NASEHAT SEORANG BOCAH MEMBUAT IMAM ABU HANIFAH.RA MENANGIS
Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit, atau populer di sebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan mengenakan sepatu kayu.
“Hati-hati nak dengan sepatu kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir”, sang Imam menasehati
Bocah ini pun tersenyum, menyambut perhatian pendiri madzhab Hanafi ini dengan ucapan “terima kasih”
“Bolehkah, saya tahu namamu, Tuan?”
Tanya si bocah.
“Nu'man”
“Jadi, Tuan lah yang terkenal dengan gelar Al-Imam Al-A'zham (Imam Agung) itu?”
“Bukan aku yang menyematkan gelar itu, masyarakat lah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku”
“Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu itu, jangan sampai tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku mungkin hanya menggelincirkan ku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya”.
Ulama kaliber yang madzhab nya di ikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis. Imam Abu Hanifah bersyukur, siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
📷: KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ﷺ , sebelum Perang Badar.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah.
Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ﷺ , bahwa ada sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di pinggiran Madinah.
Maka Rasulullah ﷺ mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang.
Kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki.
Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan.
Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah disebutkan bahwa beliau dan kaum muslimin sudah berusaha untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut.
Tetapi sebaliknya orang-orang Yahudi tak ada seorang pun yang mematuhi isi perjanjian.
Mereka selalu melakukan penghianatan sehingga meresahkan kaum muslimin.
Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi yang sangat kufur dan sangat membenci serta dengki kepada kaum muslimin melewati beberapa orang sahabat Rasulullah ﷺ dari kabilah Aus dan Khazraj yang berada dalam suatu majelis yang telah menyatukan mereka.
Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa memasuki Mekah.
Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan bencana yang telah menimpa para pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka
Mulanya orang Mekah tidak percaya, tetapi setelah yakin bahwa Al Haisuman tidak mengigau, seluruh kota menjadi penuh dengan jerit tangis.
Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat terpukul mendengarkan berita mengerikan itu.
"Tidak mungkin!"
"Tidak mungkin!" demikian igaunya.
Keesokan harinya, ia jatuh sakit dan menderita demam selama tujuh hari sebelum akhirnya meninggal.
Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan yang akan mereka lakukan.
Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat kolam pasukan muslim.
Kolam itu merupakan tempat penting dalam pertempuran Badar.
Jika pasukan Quraisy berhasil merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan muslimlah yang akan kehausan.
Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat.
Dua penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan Hamzah.
Namun, penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka celah pertahanan untuk diterobos para penunggang lain yang terkenal tangguh.
Namun Hamzah sendiri berdiri menutup celah tersebut dengan pedang siaga di tangan.
Satu demi satu para penunggang Quraisy yang kehausan maju.
KISAH SAYYID BADRUDDIN AL-HASANI DAN TOBATNYA PARA PALACUR
Sayyid Baddrudin Al Hasani,
Pemimpin Ahli Hadist dan Sufi di Negeri Syam yang memberi sedekah dan meminta doa kepada ratusan pelacur
Ketika kabar keberadaan rumah pelacuran di pinggiran kota Damaskus tersebar
di tengah masyarakat.
Beberapa tokoh kemudian mengadukan hal itu kepada Sayyid Badruddin bin Yusuf Al-Hasani.
Beliau adalah ulama dan wali besar yang dikenal seantero negeri Syam, baik oleh kalangan ulama, awam, pemerintah bahkan para pelacur sekalipun.
Sayyid Badruddin lalu menyuruh murid kesayangannya, Syeikh Yahya yang kala itu sudahencapai berusia 60 tahun.
Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum muslimin mulai melakukan gerakan-gerakan militer. mereka melakukan patroli militer yang bertujuan menyingkap dan mengenal jalan-jalan yang mengelilingi Madinah,
serta jalan-jalan yg dapat mengantarkan ke Mekah,mengadakan perjanjian-perjanjian dengan kabilah-kabilah yg berdomisili di sepanjang jalan tersebut, memberikan kesan kepada orang-orang Yahudi dan Arab badui yg berdomisili di sekitarnya bahwa kaum muslimin telah memiliki kekuatan
dan mereka telah terbebas dari kelemahan mereka serta memperingatkan kepada orang-orang Quraisy terhadap akibat kebohongan mereka sehingga mereka sadar dari kesesatan mereka, dan merasakan adanya bahaya yang mengancam perekonomian mereka,