ayah gue lanjut ngejelasin. Pak Oki itu orang jepang asli. tapi dia udah lama tinggal di Indonesia dan menikah dengan cewek Indonesia. dia tinggal di rumah itu. dia juga punya anak cewek satu-satunya yang katanya anak itu hilang karena diculik. nama anaknya itu Chika.
dari kejadian hilangnya Chika itu, Pak Oki emang selalu duduk di kursi goyang sambil kadang-kadang ngeracau sendiri. sampai akhirnya dia stress dan gila.
istrinya selalu mengurus Pak Oki dengan kasih sayang. dan istrinya setia sampai Pak Oki meninggal dalam kondisinya yang begitu
istrinya terpukul banget. setelah kehilangan anaknya, dia kehilangan suaminya juga. dia memutuskan menjadikan halaman belakang rumahnya sebagai pemakaman untuk Pak Oki.
istri Pak Oki memutuskan pulang ke kampung halamannya di kota Garut. katanya disana dia sudah memulai hidup yang lebih baik.
denger itu semua, gue ngedadak lemes. karena ga percaya sama apa yang gue liat dan alami. ternyata selama gue dikontrakan itu, apa yang gue liat setiap pagi, orang-orang itu kenyataannya ga ada.
dan ternyata, apa yang gue liat itu, diliat juga sama ayah gue. tapi bedanya, sosok Mba Inah nunjukin rupa aslinya ke ayah gue. yaitu sosok kuntilanak dengan pakaian lusuh, rambut acak-acakan dan selalu tersenyum ketika ayah gue lewat.
ayah gue emang nyimpen itu semua supaya kita, anak dan istrinya ga takut. karena memang kuntilanak itu ga ganggu.
setelah gue tau kenyataan itu semua, selama gue masih ngontrak disana, setiap pagi berangkat sekolah, gue masih melihat Mba Inah dan Pak Oki di rumah itu. tapi gue mempercepat langkah gue dan gue tundukin pandangan gue, supaya cepet-cepet ngelewatin mereka.
pulangnya juga sama. gue masih ngeliat Pak Oki berdiri di depan gerbang. melihat itu, gue langsung lari kenceng banget buat sampe ke kontrakan dan buru-buru gue tutup pintu.
mungkin ayah gue sadar kalo gue kerasa keganggu dengan melihat kehadiran mereka. jadi ayah gue memutuskan untuk pindah lagi kontrakan.
di kontrakan-kontrakan selanjutnya emang masih banyak gangguan yang secara pribadi gue terima. tapi seiringnya waktu gue udah ngerasa biasa aja.
sampe keadaan ekonomi keluarga kita yang meningkat, kita semua beli rumah untuk memulai hidup baru tanpa harus pindah-pindah kontrakan lagi.
sekian mungkin itu dulu cerita gue waktu kecil. sebenernya masih banyak cerita-cerita gue yang lainnya. tapi itu dulu lah yaaa wkwk. bye.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
yo kita lanjut Part 2.
sebelum kita lanjut, subscribe dulu youtube kita di channel "Podcast Horor Demit" dan retweet postingan ini sebanyak-banyaknya. jangan lupa share juga ke temen-temen kalian dan ke grup-grup horor.
Pelosok di salah satu perkampungan di Jawa Barat menjadi saksi persekutuan Yani dengan jin. Dia menjalankan praktek pasang susuk untuk pelaris pekerjaan nya sebagai penyanyi tradisional di kampung itu. Yani terlahir bukanlah dari kalangan berada.
Ayahnya telah meninggal karena kecelakaan kerja saat menjadi salah seorang pekerja proyek di bilangan Jakarta. Ketika itu Yani masih berumur 20 tahun dan dia mesti menghidupi ibu dan satu adiknya yang masih sekolah; Ibunya bernama Esih dan adiknya bernama Sandi.
Gue Indra. Nama yang bagus bukan?. kalau kalian pecinta Naruto pasti kalian tahu betul siapa Indra. Dia adalah kakak dari Ashura dan anak pertama dari Hagoromo Sang Rikudo Sennin.
Tapi gue ga akan bahas Naruto sekarang. Gue akan cerita seram yang pernah gue alami ketika gue SMP dulu. Tepatnya sih baru lulus SD dan mau masuk SMP. Jadi peralihan dari SD ke SMP gitu.
Aku masih ingat betul kala pertama ayah dan ibu membeli rumah di salah satu komplek di Bekasi ini. Terletak di antara Pondok Gede - Jatiasih, perumahan ini kerap dilanda banjir.
Herannya, ayah dan ibu betah banget lantaran hanya rumah ini yang terjangkau dengan keuangan mereka.