-THREAD HOROR-
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
#bacahorror #bacahoror #ceritahorror #threadhorror #threadhoror #nyarimamat #ihwawngeri

Aku masih ingat betul kala pertama ayah dan ibu membeli rumah di salah satu komplek di Bekasi ini. Terletak di antara Pondok Gede - Jatiasih, perumahan ini kerap dilanda banjir.
yang mau nitip sendal boleh deh 😁😁😁
"Suara televisi kamu gak kegedean, kan?"
"Lah, ini TV baru dinyalain," katanya dengan logat agak cadel.
Nah, kita skip dulu sampai sini. Lagi enak-enaknya menyantap masakan ibu, ibu cerita pada ayah dalam bahasa Jawa. Mungkin berharap aku tidak ngerti.
"Ya jelas, keran kamar mandi kamu nyalain. Tangisannya cukup kencang. Kayak habis dianiaya," ujar ibu lagi.
Ayah dan ibuku hendak ke sana sekitar pukul 14.00 WIB berkunjung ke rumah belakang sekaligus membawakan kue-kue.
Aku cuma menjawab "he eh," padahal keponya setengah mampus.
Baru pergi sekitar 10 menit, ayah ibu sudah balik ke rumah.
"Diteriakin sampai pegel, gak keluar. Tapi lampu teras depannya hidup. Mungkin lagi pergi," kata ibuku lagi.
"Main," jawabku singkat.
Oke skip.
Oke skip.
"Anu pak RT, saya mau tanya, itu rumah di belakang saya siapa, ya? Saya sejak 11 bulan lalu pindah ke sini, tidak pernah tahu. Siapa di belakang saya itu. Tapi kadang saya mendengar suara-suara aneh.
"monggo, pak."
sorry nunggu lama 😁😁🙏🙏
"Bangkai, bangkai," kataku
"Bangkai apa?"
"Anjing, anjing, ada bangkai anjing di tempat cucian," kataku sambil atur nafas.
"Mana bangkai? Kamu ngigau. Makanya kalau maghrib di dalam rumah sebentar. Bikin panik aja," ibu beringsut ke dalam sambil marah-marah.
"Lah, kan sudah direndam," kata ibu.
"BESOK, BU! Kalau kubilang besok ya besok!" nadaku meninggi.
"Eh, Yogi, gue Jen," kataku menyodorkan tangan.
Aku menarik tangan kembali sebab dia tak menyambut.
"Gue mau tanya sedikit, lu bisa bantu gue?"
"Ibu-ibu di rumah nomor 13."
Yogi menatapku. Aku melihat kekhawatiran di wajahnya.
Emang kenapa mau tau?
Eh buset! Kuntilanak katanya! Gue salah denger apa gimana.
"Apa? Kuntilanak? Lu gak salah?"
"Yakin, sih. Habis gak pernah keluar. Gue udah tinggal di sana dari SD kelas 5. Gue sedikit pun gak pernah ngeliat dia. Cuma diceritain. Dulu keluarga bahagia. Ada suami, anak, terus pada ninggalin dia semua.
ane gawe dulu guys 🙏🙏😊
retweet lah biar ga panik
WHAT!!! ADA SUARA MEMANGGILKU PADAHAL GAK ADA ORANG DISITU!
Jen ....
TERNYATA DIA YANG MEMANGGILKU! TAU DARI MANA NAMAKU? SIALAN!
Sekitar satu menit aku memberanikan diri menatapnya. Aku berusaha tak berkedip. Tantangin sekalian. Apa maunya dia?
Tiba di rumah, Yogi menceritakan semua pada ibuku. Wajah ibuku serius. Tapi beliau mencoba untuk bijak menanggapi semuanya.
Tahun demi tahun, walau ada apa pun yang aneh tapi masih tergolong wajar, aku hanya bisa diam. Ibu, ayah, kakakku, dan adikku juga sama, berusaha bersikap jika itu semua adalah hal yang baik-baik saja.
"Terserah", ucap Yogi.
"Belakang sini?" tanyaku sambil ketawa pelan.
"Nah, kan. Baru juga diomong. Hamil kali lu, periksa yuk," ujar Yogi ada rasa khawatir.
"Ya udah ayuk," kataku.
"Selamat ya Pak Yogi, istrinya udah 4 minggu ternyata," si bidan menyalami suamiku.
Kami pulang ke rumah ibuku. Tapi entah kenapa Yogi mendadak ingin malam itu menginap di rumah ibunya.
Aku aneh melihat dia. Tapi kuiyakan.
"Ya udah terserah, bilang dulu sama ibu," kataku.
Waalaikumsalam, mertua laki-laki menjawab salam. Bapak mertuaku orangnya lucu. Gemuk dan punya pipi bulat. Dia sayangnya minta ampun padaku, mungkin karena sama-sama orang Jawa.
Saat beliau keluar dan menghampiri kami, mendadak wajah beliau menegang.
Aku bingung sekaligus bengong. Aku berinisiatif menutupnya tapi dicegah.
"Jen, menjauh dari pintu. Yogi! Cepat!" Suamiku segera menutup pintu.
"Lu gak tau yang ibu liat dan yang gue liat, mas. Jadi lu diem aja," kata Nita adik iparku menyambar.
"Alhamdulillah, puji Tuhan ya, selamat," katanya.
"Eh, kenapa nih?" tanya bapak mertua. Aku cuma ngikik.
"Dia siapa, bu?" tanyaku.
Ibu mertua hanya tersenyum di sudut bibir.
"Wanita nomor 13," kata Nita melanjutkan sambil terus memandang ke pintu.
"Aku teriak sekencang-kencangnya. YOGI!!!!"
Belum ada yang datang. Aku kembali berteriak-teriak. Pintu kamar terlihat ada yang berusaha membuka dari luar.
Sial! Aku dikurung di kamar suamiku oleh sesuatu yang tak nampak! "YOGI, TOLONG!"
"JEN! JEN!" Yogi tetap berusaha membuka pintu kamar dengan sekasar mungkin.
Jantungku berdebar-debar. Kupandangi terus arah jendela. Rambut wanita itu yang tadinya mirip Dora, memanjang dan memanjang, entah sampai semana.
Aku tak bisa bicara. Tubuhku mendingin kayak es. Kulihat di pintu kamar bapak, ibu, dan Nita memandang ke arahku
Yogi pun menghela nafas panjang. Setelah suasana agak reda, Yogi bicara padaku tentang rencana ibu mertuaku 'mencari perkara' dengan wanita dari rumah nomor 13.
"Mas, kamu inget dong pesan ibuku. Kita gak boleh prasangka buruk sama orang. Memang yang kusaksikan bayangan mirip dia tapi bukan berarti itu dia. Kita harus menggunakan asas praduga tak bersalah.
"Terserah ibu aja, aku ikut," kataku akhirnya.