Dan juga dari Palu, ingin melihat bagaimana seniman dan anak muda beradaptasi di era Pandemi. Terlebih pasca bencana dan di saat upaya rekonstruksi masih berjalan.
Kini dari Semarang. Testimoni langsung dari warga-warga terdampak, yang dikoordinasi oleh Komunitas Hysteria @mbuh_adin dan Unisulla.
Mereka akan fokus pada dampak di 8 kampung Semarang dan perempuan.
Kini yang terakhir, wong Cerbon.
Bermula dari "mitos" Pandemi di Cirebon gak ada, karena "Cirebon panas beut".
Sebagai kota kental tradisi, bgmn CRB bisa jaga diri?
Ku ndak tahu apakah di 19 kota lain penerima Sustainable Transportation Award apakah netijen2nya pada berisik2 teu puguh 😅😅
Penghargaan ini diberikan kepada kota (pendaftar) yg memiliki kebijakan progresif dan kemajuan dlm periode waktu tertentu (18 bln?).
Ku bisa menerangkan bbrp kota penerima dan kebijakan transportasi apa yg mrk lakukan di masa itu yg akhirnya bikin kota tsb menang.
Bogota, penerima award 2005. Enrique Penalosa walkotnya memperkenalkan BRT secara ekstensif dan jalur sepeda. Dan Trans Millenio ini yg menginspirasi Bang Yos utk membangun TransJakarta. Terlepas dr byk yg ragu pada kebijakan Bang Yos.
Ya jika kerjaannya sbg Project Manager NCICD ya akan jualan bahwa obat paling manjur adalah bikin pompa sebesar2nya, bikin tanggul setinggi2nya, lebarkan sungai dan beton, alirin secepat2nya ke laut.
Maksud hati mencari tulisan lama soal banjir yg dimuat di media. Eh malah nemu nyinyiran orang yg pakai argumen Project Manager NCICD 🤣.
Yang tak pernah dijawab oleh Project Manager NCICD: 1. Pompanya mau sebesar apa utk menarik air 13 di wilayah dgn topografi spt Jakarta? 2. Dlm skemanya, mana soal penghentian land subsidence - pdhal ktnya perlu NCICD krn subsidence? 3. Kalau temboknya gagal gmn (dan udah pas)?
Perlu berpikir panjang soal masa depan mobilitas di kota pasca pandemi. Memang korelasi lemah antara penyediaan transportasi publik dgn kemacetan. Namun kebijakan pembatasan kend bermotor bisa menaikkan okupansi transportasi publik.
Yang bermasalah adalah persepsi yg terbangun di masa pandemi, transportasi publik dianggap berresiko - walau sampai hari ini belum ditemukan cluster akibat transportasi publik.
Pembatasan penggunaan kend pribadi pasti akan mendapat tantangan casual yg ringan dgn bawa isu pandemi.
Utk mengurangi kemacetan: Pembatasan penggunaan kend bermotor itu kebijakan yg dpt terimplementasi dlm jangka pendek. Kemungkinan berhasilnya pun situasional. Lain dgn kebijakan terkait ketataruangan. Lbh fundamental, namun lebih panjang prosesnya.
Keduanya bisa melengkapi.
Melihat perdebatan bbrp hari ini di linimasa nya kang @Outstandjing itu menarik. Ada diskusi (atau ngotot2an kadang hina2an ke si akang) soal tinggal bersama orang tua.
Tapi sbtlnya kebanyakan alasan itu rerata kontekstual dan personal, kadang dipengaruhi budaya.
Saya yg usia 20-30 thn an tegas banget gak mau tinggal bareng ortu.
Tapi ketika satu persatu mertua meninggalkan kami, dan melihat kondisi sekarang pandemi dan orang tua. Skrg saya mempertimbangkan utk bagi waktu lbh byk tinggal bersama ortu. Bagi waktu Cirebon-Jakarta.
Dan naga2nya 99% yakin bakal bagi waktu Cirebon-Jakarta - sambil misu2 kenapa bikin kereta cepatnya bkn yg jurusan Jakarta-Surabaya sih!
Toh bisa remote di bbrp hari.
Tp sekali lagi ya ini keputusan personal banget. Gak bisa sama dgn misal yg keluarganya kurang harmonis.