, 154 tweets, 49 min read
My Authors
Read all threads
Awalnya keadaan desa biasa saja, namun semuanya berubah saat kami kedatangan warga baru. "Keluarga Bpk Rusli" begitu kami menerka setiap terjadi pekara.

#KBR
#bacahoror
#bacahorror
Gerimis tipis membuat desa terlihat lebih gelap dari biasanya. Suara jangkrik nampak nyaring. Kabut mulai menutup pandangan. Pukul 17:00. Dari kejauhan nampak lampu senter mencoba menembus kabut yang kian pekat. Sayup-sayup terdengan seseorang menyapa
#KBR

“Pak...” sapanya pada Kandar. Sedang Kandar yang di sapa hanya membalas “Moggo” (silahkan) sebagai bentuk basa-basi. Padahal kandar sendiri tak dapat melihat seseorang itu.
#KBR

Setelahnya seseorang itu terus berjalan, tak ada yang terlihat dari keluarga itu, hanya lampu senter nya saja yang terlihat. Kalau di hitung dari sinar senter yang menyala jumlah nya kira-kira 5 orang. Arah senter itu menuju ke atas bukit.
Dalam hati Kandar bergumam, “Siapa gerangan yang sore-sore begini ke atas bukit, padahal kabut. Di tambah gerimis yang pasti akan membuat jalan menjadi licin”
............
#KBR

Malam berganti pagi, kabut tipis masih tersisa. Rupik keluar rumah sembari membawa clurit hendak ke bukit mencari talas untuk di buat keripik. Di bangunkanya suaminya untuk bergegas ke sawah.
#KBR

“Pak.. Pak.. tanggi, wes isuk. Gek nde sabin” (pak..pak.. bangun sudah pagi. Segera ke sawah” kata Rupik sembari mengguncang”kan tubuh suaminya. Kandar nampak mengerjap-ngerjapkan mata. Setelahnya mengambil cangkul lalu bergegas ke sawah.
#KBR

Setelah suaminya pergi, Rupik juga bergegas pergi ke bukit.

Suasana bukit masih penuh embun sisa hujan, namun ada yang berbeda. Saat Rupik sudah masuk jauh ke dalam bukit, nampak pagar di bangun di sepanjang jalan, di sisi lain.
#KBR

Jadi di bukit ini tadinya hanya ada satu jalan setapak saja menuju air terjun desa, dimana di sana warga desa sering memancing ikan juga mencari ubi talas. Namun kali ini jalan nampak percabang dengan satu jalan lain di beri pagar dari batang pohon.
#KBR

“Lhoh, kemarin aku ke sini belum ada pagar nya. Kapan mbangunya? Trus sudah di tanemin bunga juga" batin Rupik. Melihat bunga mawar merah menjalar di pagar kayu tersebut.
Karna penasaran Rupik pun mengikuti pagar itu, dirinya berjalan dan terus berjalan hingga ahirnya mendapati rumah yang begitu besar dengan semua bangunan terdiri dari kayu.

“Hoalah Gusti.. apik tenan” (Ya Tuhan, bagus sekali)” gumam Rupik.
#KBR

“Buk..” panggil seorang perempuan dari belakang. Membuat Rupik sedikit kaget.

Diamatinya perempuan yang sangat Ayu tersebut. Kulit seputih awan, rambut panjang hitam pekat, dengan bibir mungil dan mata bening. Membuat Rupik terperanggah dalam beberapa detik.
#KBR

“Eh.. ngapunten” ucap Rupik setelah tersadar. Dirinya sungkan, karna merasa lancang karna berani masuk kawasan asing, hingga ketahuan yang punya rumah.

“Eh, gakpapa buk, monggo masuk saja” (silahkan) kata perempuan itu ramah.
#KBR

Karna sudah tertangkap basah, Rupik pun menuruti dengan masuk ke rumah itu.

Di persilahkanya Rupik untuk duduk di kursi rotan tepat di teras rumah. perempuan itu menyuruh Rupik menunggu sebentar, sebelum ahirnya perempuan itu masuk.
#KBR

Tak lama.. perempuan itu kembali dengan membawa nampan. dengan dua cangkir indah di atasnya. Dari gelas keramik itu saja Rupik tau kalau perempuan yang dia temua bukan orang biasa.
#KBR

“Emhh, ngapunten.. njenengan ini siapa?” (emh, maaf.. anda ini siapa?) tanya Rupik sembari menundukkan wajahnya.

“Saya Arum Buk, lalu ibuk ini pasti warga desa seberang kan?” tanya Sekar setelah meletakkan dua gelas keramik di atas meja.
#KBR

“Silahkan di minum Buk” kata Arum lembut.

“Namanya indah..” puji Rupik “Nduk Arum, tinggal di sini dari kapan?” tanya Rupik lagi.

“Saya, tinggal di sini dari semalem Buk” jawab Arum sembari mendekatkan teh itu ke Rupik. Supaya teh itu lekas di minum.
#KBR

“Pantesan, kemarin saya kesini ndak ada orang, belum ada pagernya, masih belantara” jawab Rupik tanpa memikirkan apa yang baru saja dia katakan.

“Ibuk mau bekerja disini?” tanya Arum memotong pembicaraan.
#KBR

Rupik nampak berfikir sejenak, lalu memandang Arum dengan tatapan penuh harap.

“Mauuu.. Nduk, kerja sebagai apa?” tanya Rupik yang nampak semangat.

“Masak, sembari bersihin rumah” jawab Arum ramah.

“Iya.. iya.. mau” jawab Rupik.
#KBR

“Iya.. iya.. mau” jawab Rupik.

“Kalau mau, besok ibuk kesini ya, mulai bekerja” kata Arum.

“Enggeh.. besok pagi-pagi saya kesini” jawab Rupik semangat.
#KBR

Setelah meneguk habis teh nya, Rupik bergegas pulang. Tak lupa di bawanya clurit yang tadi dia sandarkan pada tembok dekat kursi rotan, dirinya tak sabar ingin segera mengatakan kabar baik pada suaminya.
#KBR

“Pak.. pakkk” panggil rupi setelah sampai di ambang pintu rumah.

“Apa sih buk? Loh la keladi nya mana?” tanya Kandar bingung, melihat istrinya pulang dengan tangan kosong.
#KBR

“aku tadi ke hutann, lalu liat pagar bunga dengan jalan setapak. Saat ku ikuti jalan itu sebuah rumah besar terlihat. Aku yakin pak itu rumah nya orang kaya, pemilik nya juga sangat cantik. Aku di tawari bekerja mulai dari besok” Jawab Rupik
#KBR

“Kamu tu lo, nglindur apa gimana? Orang di hutan mana ada rumah yang kamu bilang itu”

“ada pak.. ada, aku lihat pakai biji mataku sendiri” jawab Rupik bersikeras.
#KBR

“Ah.. gak mungkin orang minggu lalu waktu aku benerin air yang mampet juga gak liat apa yang kamu lihat”
#KBR

“iya sih pak, kemarin aku juga nyari keladi gak ada apa-apa. Tapi aku gak mungkin salah lihat, memang ada kok rumah nya. Bahkan aku mampir dan di bikinin minum, sampai di tawarin kerja” jawab Rupik masih yakin dengan apa yang dia lihat.
#KBR

“Ah.. kamu ngelamun mungkin, sudah masak sana” jawab Kandar, yang masih meragukan apa yang istri nya lihat

“Pokok nya besok aku akan tetap kesana, dan mulai bekerja” jawab Rupik sembari beranjak dari tempat duduk nya.
#KBR

Menutup malam dengan penuh harap, semoga esok dirinya memang benar-benar mendapatkan pekerjaan.
................
Pagi masih buta tanpa bias cahaya dari surya. Rupik sengaja bangun lebih pagi untuk membuat sarapan untuk suaminya.
#KBR

Membuat Kandar bergegas bangun saat asap tunggu mulai memenuhi segala ruangan.

“Buk, beneran mau ke rumah itu? Yakin kalau kamu gak nglindur waktu liat rumah itu?” tanya Kandar memastikan.
#KBR

“Aku tu walau sudah umur 40 tahun, mataku masih awas Pak, masak iya rumah segede itu gak keliatan nde mataku? Lagian bagus kalau aku bisa dapat kerja yang bisa ngasih penghasilan sebulan sekali, rumayan buat benerin rumah”
#KBR

kesal Rupik saat harus menjelaskan kembali apa yang dia lihat.

“Yasudah, asal sebelum gelap kamu harus sudah pulang” kata Kandar sembari mengasah parang. Membuat keadaan kembali hening.
#KBR

Saat matahari perlahan-lahan mulai kelihatan, Rupik bergegas ke bukit setelah memastikan, makanan sudah tersedia di atas meja. Sengaja Rupik memasak lebih banyak supaya suaminya tinggal memanaskan jika hendak makan.
#KBR

Saat Rupik sudah di halaman rumah calon majikan nya, terlihat Arum tengah menjemur baju. Di pandangnya Rupik dengan wajah senang, lalu berhambur mendekat ke arah Rupik.

“Saya kira ibuk ndak jadi dateng” kata Arum senang.
#KBR

“Jadi Non, saya butuh pekerjaan ini soalnya” jawab Rupik merendah.

“Seneng saya dengernya, tapi panggil Arum saja. mari saya kenalkan sama Bapak” kata Arum sembari tersenyum.

sedang Rupik mengangguk pelan, setelah nya mengikuti Arum yang masuk ke dalam rumah.
#KBR

baru ini Rupik tahu tentang suasana dalam rumah yang nampak redup, sedikit sekali bias cahaya yang bisa masuk ke dalam rumah.

Dengan segala bangunan terbuat dari kayu, ornamen nya pun sangat kuno, namun terlihat sangat mahal.
#KBR

Seperti gelas keramik tempo hari, sudah sangat lama Rupik tidak pernah melihat lagi gelas-gelas semacam itu.

“Perkenalkan Mbok, saya Rusli. Bapak nya Arum” kata Rusli sembari mengulurkan tangan”

“Kula Rupik Ndoro” jawab Rupik menunduk
#KBR

“Panggil Pak wae, Mbok..” jawab Rusli ramah

“Enggeh Pak” jawab Rupik.

Sebagai pesuruh, Rupik tak berani menatap mata Tuan nya. Namun sempat terbayang tampilan Pak Rusli yang masih mengenakan celana hitam, dengan atasan baju lurik.
#KBR

Terlihat sekali Pak Rusli masih sangat kejawen.

“Nanti, biar Arum yang menjelaskan, apa saja yang akan Mbok kerjakan nde rumah ini. Memang sulit Mbok, tapi melihat perawakanmu yang kalem. Saya yakin kamu telaten. Saya mau mancing dulu” jelas Rusli
#KBR

Rupik mengangguk kalem. Walau masih bingung dengan kesulitan apa yang akan dia kerjakan.

“Karna Ibuk sudah resmi bekerja di sini, jadi saya panggil Mbok saja ya.. biar lebih enak”

“Enggeh”
#KBR

“Jadi tugas Mbok itu susah-susah gampang. Pertama, Mbok masak pagi, gak banyak kok. Di rumah ini cuman ada tiga orang saja. Saya, Bapak, sama Dimar. Jadi untuk masakan tidak usah terlalu banyak. Untk nyapu, nyuci, dan pekerjaan rumah yang lain. Saya yang akan mengerjakan”
#KBR

kata Arum menjelaskan.

“Jadi tugas saya hanya masak?” tanya Rupik bingung, tak melihat kesulitan dari tugas nya.

“Sambil rawat DImar, adik saya. Itu yang paling susah” kata Arum sendu

“Kenapa, Non? Nakal ya anak nya?”
#KBR

“Ibuk liat saja sendiri, mari saya antar” jawab Arum, sebelum itu Arum membawa satu piring nasi, setelah itu berjalan mendahului Rupik.

Semakin lama Arum berjalan, semakin gelap juga ruangan nya. Dari ujung ruangan, Arum mengambil lentera yang seakan sudah di persiapkan.
#KBR

Setelah nya, Arum menyusuri tangga yang membawa mereka ke dalam ruangan bawah tanah.

Suasananya sangat gelap, satu-satu nya penerangan hanya berasal dari lentera yang ada di tangan Arum.
#KBR

Selain itu ruangan terasa lembab, sedikit tercium bau anyir yang membuat debar jantung Rupik terpacu.

Hingga ahirnya sinar lentera menerangi sebuah pintu kayu dengan simbol yang aneh. Membuat Rupik kian bingung, sebenarnya tugas apa yang akan dia kerjakan.

Ceklek..
#KBR

Pintu terbuka, di gantung nya lentera itu sehingga seisi ruangan terlihat lebih terang.

Mata Rupik terfokus pada sebuah box bayi. Yang berukuran lebih besar, hingga rasanya Box itu bisa di tiduri orang dewasa.

“Kak...” panggil seorang dari dalam Box.
#KBR

“Iya dek..” jawab Arum sembari mendekat ke arah box.

“Gimana tidur nya? Nyenyak?” imbuh Arum.

“Lapar” rintih anak di dalam box

“Iya, sebentar ya..” jawab Arum dengan suara lembut

“Sini Mbok” panggil Arum. Membuat Rupik berjalan mendekat.
#KBR

Jalan Rupik terasa berat, karna bau anyir semakin menyeruak. Di tambah banyak lalat hijau yang hinggap di mana-mana. Membuat badan Rupi bergetar hebat.

Namun, karna perintah juga karna rasa penasaran, di seretnya kaki yang kian berat dirasa.
#KBR

Toh tuan nya saja tak bereaksi geli atau semacam nya. Mungkin saja anak yang ada di box itu hanya sakit keras, hingga aromanya anyir.

“Duhhh Gustiii” pekik Rupik saat melihat sosok yang tengah tidur di ranjang.
#KBR

Rupik memejamkan matanya. Tak kuasa menahan takut tentang apa yang baru saja dia lihat.

“Geli ya Mbok? Hmm.. adik saya memang terlahir demikian. Ibuk saja sampai kabur karna tak kuasa melihat anak nya sendiri” kata Arum sendu
#KBR

Kalimat yang keluar dari mulut Arum membuat Rupik kasian. Di buka nya mata nya, memandang Dimar lebih jeli lagi. “Ini teluh Non” jawab Rupik melihat kondisi Dimar.
#KBR

Kondisinya sangat mengenaskan. Tak ada mata, tak ada tangan, tak ada kaki. Tak ada tengkorak kepala. Sehingga otak nya terlihat, itulah yang membuat aroma anyir menyeruak sedari tadi.
#KBR

Otak nya bahkan di liputi ulat, lingkar matanya bernanah, tangan dan kaki nya seakan di potong, dengan luka yang tak pernah mengering.

Otak nya bahkan di liputi ulat, lingkar matanya bernanah, tangan dan kaki nya seakan di potong, dengan luka yang tak pernah mengering.
#KBR

“Saya tau.. makanya Bapak kesini untuk cari obat nya. Jadi tugas Mbok yang paling susah itu, merawat Dimar, memandikan, nyuapin makan, sembari membersikan ruangan ini.
#KBR

Sebulan nya Mbok akan dapat 5jt. Tapi satu pesan saya Mbok, jangan sampai orang tau tentang rumah ini, juga tentang Dimar” jelas Arum.

“Maaf Non, saya gak bisa” jawab Rupik takut. dia menganggap dirinya tidak akan bisa melakukan itu.
#KBR

“Tolonglah Mbok, nanti untuk gaji nya.. separuh akan kita bayar di awal.. bisa kan mbok?” tanya Arum dengan tatapan memelas.

“Kalau bukan sama Mbok, saya mau minta tolong ke siapa?” tanya Arum, membuat Rupik iba, di pikirkan nya keputusan itu baik-baik.
#KBR

Sampai ahirnya Rupik pun setuju.

“Saya mau, tapi saya hanya bekerja sampai jam 5 sore, sebelum gelap saya harus pulang” jawab Rupik

“Ah gpp Mbok.. gak masalah” jawab Arum senang.
...........
#KBR

Kandar memandang istrinya bingung, aneh. Sedari istrinya pulang tak ada kata-kata yang menggebu-gebu seperti saat Rupik menceritakan tentang rumah itu. Setiap di tanya, jawaban nya pasti singkat.
#KBR

Padahal seharus nya Rupik senang, karna saat pulang Rupik sudah mengantongi uang sebesar 2,5jt. Padahal uang itu cukup besar untuk ukuran pesuruh, apalagi di desa terpencil seperti desanya. Apalagi itu masih separuh nya.
#KBR

“Kenapa to buk? Katanya kamu seneng kerja nde sana.. kok kamu dari tadi di tanya singkat-singkat terus jawabanya?” tanya Kandar penasaran.

“Sebenarnya aku senang, orang yang tinggal ndek sana itu orang baik semua. Tapi ada hal yang bikin aku takut” jawab Rupik
#KBR

“Opo to buk? Takut apa?” tanya Kandar kian bingung.

“Bapak percaya teluh?” tanya Rupik sembari menatap suami nya lekat-lekat.

Kandar nampak kaget mendengar apa yang di tanyakan istri nya. Dari gerak-gerik Rupik seperti membingungkan.
#KBR

Pas di tanya juga reaksinya semakin membuat Kandar tidak mengerti.

“Percaya.. kenapa nanyain itu?” tanya Kandar

“Tadi...”

Tonggg... tongggg.... tonggg... tongggg....
#KBR

Suara kentongan membuat Rupik mengehentikan kata-kata nya, bergegas keluar rumah untuk tau apa yang membuat kentongan itu sampai berbunyi.

“Ono opo??” tanya Rupik setelah mendekat ke pos ronda.

“Anak nya pak kades meninggal” jawab salah satu warga.
#KBR

“Yang mana?” tanya Kandar ikut prihatin

“Yang sulung, Yoga.. meninggal karna terpeleset waktu memancing di air terjun” jawab warga menjelaskan.

“Hoalah Gusti...” gumam Rupik.
#KBR

Bergegas Kandar menutup pintu rumah, lalu bersama warga lain menuju kediaman pak Kades.

Sedang Rupik sudah lebih dulu ke sana. Namun Kandar, terkejut saat melihat sayup-sayup Nonok tengah menatap nya tajam.
#KBR

“Wonge mbalek, gowo molo hahaha wonge mbalek, wonge mbalek” (Orang nya balik, bawa hal buruk hahaha orang nya balik, orang nya balik) ucap Nonok sembari berlalu.

“Wong edan..” (Orang gila) ucap Kandar kesal, lalu bergegas ke rumah kades.
#KBR

Saat sudah sampai di kediaman Kades, Kandar berpapasan dengan warga lain yang sudah membawa cangkul. Warga terlihat buru-buru. Belum juga menegur, warga sudah mengajak Kandar langsung membuat kubur.
#KBR

“Pak Kandar, langsung saja siapkan kubur. Tenda sama kursi sudah di tata soalnya” ucap warga

“Lho apa gak di inepin to? Orang udah hampir gelap” tanya Kandar bingung.
#KBR

“Enggak, kepala nya pecah.. darah nya gak mau berenti. Trus udah di hinggapin lalet, makanya itu harus di kubur malem ini” ucap warga yang lain.

“Hmmm yaudah mari” ucap Kandar bergegas.

..................
#KBR

“Pik, kamu besok gak bisa bantu-bantu ya?”

“Gak bisa, aku soalnya kerja” jawab Rupik sembari sibuk mengupas bawang

“Kerja apa?”
“Ya nyari talas to, tapi sore aku akan langsung kesini. Tenang aja” ucap Rupik.
#KBR

“Yaudah.. kasian lo Yoga, pamit nya mancing tapi ke pleset sampai kepalanya pecah” ucap Inah prihatin.

“Udah nasip nya Nah, makanya anak kamu jangan boleh main ke Air terjun sendirian” ucap Rupik
#KBR

“Gak.. gak bakal tak bolehin” ucap Inah yang hanya di balas anggukan kecil dari Rupik.

Sedangkan itu Kandar tengah bergegas ke kuburan, hari sudah mulai gelap. Satu-satunya cahaya hanya dari lampu senter yang dia bawa, itupun di pinjemin warga.
#KBR

saat Kandar mengarahkan senter ke arah pepohonan tertangkap sosok perempuan berbaju coklat, tengah menatap nya dengan tersenyum. Namun saat di lihat lebih jeli perempuan itu menghilang.
#KBR

“Duh gusti..” sambat Kandar dalam hati.

“Ayo pak di gali” ucap yang lain.

Kandar pun mengikuti, di keruk nya tanah itu menggunakan cangkul.
#KBR

Jujur saja, bukan hanya kali ini dia membantu warga untuk membuatkan kubur di malam hari, namu suasana seram baru kali ini dia rasakan.
#KBR

Bulu kuduk nya meremang, keringat dingin mengucur membasahi jidat nya. Sembari berdoa Kandar terus melakukan tugas nya sampai ahirnya selesai.

“Sampun rampung, Pak Kades di kabarin kalau semuanya udah siap” (Sudah selesai) ucap Kandar.
#KBR

Dengan sigap warga pun mengabari, keluarga Pak Kades. Hingga tak perlu menunggu lama, rombongan pun datang membawa keranda.

“Pak ikut kan nguburin nya?” tanya Kandar pada Pak Kades yang menjaga jarak dari jasad anak nya.
#KBR

“Kamu aja ya Man, saya gak sanggup” ucap Pak Kades dengan mata sembab.
#KBR

Kandar pun mengangguk. Dengan di bantu dua warga lain, Kandar masuk ke liang kubur.

Saat kain keranda di buka semua menangis histeris, awalnya Kandar bingung, namun saat bau busuk menyeruak Kandar pun paham.
#KBR

Dengan hati lapang kandar menerima jasad Yoga. Kafan nya tak lagi putih, luka yang ada di kepalanya menyebabkan kain kafanya bersimbah darah. Bukan hanya di kepala, namun di sekujur tubuh nya.
#KBR

“Seng tenang ngger” (Yang tenang nak) ucap Kandar daat melepas tali kafan yang mengikat tubuh nya.

Namun, Kandar kaget bukan main saat sayup-sayup seperti terdengar rintihan “Tu.. tulung Pakde” ucap entah siapa.
#KBR

“Awakmu krumu?” tanya Kandar.

“Ora.. wes gek endang” (engga, udah cepetan) ucap warga.

Setelah selesai melepas tali kafan, Kandar dan yang lain kembali kaget hingga meloncat naik, saat ribuan kelabang keluar dari jasat itu sembari bau busuk yang makin tak tertahankan.
#KBR

Saat sudah di atas, Kandar bergegas mencangkul tanah agar bau nya tidak menyeruak kemana-mana. Sedang kelabang yang tadinya dia lihat, juga rintihan minta tolong yang Kandar dengar akan menjadi cerita untuk dirinya sendiri.
#KBR

Setelah menyelesaikan tugas, Kandar dan yang lain pun beranjak dari kubur. Namun baru saja Kandar berbalik tatapan nya kembali bertemu dengan tatapan perempuan berbaju coklat yang sempat dia liat.
#KBR

Untuk sesaat keduanya membeku, sampai saat sosok perempuan itu menyunggingkan senyum. Namun kandar membuang muka.

“Heran, kalau kakinya napak nde tanah pasti aku benar-benar ngira kalau dia manusia” gumam Kandar di tengah-tengah orang yang bergegas meninggalkan kubur.
#KBR

.........
Suasana rumah Kades begitu ramai, banyak warga dari desa sebelah yang menyampaikan duka cita atas kematian Yoga yang begitu mendadak. Sedang Kandar dan orang yang sempat membuat kubur meminta ijin untuk pulang terlebih dahulu untuk membersihkan diri.
#KBR

“Buk, ayo muleh” (pulang) ajak Kandar

“Ayo” balas Rupik, lalu berpamitan dengan orang-orang dapur.

Setiba nya di rumah, Kandar bergegas masuk ke kamar mandi. Mencuci muka nya dengan air dingin berkali-kali sampai rupa dari mayat yang tadinya dia kuburkan, hilang.
#KBR

Setelah nya mandi, setiap dia mengguyurkan air terdengar suara sayup-sayup rintihan.

Rintihan kecil seperti seseorang yang tengah menangis. Namun, saat Kandar menghentikan guyuran air, suara itu hilang.

“Asu..” umpat Kandar kesal. Bergegas menyelesaikan mandi nya.
#KBR

“Pakde.. tulungg” ucap suara entah siapa.

Sesaat Kandar terdiam, namun tak di hiraukan suara itu. Dirinya bergegas keluar, menemui Rupik yang tengah mengaduk teh.
#KBR

“Katanya kalau belum 40 hari, arwah itu masih ada di sini. Kalau meninggal nya saja rupa nya seperti itu, gimana kalau jadi arwah” kata Rupik

Brak.. Brak.. Brak.. Brak..

Sesaat Rupik terdiam kaget, lalu bergegas ke arah pintu.
#KBR

Di sentuh nya gagang pintu yang tengah di gebrak oleh entah siapa.

“Astaga, kamu ternyata” ucap Rupik saat melihat, ternyata warga yang menggebrak pintu.

“Danang... Danang meninggal” kata warga itu dengan nafas terengah.

“Kok bisa?” pekik Rupik bingung.
#KBR

“Kurang ngerti, pas Pak Inung pulang, anak nya udah tergeletak nde kasur. Darah nde mana-mana. Dan.. ma.. matanya ilang” ucap warga merinding.
#KBR

Tak lama setelah itu kentongan kembali di bunyikan.

Bergegas Kandar kembali ke pos ronda bersama Rupik.
Disana semua warga membawa obor, raut wajah nya marah, baru saja satu hari dua anak meninggal.

“Gimana ini baik nya?” tanya Kandar saat sampai di sana.
#KBR

“Desa kita ndak aman, kayaknya ada yang sengaja nebar teror. Gak mungkin anak yang tak tinggal ndek rumah dalam keadaan baik saja tiba-tiba meninggal tanpa mata.
#KBR

Anak saya pasti di bunuh, anak Pak Kades juga pasti begitu. Mana ada anak kepleset trus kepala nya pecah? Anak itu mancing nde pinggir, paling mentok meninggal karna hanyut” ucap Inung marah.
#KBR

“Sebelum itu mending kita segera buat kubur Mas” ucap adik Inung yang tiba-tiba saja datang dari belakang

“Bau.. bau nya udah nyebar gak mungkin di inepin” imbuh nya dengan mimik wajah sedih.
#KBR

Inung terduduk sembari menutup muka nya, dadanya terasa panas. Kehilangan seorang anak sudah terlalu berat untuk nya, apalagi harus kehilangan dengan cara yang mengenaskan.
#KBR

“Sudah, Pak Inung pulang saja. Saya sama warga biar kembali membuat kubur. Sisanya mengurus jenazah. Sebaik nya anak-anak di kumpulkan jadi satu tempat saja. Biar kejadian ini gak terulang” ucap Kandar menghimbau warga yang lain.
#KBR

Jam sudah menunjukkan pukul 23:45 dini hari. Secepat mungkin Kandar bergegas. Setelah sampai di kuburan, Kandar dan yang lain bergegas menggali kembali dengan secepat mungkin.

Tak ada yang saling berbicara, tak ada juga yang membicarakan kejadian demi kejadian.
#KBR

Membuat keheningan menyebar hingga suara burung lebih dominan.

Setelah sudah cukup dalam, sesuatu terlihat. Semakin di gali mata Kandar semakin membelalak.
#KBR

“Hlohhhh, lha ini makam yang tadi to? Lha ini kan Yoga anak nya Pak Kades!” pekik Kandar saat mengambil papan yang terlihat masih sangat baru.

Bau busuk nya menyeruak membuat yang lain sudah terlebih dulu naik.

“Hihihihi”
#KBR

Suara tawa membuat semua mata tertuju pada pohon kamboja, sumber suara berasal. Namun tak ada siapapun disana.

“Pak.. Pak Kandar.. mayat nya udah gak ada” kata Warga saat kembali melihat ke liang kubur.
#KBR

“Asu.. kok koyok ngge dolanan adewe” (sial, kok kayak di kerjain kita) ucap Kandar kesal.

“Udah nanti gak udah serita sama apa yang kita liat. Kasian keluarga nya Danang” ucap Kandar menutup malam dengan semua cerita yang dia simpan rapat-rapat.
#KBR

“Sopo jenengmu?” (siapa namamu?) tanya Rusli dengen suara berat.

“Sekar Arum” jawab Putri nya sembari menundukkan kepala, juga tubuh yang terduduk bersimpuh. Terlihat lesu.

“Sopo Bopo mu?” (siapa bapak mu?) tanya Rusli lagi
#KBR

“Ra Rendra Rusli” jawab Arum dengan suara bergetar

“Sopo adi mu?” (siapa adik mu?) tanya Rusli semakin dingin

“Lintang Dimar” suara Arum tercekat.

“Sopo Biyung mu?” (siapa ibu mu?) tanya Rusli dengan menatap tajam ke arah Arum.
“Arum mboten gadah Biyung. Biyung pun seda, sawise Biyung metu saka omah” (Arum tidak punya Ibu. Ibu sudah mati semenjak Ibu keluar dari rumah) suara Arum nyaris berbisik. Mata nya ber-air, suaranya serak seperti menahan ribuan jarum setiap Rusli menanyakan siapa dirinya.
“Adimu wes entok tombo, ojo kok roso sopo ae seng mati. Adimu loro di gae uong, awakmu yo eroh. Salah e Bapak nde endi pas Bapak njalok ijol karo seng nggawe jalaran? Ngger.. Bapak udu wong beneh, Bapak mung Bapak seng gak iso ndelok anak e kelaran”
#KBR

(adik mu sudah mendaptkan obat, jangan di ratapi siapa saja yang mati. Adikmu dibuat sakit oleh seseorang, kamu juga tau itu. Lalu salah nya Bapak di mana saat Bapak meminta ganti pada mereka yang memulai perkara.
Bapak bukan orang baik, Bapak hanya Bapak yang gak bisa lihat anak nya menderita) jawab Rusli dengan suara sedih.

“Sepurane Bapak...” (maaf) jawab Arum sembari memegang kaki Rusli, menyesali keluhan nya atas kematian anak yang tidak bersalah.
#KBR

Padahal Sekar tau benar siapa yang lebih dulu membuat perkara.
............
#KBR

Rupik menundukkan kepalanya saat mendengar sebuah percakapan dari dalam rumah. tangan nya yang hendak mengetuk pintu di urungkan oleh nya.

“Ra Rendra?” gumam Rupik di dalam hati, seperti tidak asing dengan nama yang baru saja di sebutkan oleh Arum.
#KBR

Namun, di simpan nya segala resah yang coba dia hubungkan seperti potongan puzle. Untuk di endapkan dulu di kepalanya, kini rasa penasaran tertuju pada Dimar.
#KBR

Tok.. Tok.. Tok..

Rupik menunggu yang punya rumah membuka-kan pintu. Tak lama, Arum keluar sembaru menatap datar ke arah Rupik. Membuat Rupik berdebar.

“Sudah dari tadi ya Mbok?” tanya Arum

“Baru saja sampai Neng, maaf terlambat” ucap Rupik
#KBR

Senyum Arum kembali merekah, saat Rupik mengatakan dirinya baru saja datang. Menyuruh Rupik bergegas masuk.

“Mbok..” sapa Rusli ramah. Sedang Rupik hanya membalas dengan senyum tipis sembari menundukkan kepalanya.
#KBR

“Mbok liat Dimar yuk” ajak Arum

“Mari..” jawab Rupik yang kian penasaran.
#KBR

Bukan lagi di ruang bawah tanah, Arum mengajak Rupik ke sebuah kamar yang berhadap-hadapan dengan kamar Arum.

Kamar yang sempat dirinya lihat saat hendak masuk ke ruang bawah tanah.
#KBR

Dari depan pintu tak tercium bau anyir, membuat Rupik makin yakin dengan apa yang dirinya yakini.

Perlahan Arum mulai membukakan pintu, terlihat seorang anak laki-laki tengah terduduk di kursi, memandang lurus ke arah jendela.
#KBR

Membiarkan badanya di terpa matahari pagi.

Dari ambang pintu saja Rupik sudah hampir menangis, melihat batok kepala dari Dimar yang tadinya tidak ada.

“Dek.. coba liat siapa yang dateng” ucap Arum sembari memutar kursi, sehingga saling bertatapan lah Rupik juga Dimar.
#KBR

Rupik terjatuh, kepalanya pening melihat kedua bola mata bening yang tengah menatapnya tanpa dosa.

Dada nya terasa panas, bahkan rasanya ingin pingsan. Namun, badan Rupik bergetar saat Arum memegang bahu nya.
#KBR

“N..Nonn, ma..maaf” ucap Rupik bergetar. “Sa..saya. A..ada.. Urusan” ucap Rupik bergegas bangun dengan kepala yang masih sempoyongan.

“Urusan apa Mbok? Lho mbok kok sempoyongan?” tanya Arum bingung.
#KBR

Tanpa menjawab Rupik terus berjalan, di tahan nya rasa takut yang memucak. Namun, saat sudah di ambang pintu, sebuah suara menghentikan Rupik.
#KBR

“Kandar.. bojomu to?” (suamimu kan?) tanya Rusli dengan suara berat. “Arimbi, bojoku” (istriku) imbuh Rusli sembari menarik nafas panjang.
#KBR

“Awakmu musti wes tau krungu, lenggah.. seng kok rungokne uduk sejatine barang seng kedaden” (kamu pasti pernah dengar, duduk.. yang kamu dengarkan bukan yang sebenarnya terjadi) kata Rusli sembari menarik bangku di samping nya.
#KBR

Rupik terlihat takut, badanya masih bergetar. Dari hal yang dia dengar, tak ada satu pun cerita yang membuat Ra Rendra terlihat baik di mata Rupik.
#KBR

“Aku mung nggorohi seng gawe jalaran. Awakmu teko sawise iku kedaden, awakmu ora salah”

(aku hanya membuat masalah dengan pembuat masalah. Kamu hadir setelah semua terjadi. Kamu tidak salah) ucap Rusli ringan.
#KBR

Mendengar apa yang di katakan Rusli, Rupik pun mendekat, lalu duduk di bangku yang sudah di siapkan.

“Arum, melbu! Jogo adimu” (Arum, masuk! Jaga adek) perintah Rusli sebelum menjelaskan.

Membuat Arum bergegas masuk, walau terlihat jelas raut wajah kecewa di matanya.
#KBR

“Arimbi, sopo seng gak ngerti dekne? Kembang deso. Ayu pasuryane, alus tuture, becik tumindak e. Wong ngirane aku main dukun iso ngolehne dee. Aku, tani. Lemah gak sepiro wani ngerabi dekne anak priyayi”
#KBR

(Arimbi, siapa yang gak tau dia? Kembang desa. Cantik parasnya, halus bicara nya, baik kelakuanya. Orang ngira aku pakai dukun bisa dapetin dia. Aku petani, tanah tak seberapa berani nikahin dia yang anak bangsawan)
#KBR

Rusli menelan ludah sekaligus kepahitan yang dia rasakan secara bersamaan. Sebelum ahirnya melanjutkan cerita.

“Awal menikah, semua berjalan lancar. Seorang anak priyayi bisa hidup dengan kaum sudra sepertiku. Dilepas segala atribut kemewahan
#KBR

beserta di terimanya ancaman kehilangan warisan yang begitu banyak atas nama cinta. Dia menjadi orang biasa dengan ku hingga kami di karuniai seorang anak. Sekar Arum. Ayu kan? Persis paras ibunya” air mata mulai turun dengan intonasi suara yang kian serak.
#KBR

“Namun, yang namanya sirik itu ada. Kades, orang yang sejatinya ku anggap teman ternyata ngirim teluh pada Dimar. Ku lihat anakku sendiri lahir seperti tercabik-cabik. Dadaku panas, selama hidupnya aku melihat dirinya menderita.
#KBR

Belum cukup.. belum cukup sampai disitu, di hasutnya Arimbi kalau aku penyebab Dimar terlahir demikian. Katanya aku memiliki perjanjian dengan iblis, dia bilang aku membuat Arimbi tergila-gila hingga anakku yang kena tulah” ucap Rusli nyaris berbisik.
#KBR

“Alhasil warga datang berbondong-bondong menemuiku. Merutuki ku, memaki, melempari gubukku dengan batu. Istriku di rampas, Arimbi di pulangkan ke orang tuanya. Seperti binatang kami di paksa pergi.
#KBR

Aku, Arum, dan Dimar. Bertahun-tahun hidup mengasingkan diri. Salah saat aku mengambil bagian?” ucap Kades keras.

“Ku ambil tempurung kepala anak Kades, supaya dia tau rasanya hancur.
#KBR

Inung? Dia tau benar tapi dia tutup mata, ku ambil mata anak nya supaya dia bisa melihat apa itu penderitaan. sisanya? Anakku belum memiliki tangan dan kaki” ucap Rusli mendadak dingin
#KBR

“Jangan lagi.. jangan ada lagi yang mati” rintih Rupik

“Kenapa? kamu sudah tau selanjutnya siapa?” tanya Rusli dingin.

Rupik tak lagi merintih, kini dia bersimpuh di kaki Rusli. Sembari menangis tersedu-sedu.

“Bilang suamimu, aku mau ambil bagian” jawab Rusli.
#KBR

“BAJINGAN” umpat Rupik bangun dari posisi yang tadinya meringkuk untuk mencari belas kasihan.

Tatapan tajam masih lurus tertuju pada Rusli, sedang Rusli sendiri menatap datar seakan tak tergerak.
Rupik bergegas keluar dari rumah.
#KBR

Di depan dirinya sudah di sambut oleh hujan yang sangat deras. Langit mendung beradu suara petir yang seakan meneriaki nya untuk segera pulang.
#KBR

Cuaca tak membuatnya berjalan pelan, di angkat rok nya sebatas lutut lalu berlari secepat-cepat nya, dari balik punggung nya batang pohon tumbuh merapat menutup jalan.
#KBR

Di cabang jalan Rupik berbalik. Tak ada pagar yang di tumbuhi bunga mawar, tak ada jalan setapak, tak ada rumah dari kayu. Semua kembali seperti sebelum rumah itu ada. Degub jantuk rupik beradu.
#KBR

“Apa sebenarnya yang aku temui” ucap Rupik menangis tersedu-sedu “Pada siapa sebenarnya aku mnegabdikan diriku” imbuh Rupik.

“Hihihi” suara cekikikan terdengar dari balik dahan pohon, kian lama suara itu seakan menyebar ke segala penjuru. Membuat Rupik kian ketakutan.
#KBR

“Kalian... keterlaluan” rintih Rupik kembali berlari.

“Buk... Buk...” panggil Kandar dari kejauhan.

“Pak.. Bapakkkkkkk” teriak Rupik kian mempercepat kaki nya.
#KBR

Tangis Rupik pecah saat beradu tatap dengan suami nya. Kandar sengaja menjemput istrinya setelah tau siapa yang sudah menjalankan sebuah permainan dari setiap kejadian. Kandar takut jika yang di incar adalah istrinya karna memang keluarganya tidak memiliki keturunan.
#KBR

Namun, baru saja Kandar hendak mendekat. Petir menerpa sebuah pohon hingga membuatnya tumbang. Terekam jelas di mata Rupik bagaimana pohon itu menghantam tubuh suami nya.
#KBR

Tak ada teriakan, tak ada tangis. Untuk sesaat tubuh Rupik mematung, dirinya masih menganggap semua ini mimpi buruk sampai darah suami nya mengenai kaki telanjang Rupik yamh penuh goresan semak berduri.
#KBR

Darah Kandar berbaur dengan air hujan. Merah nya pekat, bau nya anyir. Sampai detik itu Rupik masih membeku, merasakan setiap tulang nya seperti di cabut satu demi satu.

Rasa sakit, pedih, menamparnya pada kenyataan bahwa dirinya sebatang kara sekarang.
#KBR

Bukan hanya tangan, bukan hanya kaki. Tubuh Kandar hancur tak bersisa, bahkan pohon itu seakan menelan tubuh Kandar tanpa menyisakan sesuatu yang bisa di lihat.

Tak lamA warga berdatangan, saat warga menyentuh pundah Rupik, saat itu juga semuanya gelap.
..................
#KBR

Pemakaman, tempat inilah yang memisahkan Rupik dan Kandar suaminya. Sendiri, kata itu terus terngiang di kepala Rupik. Tak memiliki garis keturunan, kini suami juga meninggal.
#KBR

Bahkan hanya badan hancur suaminya yang dikuburkan, tanpa bisa di mandikan, tanpa bisa di lihat wajah nya untuk terahir kalinya. Hanya ekspresi haru yang hanya selang beberapa menit sebelum pohon menimpa Kandar yang bisa dirinya kenang.
#KBR

Pemakaman selesai hampir jam delapan malam, semuanya sudah bergegas pulang, hanya Rupik yang seakan enggan meninggalkan suaminya.

Membiarkan dirinya melamun sembari membelai nisan kayu Kandar.
#KBR

“Sekarang sudah impas” kata seorang perempuan berkerudung yang tiba-tiba saja bersimpuh di dekatnya.

“Dosanya sudah di bayar lunas. Tragedi masalalu sudah tinggal cerita” imbuh perempuan itu.

“Belum!!!! Aku akan menuntut balas” ucap Rupik dingin
#KBR

“Pada siapa? Mereka sudah mati. Menepi ke kota? Mereka bahkan terbakar hidup-hidup sebelum berangkat. Bahkan suamimu melemparkan api itu ke rumah kami.
#KBR

Ada yang hilang dari ingatan mereka, bagaimana warga membunuh keluargaku dengan keji. Ada yang hilang dari ingatan mereka, bahwa aku pergi agar keluargaku selamat. tapi tidak, mereka membantai keluargaku tanpa ampun. tau yang lebih kasian?" tanya perempuan itu.
#KBR

"Apa?" tanya rupik dengan nada bergetar

"Mereka tidak tau mereka sudah mati" ucap perempuan itu datar.

“Memang siapa kamu?” tanya Rupik kesal sekaligus takut.

“Arimbi”
#KBR

TAMAT
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with JIKU

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!