Islam adalah agama kasih sayang. Ini kita ketahui dgn sgt luas dan kondang.
وما ارسلناك الا رحمة للعلمين
"Dan Kami tidak mengutus Engkau (Nabi Muhammad Saw) kecuali sebagai pembawa/penebat rahmat bagi alam raya ini."
Rahmat adalah ekspresi kasih sayang. Yg dimaksud dlm Islam ialah kasih sayang yg bersumber dr keimanan kpdNya, ketakwaan, dgn ejawantah akhlak karimah.
Jd bkn skdar akhlak etik baik, tnpa fondasi iman dan takwa.
Surat al-Bayyinah ayat 5 bertutur ttg menyembah Allah Swt (keimanan), lalu shalat, zakat, dst (ketakwaan: menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya).
Ayat 7 ttg menegaskan "sebaik² manusia ialah yg beriman dan beramal saleh (ritual-sosial).
Clear.
Lawan dr sikap rahmat (atau orang² yg jauh dr rahmatNya) ialah mereka yg tdk beriman, melanggar syariatNya, dan karenanya lekat dgn perbuatan² buruk merusak (fasik).
Jd, orang yg berbuat merusak, mengacau, indikasi bg adanya masalah dlm keimanannya, berikurnya ketakwaannya.
Allah Swt HANYA membersamaiz dekat, dgn orang² yg beriman dan berbuat kebaikan². Wajar bila RahmatNya hanya dikaruniakan kpd orang² demikian, memancarlah dlm perilaku hidupnya yg lekat dgn welas asih pula.
(prinsip ini jg berlaku sebaliknya)
Untuk menuju derajat tersebt, mesti diperjuangkan.
والذين جاهدوا فينا لنهدينا سبولنا وإن الله لمع المحسنين
"Dan orang² yg bersungguh² berjuang menuju Kami maka sungguh akan Kami berikan petunjuk pd jalan² Kami dan sungguh Allah hanya bersama orang² yg berbuat baik."
إن رحمة الله قريب من المحسنين
" Sesungguhnya Rahmat Allah Swt dekat (lekat hanya) dgn orang² yg berbuat kebaikan."
Jelas bhw orang² yg berbuat tidk baik tdk dekat (lekat) dgn rahmat Allah Swt. Di tangan kaum begitu, masuk akal wajah Islam mnjdi tdk selaras dgn sifat welas asih.
Di antara penyebab terhalangnya kucuran Rahmat Allah Swt (itu artinya perbuatan yg tdk termasuk muhsin) ialah perilaku berselisih, berpecah-belah. Atas nama apa pun. Bs pandangan ilmu, mazhab, politik, dst. Perilaku trsbut banyak dikecam dlm al-Qur'an. Msl Ali Imran 105.
Lalu
Hud 118-119 ini:
ولا يزالون مختلفين إلا من رحم ربك
"dan mereka (manusia) cenderung kpd perselisihan (yg memicu perpecahan permusuhan) kecuali orang yang dirahmati oleh Tuhanmu."
Jd, termasuk ciri orang yg dirahmatiNya ialah menjauhi perdebatan, perselisihan, demi harmoni.
Semoga kita semua diperjalankanNya kepada tangga² kemuhsinan, kemaslahatan, dijagaNya dr dorongan nafsu berselisih, bertikai, agar kita tergolong ke dlm kaum yg dirahmatiNya. Dari jiwa demikianlah wajah rahmat Islam akan memancar dlm rupa cinta (wudda) dan tawadhu' (haunan). Amin
Wallahu a'lam bish shawab. ShallaLlah 'alaih wa alih.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kanjeng Nabi Saw adalah "kartu tol" bagi keselamatan, kesuksesan, kebahagiaan kita, dunia n akhirat.
Mari renungkan.
Beliau Saw adalah sebab teragung bagi segala ciptaan Allah Swt. Ya surga neraka, para malaikat, jin, alam raya ini, jelas pula kita semua, dr awal penciptaan hingga akhir kelak.
"Jika bukan karenamu (Kanjeng Muhammad Saw), tak Kuciptakan alam raya...." Hadis qudsi sgt terkenal.
Tatkala Nabi Adam As diturunkan ke bumi, bertobat panjang dgn doa "Rabbana zalamna anfusana....." di ujung doa beliau memungkasi:
اللهم إني أسألك بحق محمد
"Ya Allah, aku memohon (ampunanMu) dgn Muhammad yang hakiki."
Ayat 11 surat Muhammad ternyata mengandung keterangan yg mendalam.
"Dan orang² yg telah diberi pertunjuk (hidayah), maka Allah Swt akan menambahkan hidayah (ilmu, amal) baginya dan mengaruniakan ketakwaan (yg lebih dalam) baginya."
Ayat ini tdk sesederhana bunyinya yg mengesankan "siapa yg dpt hidayah, maka akan terus bertambah takwanya". Tidak. Di dalamnya, mengandung sunnatuLlah yg memberikan ruang keterlibatan kita dgn sangt besar. Tegese, hidayah itu beriring amal kita; makin ngamal makin ditambahi.
Clue pertamanya: amalkan ilmu, pengetahuan, yg tlh diketahui --pengetahuan atas keimanan, ketakwaan, kesalehan, dlm kadar apa pun, termsuk dlm karunia hidayahNya. Msl, tahu fadhilah shalawatan. Itu hidayahNya.
Ada orang yg saking dalamnya rasa cinta di hatinya, ia mendahulukan orang lain dr dirinya. Pokoknya ia selalu menempatkan orang lain first, baru dirinya.
Ada pula orang yg mendudukkan orang lain sejajar dgn dirinya. Dirinya dan orang lain dibuat sejalan, bersamaan, beriringan.
Ada lagi orang yg mendahulukan dirinya dibanding orang lain, tanpa merugikan, merendahkan, atau menzalimi orang lain.
Inilah nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib kepada gubernur Mesir-nya, Malik bin Harits al-Asytar:
"Perlakukanlah orang lain bagai timbangan. Lakukanlah kepadanya apa yang ingin orang lain lakukan padamu; jgn lakukan kepadanya apa yg kau tak ingin orang lain lakukan padamu."
Brrikut beberapa turunan nasihat sejenis:
"Bukanlah nasihat dilakukan di tempat umum terbuka; nasihat bukanlah mempermalukan; nasihat adalah welas asih."
"Jangan pernah membuka aib orang karena setiap kalian punya aib yang serapatnya kalian simpan. Sekali kamu membuka aib orang, maka aibmu akan dibukaNya. Tiada yang bisa mencegahNya siapa pun engkau."
Ya RasulaLlahi ahla
Bika inna bika nas'ad
Wa bijahi ya Ilahi
Jud wa balligh kulla maqshad
Duhai Kanjeng Nabi Saw hadirlah
Bersamamu sungguh bersamamu kami berbahagia
Dan dengan kemuliaannya, Duhai Tuhanku
Wujudkan dan penuhilah segala tujuan kami
Ya Nabi salam 'alaika
Ya Rasul salam 'alaika
Ya Habib salam 'alaika
ShalawatuLlah 'alaika
Wahdina nahja sabilih
Kai bihi nus'ad wa nursyad
Rabbi ballighna bijahih
Fi jiwarih khaira maq'ad
Bimbinglah kami ke puncak jalannya
Yang denganya kami terbahagiakan dan tercerahkan
Duhai Tuhanku, sampaikanlah kami dgn kemuliaannya
Berdampingan dengannya di tempat terbaik
Kepada nasab mulia, kuberikan penghormatan selayaknya orang mulia dr trah leluhurnya.
Kepada orang yg tinakdir bernasab mulia, jagalah amanat kemuliaan trah leluhur itu dgn ngopeni wong² awam umum.
Nasab itu given; tidak saling memikul lelaku satu sama lain. Ngoten ayate.
Dlm sejarah Islam, ada nasab mulia yg berkahir ironis. Msl, Umar bin Sa'ad bin Abi Waqash. Dialah pemimpin 4.000 pasukan yg menyebabkan Sayyidina Husein bin Ali wafat dlm tragedi Karballa.
Umar ini berakhir dibunuh oleh Al-Mukhtar.
Sebaliknya, ada nasab olo, yakni Ikrimah bin Abu Jahal. Beliau ini dulunya memusuhi Kanjeng Nabi Saw, lalu masuk Islam pasca Fathu Mekkah, menjadi panglima khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq saat menumpas nabi palsu.