Acep Saepudin Profile picture
Oct 28, 2020 110 tweets 18 min read Read on X
>Para Penghuni Desa Mati<

Sebuah thread dari Acep_saep...

Cerita akan sedikit mengulas apa yang terjadi di desa di mana di cerita sebelumnya keluarga Pak Raman diusir.

Selamat membaca

@WdhHoror17 @ceritaht @bagihorror @IDN_Horor #CeritaHororTwitter #ceritahoror #ceritaseram Image
Setelah semalam berlalu pasca diusirnya keluarga Pak Raman dari desa.

Pagi itu, desa yang dipimpin Kades Samsudin mengalami kegemparan yang dahsyat.

Bagaimana tidak, setidaknya sepuluh keluarga tewas dalam keadaan mengerikan. Mereka tewas dengan seluruh tubuh dipenuhi luka-
luka yang sangat parah persis seperti yang terjadi pada Indira di cerita 'Rumah Besar di Tengah Perkebunan Sawit'.

Sepuluh keluarga tersebut setidaknya salah satu atau dua anggotanya adalah yang paling gencar mengusir Keluarga Pak Raman, bahkan menjadi orator utama.
Karena kejadian luar biasa tersebut, Pak Samsudin mengadakan rapat mendadak dengan seluruh perangkat desa serta perwakilan warga yang sebelumnya turut serta melabrak keluarga Pak Raman.

Di dalam ruang rapat di balai desa, Pak Samsudin memulai rapatnya sembari sesekali
merasakan badannya seperti sedang diguncang-guncangkan kekuatan gaib.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu perangkat desa dan perwakilan masyarakat Desa Kareo Wetan. Sehubungan dengan kejadian misterius yang menimpa tetangga, saudara, teman kita di desa ini, saya umumkan desa dalam status
waspada. Kejadian ini sangat tiba-tiba sehingga membuat kita semua terkejut dan sangat merasa terpukul. Sepuluh keluarga meninggal dalam kondisi yg sangat memprihatinkan. Fakta tersebut tidak serta-merta membuat kita berasumsi bahwa kejadian serupa tidak akan terulang," tuturnya.
"Interupsi, Pak Kades. Kalau saya diperbolehkan berpendapat, maka saya berpendapat bahwa keluarga Pak Ramanlah yang menjadi biang di balik malapetaka ini. Apalagi sebelum mereka diusir dari desa ini, sudah cukup banyak warga yang menjadi korban mereka," tukas salah seorang
perwakilan warga.

"Tenang, Pak Jamal. Kita jangan berprasangka buruk terlebih dahulu, sebelum ada bukti konkrit yang menunjukkan itu. Apalagi korban-korban kali ini sama sekali berbeda kondisinya dengan yang sudah-sudah," kata Pak Samsudin sambil terbatuk-batuk.

"Pak Kades?
Apa anda baik-baik saja?" ucap seorang perangkat desa bernama Bu Lilik sambil menatap khawatir ke arah Pak Samsudin.

Pak Samsudin masih terbatuk-batuk kemudian menatap ke arah semua orang. Seketika itu mendadak tubuhnya ambruk ke atas bangku di hadapannya.

"Pak Kades!" teriak
semua orang di dalam ruangan itu.

"Ini pasti ulahnya Raman! Keparat itu, kita harus menemukan dan membunuhnya!" geram perwakilan warga yang sebelumnya menginterupsi Pak Samsudin.

Semua orang yang melihat Pak Samsudin ambruk, lantas membawanya ke rumah sakit di kecamatan.
"Saya tidak menemukan gejala penyakit kronis di tubuh Pak Samsudin. Saya menyarankan agar bapak-bapak dan ibu-ibu banyak berdoa demi kesembuhannya. Jangan lupa cari syariatnya kepada Pak Ustadz, Pak Kiyai. Meski saya seorang dokter tapi saya percaya adanya penyakit yang
timbul karena kedengkian seseorang. Untuk mengatasinya ya tidak cukup dengan hanya ke dokter. Konsultasikan juga dengan ahli agama. Begitu, lho, pak, bu," tutur dokter yang baru selesai menangani Pak Samsudin.

"Atau kita lenyapkan biang keladinya," kata Pak Jamal, perwakilan
warga yang turut mengantar Pak Samsudin ke rumah sakit.

Dokter berpelang nama Alfian itu menggeleng, "Jangan bertindak sembarangan. Apalagi kalau hanya berdasarkan prasangka semata. Meskipun seandainya sudah terbukti tetap tidak dibenarkan main hakim sendiri," tukasnya.
Waktu beranjak dari siang ke sore, dan malam pun tiba.

Pak Samsudin belum diperbolehkan pulang meskipun telah siuman dari pingsannya. Namun, orang-orang yang mengantarnya sebagian memilih pulang. Apalagi sebagian di antara mereka ada yang membawa kendaraan sendiri.
Misalnya, Pak Jamal yang membawa sepeda motor dari desa ke kecamatan. Ia pun lebih dulu pulang menggunakan kendaraan roda duanya tersebut.

Dalam gelapnya malam, Pak Jamal menyusuri jalur berkelok-kelok dari kecamatan menuju desa. Tanpa ia sadari, suatu sosok aneh mengejarnya.
Sosok tersebut seperti manusia namun berjalan atau berlari dengan kedua tangan dan kakinya. Kecepatan makhluk tersebut tidak diragukan dapat mengimbangi kecepatan sepeda motor yang sedang dikendarai Pak Jamal.

Makhluk tersebut juga berpenampilan serba gelap dan menyeramkan
dengan sepasang telinganya yang runcing serta sepasang taring panjang di mulutnya. Makhluk itu juga mengeluarkan suara erangan keras yang membuat Pak Jamal terkejut.

Saat menoleh ke arah sumber suara, mendadak makhluk tersebut melompat dan menerkamnya.

"Aaaaarrgggghhh.....!"
Pak Jamal kehilangan konsentrasi dan keseimbangannya. Akibatnya sepeda motornya terpelanting kemudian menabrak sebatang pohon di pinggir jalan.

Kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Makhluk mengerikan tersebut mencabik-cabik Pak Jamal dengan cakarnya yang tajam.
Setelah selesai menghabisi Pak Jamal, makhluk tersebut menyeringai kemudian melolong dengan wajah mendongak ke langit seperti seekor serigala.

Pagi harinya, jasad Pak Jamal ditemukan warga yang melintas di lokasi. Warga tersebut segera melaporkan penemuan mayat tersebut ke
polisi.

Olah TKP pun dilakukan pihak berwajib. Para polisi banyak yang menggeleng karena merasa bingung dengan kasus yang sedang mereka tangani.

"Dia korban berikutnya. Mungkin dia adalah korban yang ke sekian puluh orang. Terlalu banyak korban dengan ciri-ciri luka seperti
ini yang sudah kita tangani," ujar salah seorang polisi sambil mengamati jasad yang telah dimasukkan ke dalam kantong mayat.

"Desa Kareo Wetan, huh? Ada apa dengan desa itu? Nah, ini kejadiannya di luar desa itu tapi korban adalah warga Desa Kareo Wetan." Polisi lainnya menukas
"Yang pernah saya dengar, Desa Kareo Wetan mendapat kutukan dari seorang pengabdi setan yang diusir warga setempat. Mungkin orang yang dimaksud tersebut marah kemudian mengirim bala ke desa itu. Entahlah, itu sangat di luar nalar. Saya sih antara percaya dan tidak," kata polisi
itu lagi.

Setelah selesai melakukan olah TKP, para polisi dengan membawa kantong jenazah berisi mayat Pak Jamal pun pergi meninggalkan lokasi dengan dua mobil SUV dan ambulans.

Sementara itu kemudian di malam ketiga pasca perginya keluarga Pak Raman dari desa.
Di dalam salah satu ruangan rawat inap di rumah sakit kecamatan, Pak Samsudin sedang ditemani puteranya dan istrinya yang membawa serta seorang bayi perempuan yang tidak asing lagi adalah puteri bungsu Pak Raman, yaitu Mira.

Mira memang sempat dititipkan ke Pak Samsudin sebelum
keluarga tersebut benar-benar pergi meninggalkan desa. Keluarga Pak Samsudin pun bersedia merawat Mira meskipun ada beberapa orang warga yang menyarankan agar bayi Mira dibuang saja hingga mati.

Namun, Pak Samsudin mengabaikan saran dari para warga tersebut. Ia menganggap
mereka telah berlebihan karena menganggap Mira bisa menjadi pembawa sial bagi desa.

Saat itu, malam semakin larut. Tengah malam pun tiba, di mana seluruh anggota keluarga yang menemani telah tertidur di bilik di dalam ruang rawat inap tersebut.

Keadaan mulai sunyi.
Pak Samsudin tidak dapat tertidur karena merasakan hal aneh yang seperti sedang mengintainya.

Ia pun merasa gelisah. Sering kali ia mengubah posisi berbaringnya karena apapun posisinya, ia merasa sangat tidak nyaman.

Mendadak ia mendengar seperti suara deru nafas yang berat
dari atas langit-langit kamar rawatnya. Suara deru nafas tersebut seolah terdengar keluar dari lubang pendingin udara.

Pak Samsudin kemudian bangun dari tidurannya kemudian mendengarkan dengan seksama suara deru nafas aneh tersebut.

Saat itu, jam menunjukkan pukul 01.56.
Cesss

Lampu kamarnya mendadak padam. Pak Samsudin pun celingukan karena keadaan di dalam kamar sangat gelap. Ia juga tidak melihat nyala lampu di luar kamar.

Keadaan memang benar-benar gelap gulita.

Di saat itu, Pak Samsudin merasakan seperti ada sepasang tangan yang meraba
nya, mulai dari ujung kaki hingga dadanya.

"Siapa ini? Mau ngapain, kamu?" ucap Pak Samsudin dengan panik sambil meraih tangan itu dengan maksud untuk menyingkirkannya.

Namun, tiba-tiba suatu penampakkan wajah yang sangat mengerikan muncul begitu saja pas di depan wajah
Pak Samsudin.

"Aaaaaaaaaaahhhhhh!!" Pak Samsudin berteriak panjang saat penampakkan tersebut membuka mulutnya lebar-lebar hendak melahap wajahnya.

Terlihatlah gigi-gigi penampakkan tersebut yang sangat rusak dan dipenuhi darah.

Dalam hitungan detik dipastikan Pak Samsudin
akan dilumat habis oleh makhluk mengerikan tersebut.

Namun, mendadak lampu menyala kembali. Selain itu, makhluk tersebut mendadak melolong sambil mendongak ke udara kemudian menguar dan menghilang.

Sementara Pak Samsudin lolos dari serangan makhluk yang kini telah menghilang
itu.

Suara jeritan Pak Samsudin beberapa waktu yang lalu rupanya sukses membangunkan keluarganya yang tidur di balik sekat ruangan rawatnya.

Mereka pun dengan cepat menghampiri Pak Samsudin sambil bertanya.

"Ayah, ada apa? Apa yang terjadi?" ujar putera Pak Samsudin yang
lebih dahulu tiba di hadapan ayahnya.

Pak Samsudin rupanya masih syok, sehingga ia belum berkata sepatah kata pun. Pandangannya tajam ke depan sembari bibirnya komat-kamit mengucap kalimat tasbih.

"Ayah barusan diserang. Tapi makhluk itu tiba-tiba menghilang," ucapnya akhirnya
Rupanya, Pak Samsudin mendapat serangan bertepatan dengan saat di mana Pak Raman menceburkan istrinya ke dalam cekungan berisi lumpur yang sangat dalam.

Tewasnya istri Pak Raman ternyata berdampak pada musnahnya makhluk kirimannya saat hendak menghabisi target berikutnya.
Dengan tewasnya istri Pak Raman, maka berakhirlah malapetaka di Desa Kareo Wetan.

Meski demikian, Pak Raman yang secara tidak sadar telah menyelamatkan warga Desa Kareo Wetan, harus menanggung akibatnya.

Sang majikan Bu Arsini (istri Pak Raman) yaitu Wawagor sangat murka
karena pemujanya berakhir di dalam kolam lumpur yang mematikan.

Karena itulah, makhluk buas tersebut mengincar Pak Raman saat pria tersebut memasuki suatu desa yang telah lama ditinggalkan penduduknya.

Desa mati tersebut dulu sempat menjadi tempat Pak Raman menghabiskan masa
mudanya.

Di desa tersebut jugalah ia berkenalan dengan dokter cantik saat mengantar ibunya berobat. Dokter tersebut tidak lain adalah Dita.

Pak Raman pun teringat akan sosok gadis cantik yang ia perkirakan umurnya hanya sedikit lebih tua darinya waktu itu. Sekarang mungkin
gadis itu sudah menjadi seorang ibu seperti halnya dengannya yang kini telah memiliki tiga orang puteri meski hanya satu yang masih hidup.

Namun perkiraaan Pak Raman mengenai Dita sama sekali tidak tepat karena gadis tersebut mengalami nasib yang sangat tidak dapat terbayangkan
Pak Raman tidak mengetahui sama sekali mengenai nasib Dita pasca peristiwa di masa lampau yang terjadi di desa itu.

Kini, Pak Raman berada di desa yang sama. Namun, desa itu kini tinggal reruntuhan tanpa seorang pun terlihat di sana.

Pak Raman hanya dapat membatin saat
menyaksikan desanya tersebut menjadi desa mati.

Ia pun melangkah melewati jalan desa yang beraspal namun sebagian besar telah rusak. Ia selanjutnya menatap ke arah bangunan puskesmas yang telah mengalami kerusakkan parah di sana sini.

Di puskesmas inilah dulu ia mengenal
Dita. Saat itu ia sangat berharap dapat mempersunting gadis itu. Namun, harapannya luntur saat mengetahui bahwa gadis impiannya telah memiliki kekasih.

Terakhir kali ia bertemu Dita adalah pada saat mendiang ibunya berulah dengan memanggil Bala Pati yang merupakan pasukan demit
berkepala domba.

Sejak itulah ia tidak pernah bertemu dengan Dita lagi. Apalagi saat itu ia diajak pindah ibunya ke kota yang jaraknya sangat jauh dari desa ini.

Setelah pindah, ia dipaksa ibunya menikah dengan Arsini, perempuan yang belakangan harus ia habisi karena
kejahatannya.

Pak Raman menghela nafas kemudian duduk di tembok rendah di depan puskesmas. Ia mengatupkan kedua telapak tangannya sambil menunduk.

Sejenak ia mengangkat muka saat mendengar suara langkah kaki dari belakang sebuah rumah rusak yang berada di samping puskesmas.
Pak Raman berdiri kemudian bersembunyi ke balik tembok puskesmas. Di sana ia melihat ke arah sumber suara langkah kaki tersebut.

Tidak terlihat seseorang yang muncul dari balik rumah rusak itu. Pak Raman pun merasa sangat penasaran.

Meskipun begitu, ia tetap menunggu hingga ia
dikagetkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

Pak Raman pun terpekik kaget kemudian melompat menjauh. Saat itu terlihatlah orang yang baru saja menepuk pundaknya tersebut.

Seorang laki-laki berusia 40 tahun atau lebih muda empat tahun darinya tampak menatap
ke arahnya dengan heran.

"Lho, bukannya ini kak Raman?" ucap pria itu yang ternyata mengenal Pak Raman.

Pria berpakaian celana dan jaket jeans dengan rambut sedikit memutih itu seperti merasa senang bertemu dengan Pak Raman.

"Irman? Apa aku tidak salah orang?" Pak Raman
menatap penasaran ke arah pria yang ternyata adalah Pak Irman, adik tirinya.

Pak Irman lantas menghampiri Pak Raman kemudian memeluk kakaknya yang sudah lama tidak ia jumpai itu.

"Ke mana saja kak Raman selama ini? Kenapa bisa kita bertemu di desa yang sudah ditinggalkan ini?
" ucap Pak Irman setelah melepas pelukannya.

Pak Raman hanya menggeleng perlahan. "Ceritanya panjang," ucapnya.

Beberapa saat kemudian mereka berdua terlibat obrolan di depan puskesmas yang telah hancur itu. Mereka berdua tampaknya sedang bernostalgia mengenai desa tersebut.
"Saya sudah lama berada di desa ini. Saya melakukannya karena saya merasa tidak terima desa yang telah dibangun susah payah dimulai dari kakek buyut kita ditinggalkan untuk terbengkalai seperti ini. Apa gunanya dong pengorbanan bapak kita bila ujung-ujungnya desa ini tidak
diselamatkan," tutur Pak Irman.

Pak Raman hanya mendengarkan tanpa tahu harus mengatakan apa mengenai beban pikiran adiknya tersebut.

"Lalu kenapa desa ini harus ditinggalkan? Apa desa ini pernah dilanda bencana kebakaran massal hingga hancur luluh lantak begini?" ucapnya.
"Dulu ada seorang resi bernama Ki Rawuk. Entah apa alasannya ia menyerang desa ini dengan kekuatan jahatnya. Waktu itu banyak penduduk desa yang terbunuh. Rumah-rumah mengalami kebakaran yang hebat. Ayah kita juga terbunuh saat itu demi menyelamatkan desa. Ia terbunuh saat
berusaha menyadarkan mbak Rahayu dari kekuatan jahat Ki Rawuk. Nah, atas dasar hal itu saya memilih untuk kembali ke desa ini, berusaha membangunnya kembali, meski itu rasanya mustahil." Panjang lebar Pak Irman menjelaskan.

Pak Raman menggelengkan kepala pertanda ia merasa apa
yang dilakukan adiknya hanya membuang-buang waktu saja.

"Aku pernah dengar soal Ki Rawuk. Menurut kabar yang beredar ia tewas saat bertarung dengan beberapa orang warga desa yang memiliki kelebihan," tukas Pak Raman.

Pak Irman terdiam. Ia kemudian teringat kejadian yang
hampir saja merenggut nyawanya. Jika bukan karena Rasmi, mungkin sekarang ia sudah berada di alam lain.

Pak Raman tampak penasaran saat adiknya malah terdiam menatap kosong ke kejauhan.

"Berada di sini bukan sesuatu yang kuinginkan. Desa ini bisa saja dihuni oleh mereka yang
berasal dari alam lain. Setahuku demit-demit di sini sangat ganas bahkan bisa menyentuh kita secara langsung," ujarnya.

Pak Irman menoleh ke arah Pak Raman kemudian menukas, "Saya akan membersihkan desa ini agar bisa kita huni lagi."
Pada hari yang sama di pinggir hutan dekat desa mati, saat pagi menjelang siang, terlihatlah dua orang laki-laki dan satu orang perempuan muda, berpakaian seperti pendaki gunung, berjalan menyusuri area tersebut.

Mereka terkadang berbincang dengan nada sedikit naik.
"Ini gawat! Kalau kita tidak berhasil menemukan Rini dan Jodi, kita akan dikeluarkan dari klub," ujar laki-laki pertama yang mengenakan jaket warna merah dengan kerah berbulu warna krem.

"Sorry, jan. Saya akui saya salah membiarkan mereka pergi tanpa pengawasan," laki-laki
kedua menukas dengan nada penuh penyesalan.

"Sudahlah, di. Yang penting sekarang kita fokus mencari Jodi dan Rini. Penyesalan tiada artinya kalau hanya untuk diratapi," tukas si perempuan yang mengenakan setelan jeans dan jaket orange serta mengenakan ciput di kepalanya.
"Masalahnya kalau kita gagal, kita bisa dikeluarkan dari klub. Artinya kita tidak bisa lagi mendaki tanpa support dari klub," kata pria pertama dengan gusar.

"Januar, aku tahu itu. Kamu berada di klub sudah cukup lama dan kamu mendapatkan banyak keuntungan dari klub. Kamu juga
salah satu eksekutifnya. Tapi tolong jangan terlalu memojokkan Sardi. Dia juga sudah mengaku salah, kok," kata si perempuan.

"Mengaku salah tidak cukup. Seharusnya kamu mencari mereka sendiri, di. Tidak perlu melibatkanku dan Sarah. Kami capek, lho," kata Januar.
"Iya, jan. Saya minta maaf karena kecerobohan saya. Saya siap mencari mereka sendirian saja karena saya mengaku salah," tukas Sardi sambil berjalan menunduk.

"Hei, tunggu dulu! Kenapa kita malah kemari? Kita malah semakin jauh dari kaki gunung, lho," seru Sarah saat menyadari
bahwa mereka semakin jauh dari jalur pencarian yang seharusnya.

"Sebuah desa? Tapi rumah-rumahnya banyak yang rusak dan dipenuhi tanaman begitu," gumam Januar saat melihat suatu pemukiman dengan rumah-rumah yang telah hancur.

"Sebaiknya kita kembali, jan. Kita sudah terlalu
jauh dari pos," kata Sarah dengan nada khawatir.

"Tidak, kita tidak boleh kembali sebelum Jodi dan Rini ditemukan," tukas Januar sambil mengeluarkan handphone-nya. "Damn it! Tidak ada sinyal," umpatnya.

"Tapi, jan. Rasanya tidak mungkin Rini dan Jodi pergi ke sana. Mereka
pasti masih berada di jalur pendakian meski bukan yang biasa," kata Sarah gusar.

"Kita sudah jauh dari gunung. Kita telusuri saja desa itu kemudian kita pulang," ucap Januar kemudian berlalu.

"Jan, tunggu! Kenapa malah ngotot ingin ke desa itu, sih? Kita harus kembali," seru
Sarah sambil berlari menyusul Januar.

Sementara Sardi masih terpaku, belum bergerak mengikuti kedua rekannya itu. Sejenak ia merasakan tubuhnya bergidik saat melihat pemukiman tersebut.

Sardi sempat melihat sesosok nenek-nenek berkebaya orange sedang berdiri melihat ke arah
Sarah dan Januar.

Setelah nenek tersebut tidak terlihat lagi, Sardi pun menyusul Januar dan Sarah. Ia tidak berucap sepatah kata pun karena ia pikir dua rekannya tersebut tidak akan percaya dengan kata-katanya.

Singkat cerita, mereka bertiga tiba di area pemukiman tersebut.
Tidak terlihat sedikitpun tanda-tanda adanya kehidupan di sana. Hanya rumah-rumah dan bangunan lainnya yang semuanya terbengkalai. Beberapa pohon maupun tanaman menjalar telah mengekspansi rumah-rumah dan bangunan di sana hingga sebagiannya menjadi tidak terlihat.
"Aku baru tahu ada desa terbengkalai di sini. Dari gunung memang agak jauh, sih. Kita kejauhan pergi hingga melewati hutan tadi. Reruntuhan bangunan kayu di tengah hutan itu sangat membuatku penasaran," ucap Januar sambil menelusuri area di depan rumah-rumah.

"Jan, lebih baik
kita kembali. Mumpung belum malam, lho. Aku takut kalau kita kemalaman di sini," kata Sarah setengah merengek.

Januar hanya menghela nafas mendengar perkataan Sarah yang seperti sedang ketakutan.

"Kita pastikan dulu kalau Jodi dan Rini tidak ada di sini. Setelah itu baru kita
pulang," tukas Januar. "Oi, Sardi. Kamu coba telusuri sisi selatan rumah-rumah ini. Maksudku sisi kanan sana," tambahnya ke Sardi sambil menunjuk ke arah selatan rumah-rumah itu.

Tanpa membantah, Sardi segera beranjak menuju bagian selatan. Sesampainya di depan sebuah gang
kecil yang dipenuhi tanaman merambat dan pepohonan kecil, mendadak ia mendengar seperti suara erangan halus, lebih mirip suara orang yang sedang mendengkur namun dengan intonasi sangat rendah.

Sardi merasa penasaran dengan suara dengkur tersebut. Ia pun mengendap-endap menuju
ke arah sumber suara.

Namun, ia kemudian menghentikan aksinya kemudian mendongak ke atas dan betapa terkejutnya ia saat melihat ternyata hari sudah gelap seperti di malam hari.

"Ini tidak mungkin! Kenapa siang bisa tiba-tiba berubah menjadi malam begini? Padahal jam baru
menunjukkan pukul 10 pagi," gumam Sardi setelah melihat jam tangannya.

Suara erangan yang ia dengar rupanya telah menghilang, namun ia merasakan bulu kuduknya merinding.

Ia merasakan kehadiran sesuatu di belakangnya. Sesosok seperti nenek-nenek berwajah menyeramkan sedang
melihat ke arahnya sembari menjulurkan kedua tangannya yang sangat kurus tinggal tulang terbungkus kulit dengan jari-jari tangannya yang tinggal tulang, hendak menyentuh pundak Sardi.

"Hiiiiihiiiiihiiii......."

Mendadak sosok tersebut mengeluarkan suara tawanya yang mengerikan
dan melakukan serangan kejutan atau disebut jumpscare kepada Sardi. Akibatnya pemuda tersebut tersentak kaget. Ia pun berlari sekencang-kencangnya setelah mendapatkan serangan dari hantu nenek-nenek itu.

Karena saat itu gelap, Sardi tidak dapat memastikan ke mana ia berlari.
Ia terus saja berlari hingga mencapai suatu area lapang yang ditumbuhi ilalang. Di sana ia berhenti kemudian mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

"Sial, aku di mana sekarang? Setan itu membuatku terpisah dari Sarah dan Januar. Mana aku tidak tahu jalan kembali. Gelap sekali
di sini," gumam Sardi seraya memutarkan pandangannya.

Dirasanya perasaan aneh itu kembali muncul lagi. Perasaan sesaat sebelum hantu nenek-nenek menyerangnya.

Artinya sosok hantu nenek-nenek ringkih itu mengikutinya sampai padang ilalang. Sardi pun tidak berani untuk menoleh
ke belakang. Apalagi ia merasakan sentuhan jari-jemari di punggungnya. Ia pun dapat memastikan jika itu adalah demit yang sama yang sebelumnya mengganggunya.

"Pergilah! Jangan ganggu aku, aku sedang berusaha mencari teman-temanku yang hilang. Tolonglah, jangan menggangguku,"
ucap Sardi sambil merasakan ketakutan yang sangat saat sosok menyeramkan itu ada di belakangnya, sedang bersiap melakukan serangannya.

Mendadak dari hadapan Sardi muncul sesosok perempuan mengenakan kebaya serba hijau. Perempuan itu masih muda dan berwajah cantik seperti puteri
raja dari masa lampau.

Perempuan itu menatap ke arah Sardi sambil tersenyum. Selanjutnya ia mengibaskan tangan kirinya ke arah sosok demit di belakang Sardi.

Demit nenek-nenek tersebut seolah patuh, lantas pergi dan menghilang di kegelapan malam.

"Sedang apa kamu di sini,
pendatang? Ada yang bisa saya bantu?" ujar perempuan itu sambil menatap ke arah Sardi yang masih ketakutan.

Sardi terkejut mendengar perempuan tersebut menanyainya bahkan dalam bahasa yang umum ia dengar.

Dengan tergagap ia berkata, "Saya sedang mencari teman-teman saya yang
hilang. Mbak ini siapa, ya? Kok malam-malam begini ada di sini?"

Perempuan itu terkekeh, "Ini bukan malam, kok. Hari masih siang, cuma ada kekuatan gaib yang membuat Seolah-olah saat ini sudah malam. Oh, kamu sedang mencari teman-temanmu, ya. Hmm, mereka tidak benar-benar ada di
desa ini, sih. Mungkin mereka tersasar ke Rawa Gaib. Tapi itu tidak masalah, mereka akan segera ditemukan."

Sardi tercengang mendengar perkataan perempuan itu.

"Ngomong-ngomong mbak ini siapa? Apa mbak penduduk sini?" Sardi menatap penasaran ke arah perempuan itu.
"Panggil saja saya Rahayu. Saya memang penduduk desa ini tapi mungkin saya satu-satunya warga yang bertahan di sini. Desa ini sudah lama ditinggalkan penduduknya karena bala bencana di masa lampau. Oh, iya, sebaiknya kita ke rumahku dulu. Kita tunggu kekuatan gaib itu menghilang
supaya kegelapan ini segera sirna. Kamu pasti tidak tahan dengan situasi di mana siang terang benderang mendadak gelap gulita," tukas perempuan yang adalah Rahayu itu.

[Masih ingat dengan Rahayu? Ada yang masih penasaran dengannya? Nah, saya munculkan lagi tokoh ini]
Sementara kita beralih pada Sarah dan Januar yang sedang kebingungan karena hari mendadak gelap seperti di malam hari. Mereka kelimpungan karena hal tersebut, terutama setelah memeriksa isi tas, tidak ada alat penerangan selain handphone yang dayanya hampir habis.
"Aku sudah bilang kita jangan kemari, jan. Kamu ngotot sih ingin ke sini. Sekarang lihat akibat kengototan kamu!" Sarah tampak uring-uringan.

Januar hanya mengangkat tangan kirinya sambil berusaha menenangkan Sarah.

"Kita sedang mencari orang yang hilang. Ke mana harus kita
cari mereka, sar? Aku hanya berusaha menelusuri tempat yang mungkin Jodi dan Rini datangi," tukasnya.

"Terus? Kamu masih ingin mencari mereka di sini? Dalam keadaan gelap begini?" berondong Sarah. "Eh, jan, sedari awal aku sudah curiga tempat ini nggak beres. Sekarang terbukti.
Hari masih pagi, kenapa tiba-tiba menjadi gelap. Pasti ada yang tidak beres dengan tempat ini, kan."

Januar menghela nafas. Ia setuju dengan kata-kata Sarah. Dalam hati kecilnya ia merasa menyesal karena telah membawa teman-temannya ke tempat menyeramkan itu.
Sekarang ia pun baru teringat Sardi yang beberapa saat yang lalu ia suruh menelusuri area selatan pemukiman terbengkalai.

"Oh, tidak. Bagaimana dengan Sardi? Aku yang membuatnya terpisah dari kita. Ini benar-benar masalah baru," ucapnya dengan frustrasi.

"Tuh, kamu juga
ceroboh, kan. Apa sih yang ada di pikiran kamu!" Sarah tampaknya merasa emosi dengan apa yang diperbuat rekannya itu.

"Sorry, sar. Sorry banget. Aku juga bingung kenapa harus jadi begini." Januar menepuk jidat.

"Jan, itu apa!" Sarah membelalak melihat ke suatu arah di belakang
Januar.

"Apaan sih, sar? Memangnya ada apaan?" tanya Januar penasaran sambil perlahan menoleh ke belakang.

Sesosok penampakan pocong dengan kedua matanya yang menjulur keluar dan menggantung tampak jelas di area yang dipenuhi semak belukar. Sosok tersebut jelas memperhatikan
ke arah Sarah dan Januar.

"Aaaaaaaaaaahhhhhh.....!"

Januar dan Sarah berlari sekencang-kencangnya menjauhi sosok menyeramkan tersebut. Mereka pontang-panting berlari tak tentu arah hingga kemudian mereka mencapai suatu bangunan yang disusun dari batu-batu kali yang direkatkan
adukan semen, pasir, dan tanah yang dibakar.

Bangunan tersebut memiliki tinggi sekitar tiga meter atau lebih sedikit. Bangunan itu terlihat seperti benteng dengan beberapa tangga kayu yang telah lapuk yang bersandar di sana.

Januar dan Sarah tampak celingukan kemudian menatap
penasaran ke arah bangunan yang mirip benteng kecil itu.

"Sar, apa makhluk itu mengikuti kita?" tanya Januar.

"Sepertinya tidak, jan. Tapi itu...." Sarah kembali membelalak melihat ke arah sesosok penampakan perempuan berpakaian gombrong serba putih dengan rambut panjang.
Januar dan Sarah pun kembali berlari pontang-panting meninggalkan benteng kecil di mana sosok kuntilanak tersebut berada. Mereka terus berlari hingga akhirnya seseorang menghentikan mereka berdua.

Orang tersebut adalah Pak Raman yang terlihat seperti sedang terluka. Hal itu
terlihat dari pakaiannya yang tampak sobek-sobek serta berlumuran darah.

"Hei, kalian berhenti! Bisa bantu saya?" Setelah berkata demikian, Pak Raman berlutut di atas tanah kemudian roboh ke samping.

Januar dan Sarah pun terkejut melihat orang yang baru mereka temui tersebut
jatuh tidak sadarkan diri begitu saja.

Mereka berdua saling pandang dengan kebingungan.

"Menurut kamu, apa dia benar-benar manusia atau bukan, jan? Aku takut banget kalau dia itu setan," ucap Sarah dengan gemetar.

"Aku juga takutnya begitu, sar. Tapi kita harus mencoba
dekati dia. Siapa tahu dia benar-benar manusia dan merupakan warga sini," tukas Januar sambil perlahan menghampiri tubuh Pak Raman. "Jika ia benar-benar setan, yang harus kita lakukan hanya berlari menjauh. Ayolah, sar. Aku rasa dia bukan setan seperti yang kita takutkan."
Januar berjongkok di depan tubuh Pak Raman kemudian memeriksa nadinya kemudian detak jantungnya.

Ia kemudian mengangkat muka menatap ke arah Sarah. "Dia sepertinya warga sini. Tapi ini aneh, bukankah perkampungan ini terbengkalai? Ataukah ada penduduk yang tetap bertahan?"
Beberapa lama kemudian setelah Januar dan Sarah memberikan pertolongan semampunya kepada Pak Raman. Mereka menunggu di dalam salah satu rumah yang telah ditinggalkan hingga Pak Raman siuman.

"Terimakasih kepada kalian berdua yang telah menolong saya. Kebetulan sekali saya
bertemu kalian. Kalian seperti para pendaki lalu kenapa bisa berada di sini?" ujar Pak Raman sembari bertanya.

"Kami sedang mencari teman-teman kami yang tersesat, pak. Apakah bapak warga sini? Apa yang sebenarnya telah menimpa bapak hingga terluka parah begini?" ucap Januar.
Pak Raman tercenung untuk beberapa lama sebelum memulai bicara.

"Ini sangat tragis. Entah saya harus mengatakan ini atau nggak kepada kalian. Apalagi saya baru bertemu kalian," tukas Pak Raman tampak ragu-ragu.

Januar dan Sarah saling pandang merasa bingung dengan kata-kata
Pak Raman.

"Oh, tidak apa-apa, pak. Bapak tidak perlu mengatakan apa-apa. Cuma kami masih merasa penasaran dengan kampung ini. Kok bisa terbengkalai begini, ya?" tukas Januar.

"Bukan hanya kampung ini, nak. Tetapi seluruh desa ini menjadi terbengkalai. Oh, iya nama saya Raman
dan saya dulu memang tinggal di desa ini. Saat ini saya hanya kebetulan sedang berada di sini saja. Ingin mengingat kembali masa-masa muda waktu tinggal di sini," tutur Pak Raman sambil menatap Januar dan Sarah bergantian.

"Saya Sarah, pak. Dia Januar. Saya merasa sangat ingin
tahu soal desa ini. Soalnya baru kali ini saya menemukan desa yang benar-benar ditinggalkan hingga kosong begini," ucap Sarah tanpa diminta memperkenalkan diri dan temannya.

"Nah, kami juga ingin menelusuri desa ini karena belum lama ini kami kehilangan kontak dengan teman kami
yang ikut bersama kami melakukan pencarian," timpal Januar.

"Kalian sedang mencari teman-teman kalian tapi malah kehilangan satu lagi? Berarti kalian ceroboh. Hmm, tunggu saya benar-benar pulih. Saya akan membantu kalian menemukan teman-teman kalian," kata Pak Raman.
Tak lama kemudian setelah Pak Raman bersama Januar dan Sarah keluar dari rumah kosong itu. Melewati gelapnya jalanan desa, mereka menelusuri desa mati tersebut.

Pak Raman tampaknya memutuskan untuk menceritakan apa yang telah terjadi. Kenapa ia sampai terluka parah?
Apa yang diceritakan Pak Raman serta kelanjutan cerita akan dibeberkan di cerita selanjutnya yang berjudul :

"PARA PENGHUNI DESA MATI BAGIAN 2"

Terimakasih telah membaca cerita dari saya.

>>Bersambung<<

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Acep Saepudin

Acep Saepudin Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @acep_saep88

Jun 12, 2022
Menulis lagi dgn harapan tulisan ini tidak stuck lagi......

--Petilasan Begawan Sakti di Tengah Hutan --

Sebuah cerita untuk hiburan semata. Semoga berkesan di hati para pembaca...

@P_C_HORROR @HorrorBaca @ceritaht @IDN_Horor #ceritahorror #ceritaseram #ceritaaneh #absurd Image
@P_C_HORROR @HorrorBaca @ceritaht @IDN_Horor Malam itu di tengah suatu hutan yg lebat, seorang laki-laki setengah baya tengah duduk menghadap ke arah suatu api unggun yg beberapa saat yg lalu ia nyalakan.

Laki-laki itu adalah Pak Tasrin, seorang musafir yg hendak pergi ke kampung di mana putrinya tinggal.
@P_C_HORROR @HorrorBaca @ceritaht @IDN_Horor Ia telah melakukan perjalanan yg sangat jauh dari kampung halamannya. Ia telah melewati beberapa tempat baik itu yg berpenduduk maupun berupa wilayah kosong seperti hutan yg saat ini tengah disinggahinya.

Ia kemalaman di tengah hutan tersebut, dan merasa tidak mungkin untuk
Read 192 tweets
Aug 21, 2021
-- Rahasia Terpendam Reruntuhan di Tengah Hutan --

Suatu reruntuhan rumah mewah yg berdiri di tengah hutan yg lebat dan kelam.
@ceritaht @IDN_Horor @bagihorror @Penikmathorror @WdhHoror17 @HorrorBaca @FaktaSejarah Image
Pada pagi itu di suatu kota kecil. Di salah satu sudut jalan tampak seorang laki-laki yg adalah Arhan sedang mengendarai sepeda motornya jenis bebek manual. Ia sepertinya hendak menuju suatu tempat yg merupakan di mana para kenalannya sedang berkumpul.

Sesampainya di tempat yg
dituju, ia menghentikan sepeda motornya kemudian melihat ke arah dua orang satpam yg sedang berjaga di posnya. Mereka tampak melihat ke arah Arhan kemudian salah seorang di antaranya berseru.

"Arhan, tumben kemari? Sepertinya ada proyek baru, nih," ujar salah seorang satpam
Read 165 tweets
Aug 13, 2021
-KEBAYA HIJAU DAN LUKISAN PINGGIR RAWA -

Sebuah cerita yg ditujukan sebagai sekuel dari Sang Pejalan Malam Versi 2. Cerita akn mengangkat seputar misteri gubuk yg berisi kebaya hijau dan lukisan misterius.
@ceritaht @horrornesia @WdhHoror17 @IDN_Horor @HororBaca @Penikmathorror Image
Samar-samar yg terlihat oleh bocah lelaki itu adalah sosok perempuan yg selama ini membesarkannya, diseret keluar dari dalam rumah. Orang-orang itu membawa perempuan tersebut entah ke mana.

"Jadi ibumu dibawa orang-orang itu dalam keadaan masih memakai kebaya hijau?" tanya
Pak RT yg beberapa jam setelah kejadian, datang menemui bocah lelaki yg kini tengah terbaring lemah di dalam rumah itu.

Bocah lelaki itu hanya mengangguk lemah seraya terisak.

"Siapa sebenarnya mereka? Untuk apa mereka menculik Bu Lastri?" gumam Pak RT.
Read 204 tweets
Aug 3, 2021
-- SANG PEJALAN MALAM V2--

Halo, selamat berjumpa kembali di thread dari Acep Saep. Kali ini saya membawakan cerita lama yg di remake. Semoga menghibur...

@ceritaht @IDN_Horor @WdhHoror17 @Penikmathorror @HororBaca #ceritahorror Image
Cerita ini pernah dibuat ketika pertama kali saya aktif membuat thread di twitter. Saya membuat cerita yg sama bukan karena cerita yg lama sukses melainkan karena saya merasa cerita tersebut kurang sreg dan juga terlalu absurd.
Makanya saya mencoba membuat reboot dari cerita tersebut. Penasaran dengan ceritanya? Ayo kita simak saja.
Read 181 tweets
Jul 11, 2021
-- DUSUN ANGKER BAGIAN II --

Sebuah cerita tentang para penduduk kota yg tersesat di sebuah dusun angker di pedalaman hutan. Selain tersesat, mereka juga harus berhadapan dg pendduk lokal yg tidak ramah...

@ceritaht @IDN_Horor @WdhHoror17 @HororBaca Image
Dalam keremangan saat itu, Pak Tohar diseret oleh beberapa orang pengepung dalam kondisi dari wajah hingga ujung kaki dipenuhi tetesan darah. Laki-laki itu terlihat tidak berdaya saat orang-orang semi telanjang tersebut membawanya melewati gerbang dari tumpukkan batu yg mengarah
masuk ke perkampungan itu.

Teman-temannya tidak kalah menderitanya dari dia. Mulai dari Arkim hingga Dani, dalam kondisi yg serupa dengannya. Apalagi Cayut yg kini dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Laki-laki itu dalam kondisi koma setelah terluka oleh sebatang anak panah yg
Read 160 tweets
Jun 28, 2021
- DUSUN ANGKER -

Sebuah cerita tentang suatu dusun yg tertutup dari dunia luar. Dusun yg angkernya tidak hanya terkait hal-hal mistik saja melainkan juga terkait warganya yg tidak ramah pendatang...

@IDN_Horor @ceritaht @WdhHoror17 @FaktaSejarah #ceritahorror Image
Cerita yg saya tulis ini kemungkinan memiliki judul yg sepertinya sudah terlalu umum. Tapi saya pastikan isi cerita bukan hasil dari menyontek karya orang lain. Bahkan cerita ini asli hasil pemikiran saya sendiri berdasarkan pada pengamatan pada sekelompok masyarakat yg memang
tertutup dari dunia luar. Bahkan masyarakat ini selalu berusaha mati-matian agar tidak ada orang asing yg memasuki wilayahnya. Mereka tidak segan membunuh orang-orang asing yg berani memasuki wilayah di mana mereka bertempat tinggal serta bermata-pencaharian.
Read 199 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(