#TidakAtasNamaSaya
Kami Ikut Islam Ramah Ala Rasulullah, Bukan Islam Marah Ala Khawarij yang Penuh Kebencian
(A thread)
Di sepanjang sejarah ada banyak sekte Islam yang memahami ajaran agama secara beragam. Salah satu sekte terburuk yg pernah ada adalah khawarij. Siapa mereka?
Gusmin kutip dari @nu_online tentang khawarij tersebut. Agar kita mengenal dan bisa berhati2 pada ciri-ciri dan ajarannya yang masih ada hingga kini,
Khawarij adalah salah satu sekte yang memberi banyak pengaruh terhadap gerakan ekstremisme dalam tubuh Islam.
Keberadaan mereka sempat mengubah potret ajaran Islam yang rahmatan lil alamin menjadi wajah yang intoleran dan penuh kebencian terhadap sesama Muslim.
Pengetahuan tentang sejarah kaum Khawarij adalah hal penting untuk membaca beberapa kasus di masa modern yang mempunyai
kemiripan dengan pola-pola gerakan Khawarij di masa lalu. Dengan demikian, pembaca akan mendapatkan gambaran utuh tentang apa dan bagaimana nalar ekstremisme berkembang di tubuh minoritas umat Islam.
Para sejarawan berbeda pendapat tentang siapa sebenarnya yang layak disebut sebagai Khawarij. Terjadi perpecahan di internal kaum Muslimin pasca-pembunuhan Khalifah Utsman di mana secara umum umat terbagi menjadi dua, yaitu kubu Ali Bin Abi Thalib, sang khalifah keempat
dan kubu oposisi yang terdiri dari kelompok Ummul Mukminin Aisyah dan kelompok Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Kelompok Ummul Mukminin Aisyah sempat bentrok dengan pemerintahan Khalifah Ali dalam perang Jamal yang berakhir dengan kemenangan pihak Ali.
Selanjutnya kubu Mu’awiyah menjadi penantang berikutnya di perang saudara yang dikenal dengan nama perang Shiffin. Pada akhir perang ini kemudian terjadilah arbitrase (tahkim) antara kedua kubu yang bertikai. Hasil akhir arbitrase ini memenangkan pihak Mu’awiyah.
Ali bin Abi Thalib sendiri tampak enggan mempertahankan statusnya lagi sebagai khalifah pasca-arbitrase ini. Hal inilah yang membuat banyak orang dari kubu Ali bin Abi Thalib kecewa sehingga memisahkan diri dari kelompok Ali dan mulai memeranginya.
Sebagian besar pengaji sejarah Islam mendefinisikan Khawarij sebagai kelompok yang keluar dari barisan pendukung khalifah Ali Bin Abi Thalib setelah terjadinya arbitrase (tahkim) tersebut.
Kelompok Khawarij tak segan menganggap Mu’awiyah sebagai orang kafir dengan alasan telah menentang Khalifah yang sah, tetapi juga mengafirkan Ali dengan alasan mau menerima hasil arbitrase. Dengan demikian, semua golongan yang ada dianggap kafir kecuali diri mereka sendiri.
Definisi mayoritas sejarawan seperti di atas adalah definisi Khawarij secara sempit. Dengan definisi tersebut, Khawarij bisa dibilang sudah musnah dan tak ada di masa berikutnya selepas matinya seluruh pihak penentang Ali tersebut.
Sebagian ahli lainnya mendefinisikan Khawarij secara lebih luas hingga mencakup siapa pun yang keluar dari kubu penguasa yang sah, misalnya as-Syahrastani yang mendefinisikan Khawarij sebagai "Setiap orang yang keluar menentang pemimpin yang sah
yang telah diputuskan oleh masyarakat disebut sebagai Khawarij, baik penentangan itu terjadi di masa sahabat terhadap para Khulafaur Rasyidin atau terjadi setelah mereka terhadap para tabiin yang baik dan para pemimpin di setiap zaman".
Dengan definisi seperti ini, maka Khawarij bisa dikatakan tetap ada hingga saat ini. Seluruh kelompok pemberontak dan separatis di suatu negara masuk dalam kategori Khawarij sebab mereka menentang pemimpin yang sah.
Dalam kedua definisi di atas, tampak bahwa sebenarnya khawarij adalah sebuah gerakan politik bukan gerakan agama sebab sorotan utamanya adalah masalah kepemimpinan politik, namun kemudian gerakan ini memakai isu-isu agama sebagai propaganda utama untuk melawan pemerintah.
Dari penentangannya terhadap pemerintah inilah mereka mendapat nama Khawarij yang secara harfiah berarti “orang-orang yang keluar”. Ibnul Jauzi mencatat bahwa para Khawarij tak henti-hentinya selalu keluar untuk menentang pemerintah.
Dalam perkembangannya, Khawarij dikenal dengan berbagai nama atau julukan yang berbeda. Di antaranya adalah: al-Haruriyah—mereka disebut demikian sebab markas mereka yang pertama berada di daerah Harura’.
Di Harura’ inilah generasi pertama dari Khawarij tinggal dan menyusun kekuatannya. Mereka juga dikenal dengan nama as-Syurâh yang secara harfiyah berarti “para pembeli” sebab di antara jargon mereka adalah “kami membeli surga dengan diri kami”.
Selain itu juga ada julukan al-Muhakkimah sebab mereka mempunyai slogan “tak ada hukum kecuali milik Allah”. Selain julukan yang netral dan bahkan sepintas terkesan positif ini, mereka juga dikenal dengan julukan al-Mariqah yang berarti kelompok yang menjauh dari agama
sebab keberadaan mereka selalu diidentikkan dengan orang-orang yang oleh Nabi Muhammad disebut menjauh dari agama seperti melesatnya anak panah dari busurnya.
Seluruh julukan itu mereka terima kecuali julukan terakhir sebab meskipun seluruh Muslim lain menganggap mereka menyimpang dari agama, tetapi menurut mereka sendiri justru sebaliknya orang-orang lainlah yang telah menyimpang dan keluar dari agama.
Dalam beragama kita semestinya mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah. Yang paling dasar adalah persoalan akhlak. Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak. Karenanya Islam yang dibawa Nabi selalu menunjukkan sisi-sisi kebaikan akhlak.
Jika hari ini ada orang yang menyerukan kekerasan dan bahkan pembunuhan mengatasnamakan agama, Gusmin menyerukan bahwa itu #TidakAtasNamaSaya. Tidak atas nama agama yang rahmat bagi semesta alam. Kita harus tegaskan dan syiarkan ajaran Islam yang sesungguhnya.
Nama Islam terambil dari kata 'salam' yang berarti damai. Membawa agama mulia ini ke mimbar-mimbar kebencian tentu #TidakAtasNamaSaya#NotInMyName.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Penceramah dan ulama itu dua hal yang berbeda. Seorang ulama bisa saja turut berceramah dalam berdakwah. Namun seorang penceramah belum tentu seorang ulama yang isinya dakwah. Kok bisa?
Ya bisa dong karena penceramah banyak dijadikan PROFESI!
A thread.
Ulama' berasal dari bahasa Arab. Jamak dari kata 'alim yang artinya orang berilmu. Jadi, orang yang berilmu bisa disebut sebagai seorang 'alim. Apa saja kategori orang berilmu?
Ada yang bilang seorang 'alim harus menulis buku atau kitab.
Ada yang bilang harus menguasai bidang tertentu seperti ilmu fikih, tafsir, kalam, sains, kedokteran, filsafat, navigasi, astronomi dll.
Sek, sek. Sains? Kedokteran? Filsafat? Navigasi? Bukannya ilmu2 itu tidak ditanya malaikat? Tidak dibawa ke alam barzakh?
Dunia tengah mengalami wabah Covid-19 yang belum terkendali. Belum ditemukannya vaksin membuat setiap negara perlu memperketat protokol kesehatan demi menekan jumlah warga yang terinfeksi. Di Indonesia, situasi wabah masih menunjukkan angka yang sangat tinggi.
DPR berdalih bahwa Pilkada 2020 bisa dilangsungkan karena akan disertai peraturan dan sanksi hukum apabila melanggar protokol kesehatan.
Hari ini kita memperingati #HariPerdamaianInternasional. Gus Dur pernah mengatakan bahwa perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi. Bagaimana wajah perdamaian di negeri kita? Gusdurian.net menerbitkan 5 esai terkait dengan gagasan perdamaian.
Lima esai terbaik edisi khusus Hari Perdamaian ini mengulas seputar pengalaman personal lintas iman dan pemikiran tokoh yang mendorong hubungan lintas agama secara positif.
Pertama, esai berjudul "Keberagaman di Bumi Gayatri: Sebuah Perjumpaan dengan Penghayat Kepercayaan di Tulungagung" oleh Rizka Hidayatul Umami. Selengkapnya. ttps://gusdurian.net/keberagaman-di-bumi-gayatri-sebuah-perjumpaan-dengan-penghayat-kepercayaan-di-tulungagung/
Tanggal 15 September diperingati sebagai Hari Demokrasi Internasional. Bagaimana demokrasi menurut Islam? Bagi Gus Dur demokrasi sudah sangat islami. Menegakkan demokrasi hukumnya wajib! #HariDemokrasiInternasional#DemokrasiIslami
Mengapa? Karena dalam demokrasi ada satu prinsip bernegara dalam Islam, yaitu “syuro”. Demokrasi sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Yang terpenting kita bisa menjalankan prinsip-prinsip kebebasan, kesamaan, dan penegakkan hukum.
Sayangnya ada sebagian kecil kalangan menyempitkan cara bernegara Islam dengan sistem tertentu. Di Indonesia, narasi demokrasi sering dipertentangkan dengan khilafah, seolah-olah keduanya berbeda satu sama lain. Yang satu Islam, yang satu tidak.
"Setiap kali membaca berita berpulangnya kiai atau nyai,hati saya tersayat. Mautul 'alim mautul 'alam. Wafatnya para ulama adalah penanda kematian alam."
"Berkali-kali saat saya melihat video penghormatan atau tulisan kenangan tentang dokter atau tenaga kesehatan saya menangis, hati saya ikut hancur"
"Di setiap jasad tenaga kesehatan dan dokter yang membujur kaku, ada hati dan kebahagiaan orang tua, istri, suami, dan anak-anak mereka yang ikut membeku"
Membela kaum tertindas adalah membela agama sesungguhnya #TributeToGusdur
(A Thread)
Satu kali Gus Dur berpesan kepada keluarga. Jika meninggal, ia meminta sebuah tulisan di batu nisannya. “Di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan”. Here rests a humanist.
Di momen #HarlahGusdur ke-80 ini, Gusmin ingin mengajak gaes semua untuk melihat perjuangan Gus Dur semasa hidup. #KangenGusdur
Setiap kali mengikuti haul Gus Dur di berbagai daerah, Gusmin selalu tertegun karena banyaknya testimoni dari tokoh lintas profesi. Mulai kiai, pastor, politisi, seniman, penyanyi dangdut, korban gusuran, dsb. Semua bercerita seolah-olah Gus Dur begitu dekat dengan mereka.