Bacaan I pada Misa besok, 2 Januari 2020 diambil dari 1Yoh 2:22-28.
1 Yoh 2:22: Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
1Yoh 2:23: Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengakui Anak, ia juga memiliki Bapa.
1 Yoh 2:24a: Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu.
1 Yoh 2: 24b: Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa.
1Yoh 2:25: Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.
1 Yoh 2:26: Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.
1 Yoh 2:27: Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya......
1 Yoh 2: 27: Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia
1 Yoh 2:28: Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.
Tahunnya mestinya bukan 2020 tapi 2021😄😂
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dari abad ke abad, Gereja Katolik (GK) setia mengajarkan bahwa ikatan perkawinan hanya berakhir dengan kematian. Dalam ajaran GK perkawinan bersifat unitas (monogami), indissolubilitas (tak terceraikan), dan antara yg dibaptis, bersifat sakramental.
1. Perkawinan bukan semata-mata urusan manusia, budaya, sosial. Perkawinan tidak hanya dipahami sebagai KONTRAK, yg dapat diakhiri manusia. Perkawinan adalah PERJANJIAN (foedus, covenant), seperti perjanjian Allah kpd manusia, Kristus kepada Gereja. Allah mahasetia kpd manusia.
2. Perkawinan itu begitu suci dan luhur. Perkawinan tidak hanya atas kehendak seorang pria dan seorang perempuan. Tetapi, terutama Tuhan Allah sendiri yang menghendaki dan mengadakan perkawinan (bdk. Kej 1: 26-28; Mark 10: 6-9).
👍 Selamat tahun baru juga untuk Mba @PFTee yg setia membagikan kutipan Kitab Suci, Sis Jum @Gyoucancallme yg humoris😅 mirip-mirip Romo @romobusyet dan Romo @albertus_scj yg memperkaya kita dgn ide-ide filosofis.
👍 Selamat tahun baru juga untuk Suster @YohanaEvita@luvicaosa@SrBethanyFSP yang setia mempromosikan panggilan menjadi Suster yang bahagia dan ramah🙏. Selamat tahun baru untuk Ibu @WidyoLita yg berbagi tips parenting, Mba Anjar @berajasenja yg hangat menyapa🙏
Tiga tahun berturut-turut saya ditanyakan tentang fenomena yang sama. Pastor, kok ada-ada saja Saudara-Saudari kita yang mempermasalahkan ucapan selamat Natal. Ada juga yang tidak senang jika ada yang merayakan Natal. Apa tanggapan Pastor? Ikuti UTAS berikut:
1.Kepada para penanya, saya minta permisi agar terlebih dahulu bercerita yang lain saja. Ya, tentang Kitab Suci. Tentang Injil. Tentang Kabar Gembira! Umumnya, mereka mempersilakan saya. Mula-mula ajak mereka membaca Injil Matius 1: 18-25 & 2: 1-16, kemudian Injil Lukas 2: 1-12.
2.Dalam perikop-perikop ini saya fokus pada kelahiran Yesus dan sikap Raja Herodes. Khusus renungan perikop Injil Matius, saya tertarik dengan tafsiran teolog H. Leo Boles dalam bukunya: “A Commentary on the Gospel According to Mattew” (1936).
Apa TUJUAN perkawinan menurut ajaran Katolik? Berdasarkan kanon 1055, ada 3 (tiga) tujuan perkawinan Katolik, yaitu: kebaikan suami-istri, kelahiran anak dan pendidikan anak. Mari kita ulas satu per satu dalam UTAS berikut.
1. Gereja memandang sangat penting bagi orang Katolik memahami dan menghidupi ketiga tujuan perkawinan ini.
2 Maka, ketika org Katolik melangsungkan perkawinan beda agama (Katolik dengan non-baptis) atau beda Gereja (Katolik dengan Protestan), kesediaan mau mengenal & memahami tujuan perkawinan mrp salah satu syarat yg hrs dipenuhi sebelum melangsungkan perkawinan (Kan. 1125, no.3).
"Keluarga, Tempat Pengampunan", demikian Paus Fransiskus berulang-ulang menyemangati keluarga-keluarga di seluruh dunia. Penggalan kalimat itu merupakan terjemahan dari "FAMIGLIA, LUOGO DI PERDONO". Apa kata Paus Fransiskus mengenai keluarga dan pengampunan? Ikuti UTAS berikut.
1.Tak ada keluarga sempurna. Kita tak punya orang tua yang sempurna. Kitapun tidaklah sempurna. Anda tak menikahi pribadi yang sempurna. Kita tak punya anak-anak yang sempurna. Kita mengeluh tentang orang lain.
2. Kita pernah dikecewakan dan mengecewakan orang lain. Oleh karena itu, tak ada perkawinan yang sehat atau keluarga yang sehat tanpa melakukan pengampunan.
Apa ciri-ciri hakiki esensial perkawinan dalam ajaran Gereja Katolik? Jawabannya: UNITAS dan INDISSOLUBILITAS. Bagaimana memahami dan menghidupinya?
Ikuti UTAS berikut....
1. Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 1056, Gereja mengajarkan dua ciri hakiki esensial perkawinan: unitas dan indissolubilitas. Disebut “ciri hakiki esensial” oleh karena hal itu sangat mendasar/pokok, tidak boleh tidak ada.
2. Maka, Gereja melalui kanon 1101 §2 menegaskan bahwa bila salah satu atau kedua (calon) suami-istri dengan kemauan dan tindakan positif mengecualikan (meniadakan, menolak) salah satu ciri hakiki esensial perkawinan, ia (mereka) melangsungkan perkawinan dengan tidak sah.