Seperti bebek yang kehilangan pemimpin, mereka sedang bingung. Tak tahu arah apalagi tujuan. Mereka hanya sekelompok pengekor yang tak punya tujuan pasti.
Ketika dia yang "angon" tak lagi hadir di tengah mereka, segalanya buyar. Kebiasaan buruk mereka yang selalu menggantungkan diri pada apa kata pemimpin kini menuai bencana.
Demikianlah para pengikut Rijik, ramai kita dengar mereka berteriak minta turut di tahan bersamanya.
Mereka gamang serta bingung tanpa perintah keluar dari mulutnya.
Orang-orang yang tak lagi pernah berdiri pada kakinya sendiri itu kini merasa tak lagi punya sandaran. Tak tahu harus berpegang pada siapa. Tak tahu harus melangkah ke mana.
Otaknya telah digadaiakan. Dijual murah dengan janji.
Sial bagi mereka, dia yang menjanjikan, kini di kurung. Kemana janji harus dikejar?
Kebodohan massal atau pembodohan berjamaah tampak dalam satu tarikkan garis sangat jelas. Demikian pula warnanya.
Dia terlihat sangat gamblang dalam tingkah tak masuk akal.
.
.
Saat dunia sedang mengarah pada apa yang disebut dengan istilah Industri 4.0 dimana tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi yang mencakup sistem siber-fisik, internet untuk semua,
komputasi cloud dan komputasi kognitif diperebutkan, mereka justru berbalik. Cara berpikir "dark age" mereka pungut kembali.
.
.
Tak ada yang salah. Paling tidak bagi mereka yang selalu bermimpi surga. Untuk apa semua hasil olah otak dan menjadi pintar bila hidup di dunia dianggap hanya numpang lewat?
Tidak bagi mereka, namun itu jelas adalah beban bagi negara dan masyarakat. Mereka yang bodoh dan tak siap, benar akan tertinggal, namun tak mungkin negara akan membiarkan mereka bukan? Itulah makna beban.
Mereka yang kini berteriak ingin turut bersama dengan pimpinannya di dalam penjara, itulah beban sesungguhnya.
Mereka adalah korban dari sebab senang mendengar dongeng. Dan dia, sang pemimpin yang senang menjual mimpi dengan cara mendongeng, kini sedang berada di dalam penjara.
Kepada siapa dan dimana mereka akan dengar dongeng Itu?
Paling tidak, dulu, bila dongeng mereka dengar dan mimpi mereka dapatkan saat demo sedang digelar, nasi bungkus mereka dapat meski hanya 1 kali.
Makan 3 kali sehari dan mendapat dongeng, tanpa batas, siapa tak ingin? Di mana?
Mmm..🤔
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Pangdam Jaya, Mayjend Dudung pada awalnya dianggap keluar dari tupoksinya sebagai pejabat militer dengan berdiri di belakang pencabutan banyak baliho milik efpei yang terkesan sangat sakti. Tak ada satu pun aparat berani mengambil peran itu.
Protes keras para esjewe bermulut bau dan berhati busuk langsung memenuhi banyak laman medsos. Mereka membuat banyak narasi memojokkan Pangdam.
Bukan mundur aparat dibuatnya, Kapolda Metro Irjend Fadil justru melangkah sangat jauh, bahkan pada titik mustahil bagi para skeptis yang tak lagi berharap muluk, dia mengandangkan seorang brizieq, pentolannya pentol efpei.
PKS tidak setuju bu Risma menjabat Menteri Sosial. Narasi berita berbunyi gitu saja sudah aneh bukan? Emang siapa dia? Kenal kaga, saudara juga bukan, apa kepentingan dia buat pernyataan seperti itu?
Keberadaannya sebagai Mensos sangat penting apalagi kapan pendemi akan selesai masih tak ada satu pun pihak yang dapat memprediksikannnya dengan tepat.
Cara kerja sebagai pelayan masyarakat dengan pendekatan hati seorang ibu dinilai sangat sukses saat menjadi Wali Kota Surabaya. Tak ada seorang pun menyangsikannya.
Menjadi Menteri sosial, tentu sangat penting baginya menjaga nama.
Mungkinkah orang berhutang tidak bersiap dan yakin dapat membayarnya? Perhitungan ketat dan hati-hati biasanya dibuat oleh dia yang memberi hutang demikian pula pada dia yang akan berhutang.
Itulah gambaran paling sedehana apa yang sedang dilakukan penyidik pada kasus Rizieq yang hari ini resmi ditahan.
Berapa pun masa tahanan yang ditetapkan kepada Rizieq, adalah bentuk hutang penyidik kepada putusan pengadilan nanti.
Keyakinan penyidik bahwa hukuman yang akan ditimpakan pada Rizieq pasti lebih besar dibanding hutang pemenjaraan rijik yang di bon terlebih dahulu sejak hari ini.
Sepertinya dia akan ditahan hingga 60 hari ke depan.
Semi outonomous dlm Mercedes Benz S450 yg sudah cukup banyak beredar di Indonesia adalah tentang kecanggihan sebuah sistem menyetir secara otomatis dpt dilakukan. Itu dapat dilakukan dgn syarat marka jalan kita bagus.
Dulu Cruise Control pernah mampu membuat kita kagum. Para teknisi dari Jerman telah memanfaatkan ilmu modern berbasis komputer melakukan hal itu dengan baik.
Tesla, perusahaan mobil elektrik milik Elon Musk bahkan sudah mencobanya tahun 2018. Bukan semi outonomous, uji coba murni tanpa pengemudi dilakukan bersama google.
Hari ini, taksi tanpa pengemudi sudah bukan pemandangan luar biasa. Singapore, Jepang, hingga China punya itu.
Dengan muka tertunduk, dia susuri koridor sempit menuju tempat dimana penyidik telah menunggunya. Gontai tubuhnya, lemas langkahnya, jauh sekali dengan kabar burung tentang sosoknya dulu.
Tatapan kosong, sinyal bahwa keperkasaannya telah runtuh terlihat sangat jelas. Tak bernyali, mungkin itu kalimat paling tepat membuat gambaran sosoknya kini.
Kotor suara biasa keluar dari mulutnya tak lagi terdengar. Garang intonasi yang dibuat setiap kotbah tak lagi ada jejak tampak dapat ditelusuri dari gesturnya. Dia sudah kalah.