. Kami sudah tidak berpapasan lagi dengan remaja-remaja tadi.
Karena sepanjang perjalanan kami selalu bercanda. Tanpa sengaja aku berucap
(Cok, gubuknya gak seram ya. Aku disini sendirian inshallah gak jomblo lagi)
(Iya, disamping mbak-mbak berkulit putih rambut panjang suka tertawa. Indah hidupmu cok wanita idaman gitu)
(Lah iya itu)
Aku mengucapkan itu dengan sadar dan sengaja karena memang benar di gubuk ini ada penghuni makhluk halus berwujud wanita.
Aku tau akan hal ini karena aku juga memiliki sedikit kepekaan.
Saat perjalanan, aku merasa di barisan belakang ada sosok yang mengikuti rombongan kami.
Sosok berbadan kecil entah itu menyerupai anak-anak atau apalah, wujudnya tidak terlalu jelas.
Mengingat juga saat posisi di hutan kita dianjurkan untuk selalu berpikir positif. Karena apabila kita merasa takut justru akan membuat energy makhluk tersebut semakin kuat.
(Apa dil cok ngagetin orang ganteng aja)
'gaopo, lanjut.' saut fadil sambil gemetar.
(Gapapa, lanjut)
Tak lama kemudian kamipun beristirahat sejenak. Fadil mengeluh dan meminta ganti formasi
(Aku di tengah aja, di belakang gak sehat cok)
Sampai suatu ketika aku juga merasa tidak nyaman. Seakan di belakang januar ada orang yang mengikuti.
Aku diam saja dan seakan merasa 'baiklah gantian sekarang giliranku dibelakang mungkin januar sudah tidak tahan dengan gangguan di belakang' Ucapku dalam hati
Bahkan suara jejak kakipun begitu jelas terdengar, tak heran kenapa januar sering menoleh kebelakang sebelumnya.
Langkah demi langkah sosok dibelakangku semakin jelas di kesunyian hutan ini...
(Sunyi)
Plaakkk.....
Plaakkkk.....
Plaaakkkk.....
(Suara langkah kaki sosok tersebut).
(umpatan dalam bahasa jawa).
'opo,o stev?' Ucap januar
(Apa stev?)
'gaopo sans'. Jawabku
(Gapapa sans)
Hehehe...
Hehehe...
Hehehehehee....
(Tawa sosok tersebut)
Seoalah-olah menghina dan menertawaiku.
Sambil membaca shalawat dalam hati berusaha untuk tegar namun tak bisa dielakkan tawa tersebut terus terdengar dan membuatku merinding.
'Gak kuat cok, loro kabeh motoku. Aku tak nang ngarep ae' ucapku.
(Gak kuat cok, sakit semua mataku. Aku tak di depan aja).
Beruntungnya anas, tak mendapat gangguan seperti saat aku berada di posisi paling belakang.
Suara itu terdengar setiap 5 menitan, terdengar terhenti, terdengar terhenti begitu terus polanya.
'ting ting ting ting'
'ting ting ting ting'
'ting ting ting ting'
Semakin keras dan terasa...
Awalnya kupikir hanya aku saja yang mendengar suara tersebut. Namun ternyata temanku yang lain juga mendengar suara itu.
(Gais, denger suara ting ting tah?)
'Yo awakku krungu pisan' jawabku.
(Ya aku denger juga)
'Aku yo pisan ' jawab semua teman-temanku.
(Aku ya juga)
'DJIANCOK SOPO WONG DODOL BAKSO NENG TENGAH ALAS IKI SUU !!'
(DJIANCOK SIAPA YANG JUALAN BAKSO DI TENGAH ALAS INI NJING!!)
'Lho ilang, cok sakti pancene aku iki' saut azwar.
(Loh hilang, cok sakti emang aku ini)
(Siapa yang berani sama kami, sini war, kami ini diatasnya kiyai dibawahnya nabi)
Benar-benar dark jokes ala-ala warga twitter .
Kami berhenti untuk beristirahat sambil mengisi botol air yg sudah habis, januar berinisiatif mengambil air pada aliran air itu. Di isilah botol dengan air dari aliran tersebut.
(Saring dulu, iniloh ada kain)
Lanjut januar mengisi air sambil disaring dengan kain namun tetap saja airnya masih berwarna kuning.
(Ada, cukup kalau buat naik turun aja)
'yo wes, ayo lanjut rek' saut januar.
(Yawes, ayo lanjut gaes)
(Tungulah cok cok, masih capek kaki ini. Udah gak punya pacar buat mijetin masak istirahat sebentar aja gak boleh)
(Wes gaes, ayo jalan lagi trus istirahat lagi. Ayo nurut jangan banyak tanya. Nurut omongannya januar, kalau lanjut ya lanjut)
'kon paham a stev iku maeng opo'o aku kok njaluk lanjut? Aku merinding cok pas ngisi banyu lha kok ono suara wong wedok ngguyu banter jelas pisan pas aku heran banyune koiso werno kuning'.
(Iya paham. Cuma aku gatau apa yang menggodamu. Cok dipipisin berarti tadi itu. Pantesan warnanya kuning)
(Lah iya makanya)
'Rek mariki track e hutan lebat dan mlakune yo nunduk soale angel' ucap fadil
(Gaes habis ini track nya hutan lebat dan jalannya nunduk karena susah)
Track yg sama sekali tidak ada cabang, aku sangat yakin bahwa ini jalan yang tepat dan tidak mungkin salah.
Secara otomatis akupun terkejut saat melihat sekelebatan bayang itu
(Ada apa steve)
'gaopo, tawon lewat cok kaget aku' jawabku agar azwar tidak mikir yg aneh-aneh.
(Gapapa, tawon lewat cok kaget aku)
(Loh steve, buka track baru kah? Aku yang sudah ketiga kalinya mendaki ini gak pernah loh ada batu sebesar gini)
'lho mek iki tok gaono dalan maneh' ucapku.
(Loh cuma ini aja gak ada jalan lain)
(Iya dil gak ada belokan sama sekali)
(Loh cok sangar kamu ini, buka jalan lagi kamu ini cok. Gak ada batu sebesar ini)
'wes talah opo jare wes' sautku.
(Udahlah terserah dah)
'Lho kan cok bener iki pancen dalane, gaono maneh.' Ucapku agar terdengar semua orang
(Loh kan cok benar ini emang jalannya, gak ada lagi)
(Cok gatau dah, gak sehat mendaki bareng kalian semua ini cok, padahal aku sudah 3 kali mendaki sini dan gak pernah ada batu ini)
Hanya perlu jalan sedikit lagi, sudah terlihat puncaknya, namun tracknya begitu curam dan licin.
Sesampainya diatas kamipun tidur-tiduran melihat bintang sembari menunggu sunrise.
Setelah puas berada dipuncak dan mendapat sunrise seperti yg kita inginkan. Kamipun memutuskan untuk turun sekitar pukul 09:00 pagi.
Sampai di pancuran air juga aman aman saja, kamipun juga mengisi air pada botol kosong dan airnya sangat sangat jernih.
Kami sangat bersyukur bisa kembali dengan selamat. Mengingat banyak kasus pendaki yang hilang ataupun sakit karena ulah yang tidak sopan saat mendaki.