Hubunganku sama mbakyuku siji-sijine kae akraaabbbbb banget nget. Ingatan² ttg masa kecil serumah, bareng abah n ibu, sellu hangat di hatiku.
Dgn segala cara, kepenginku dia sering² banget ke jogja agar semakin sering ketemu n kumpul.
Di antara trikku adlh ngopeni anake to.
Jelas saja karena anake di jogja, sngt sering ia ke sini. Setahun bisa 5-6 kali atau lebih. Gembiranya hatiku bila ia datang, walau ya nda bs lama² karena suaminya pegawai, to.
Scara ekonomi, aku diparingi lebih banyak, dibanding dia, ya. Tp ini nda penting. Ingatan² masa kecil bersamanya itulah yg mengikat hatiku dgn hatinya, dan sebaliknya.
Suatu hari, udh selesai ngitunge, abah bilang: "Ya udah, sana klo mau main lagi...."
Kami yg duduk bersila di depan tumpukan uang nda bangun², hanya saling pandang.
Apa pasal?
Sbb di balik paha kami, ada sejumlah uang yg kami delikke.
Gimana cara bangunnya ini pas ada abah gini?
Abah ngulangi lagi ucapannya. Setelah saling tatap lagi, sontak kami kabur dr kamar abah, meninggalkan uang yg berlipat² ditindih pada kami tadi.
Ingatan ini sellu buatku tertawa sampe kini.
Tidak ada jaminan aku atau mbakyuku msh akan bs jumpa n kumpul 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun lagi. Setiap hari yg ada selalu jd kesemptan bg kami tuk ketemu, walau itu musykil. Kami bikin grup wasap khusus dan tiap hari canda² di situ. Ya foto lama, celotehan, cerita, dst.
Karana aku ndhedet, amat sering ujug² kutransfer ke rekeningnya. Nih buat jajan, beli nasi padang, ganti mobil, dst. Ya apa aja.
Dia nda mintaan blas padaku, walau ia tahu pasti kukasih. Persis ibuku yg nda mau minta sebutuh apa pun. Makanya aku yg kudu ngawiti las los.
Apalgi jk kutahu ia ada kebutuhan, kedaruratan, ya aku yg sellu ada untuknya, berapa pun.
Desir eman ya manusiawi ada, to. Tetapi, ingatan² indah masa kecil itu bhw dia adlah sedarahku, jiwaku, hidupku pula, selalu ngungkuli apa pun n berapa pun.
Ia sering sekali doain aku.
Pikirku: jika tidak saat ini, di saat aku masih hidup, dia masih hidup, aku ndhedet, ya sehat, ya bisa, kapan lagi nyokong nyengkuyung sedulur? Tak pernah kutunda.
Tk perlu narik ke soal nolongin sedulure kisah ini. Poinku adalh dulu zaman cilik, zaman blm tahu masadepan,
...zaman bareng, serumah, lalu jalan hidup, jodoh, rezeki menjadikanku pisah dengannya, dan aku diparingi lebih darinya, betapa gak punya atinya aku jika abai padanya, gak peduli, eman pelit ngewangi hidupnya! Itu saudara macam apa, udu wong!
Krn aku wong, wajib kubersikap wong.
Kesia-siaan yg menjelma petaka ialah bila kau berdaya, mampu, bisa ngewangi sedulur²mu, tp kau abai dan eman berkurang hartamu.
Jika kau ingin dikenang sebagai manusia yg semestine manusia, pertama kali tolong dan entaskan saudara-saudramu, baru ke luar.....
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Az-Zumar 53 - Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Az-Zumar 54 - Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Az-Zumar 55 - Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.
Bekerja adalah marwah, penghasilan adalah hadiah. Pekerjaan bisa ikutan, pendapatan adalah ketetapan. Kekeliruan dan gulitanya datang darimu, kebaikan dan cahayanya datang dariMu. Kebahagiaan bukanlah tentang berapa jumlahnya, tetapi apakah kamu memandangNya.
Dia lebih dekat dari urat lehermu, mengapa kamu tak bisa merasakanNya?
Tanpa urat leher, kamu mati; kepada Dia yang lebih dekat padamu daripada urat lehermu, kamu tak bisa merasakanNya, bukankah sejatinya kamu adalah semati-matinya kematian?
Bukankah semestinya Allah Swt telah cukup bagimu? Sayangnya, kamu malah mengangkat hal-hal selain Allah Swt sebagai Tuhan, maka penuh cemas, takut, dan sedihlah hidupmu.
Setiap kamu menutupiNya darimu, akibat menjaminkan dirimu pada dirimu, terempaslah kamu yg hanya manusia.
Perbedaan pendapat dlm hukum Islam itu hal yg biasa, lazim, alamiah, bahkan telah terjadi sjk Kanjeng Nabi Saw msh ada. Makin ke sini ya wajar saja makin luas lingkun dan bentuk perbedaannya. Yg penting, tdk diniatkan/maksudkan "mainmain" agama saja.
Segala usaha menjadikannya seragam itu sia², bahkan dpt disebut menentang ketetapanNya Swt. Toh dunia ini memang tlh ditakdirNya majemuk. Usaha demikian hnya rawan bikin masalah, ketegangan, permusuhan (hal² yg madharat, tentu hrs dihindari).
Jadi, jika kamu ikut suatu pendapat hukum, yakin mutlak tsiqahnya, silakan; tetapi detik yg sama jembarkan hatimu kpd pendapat² hukum lain yg diikuti liyan. Menerima adanya, haknya, kemungkinan benarnya, persis keyakinanmu sendiri.
Semalam kumenemukan keterangan perihal al-wala' wa al-bara' dr Ibnu Qayyim al-Jauziyah yg amat melegakan hati.
Tidaklah seperti yg jamak dipahami bhw itu adlah bersahabat dgn kaum kita dan memusuhi kaum liyan yg berbeda. Yg begitu, tdk utuh.
Tidak begitu, Hyung dan Hying.
Beliau memgatakan: wajib bagi manusia untuk menyembah (beribadah, liya'budun) kpd Allah Swt. Di antra ibadah yg paling disukaiNya adalah al-muwalat (bersiteguh, bersahabat, intim) dgn kebaikan² (syariat) dan al-mu'adat (berlepas diri, menjauhi, membenci) kpd mungkar madharat.
Al-muwalat dan al-mu'adat ini yg kini dikenal sng al-wala' wa al-bara'.
Yg beliau maksudkan itu brrsumber pd dalil liya'budun, amar ma'ruf nahi munkar, dan khalifatuLlah fil ardhi.
Tegese, kewajiban hidup menyembahNya, dgn segapa peribadatan kepadaNya n meninggalkan sebaliknya.
Kekuatan tulisan² maz @iqbalkita ada pada story telling + sudut pandangnya.
Sumber story telling-nya adlh keluargane, tonggo², teman², akun² sosmed, lalu dieksploitasi demi kebutuham cerita. Daya berceritanya ya B aja, maklum bukan cerpenis walau pernah ikut workshop cerpen.
Karena tk punya basic sastra yg memadai, cita rasa bahasanya jg B aja. Puitikanya garang di japrian.
Soal sudut pandang, perspektif, ini hal paling kuatnya. Ia kerap melahirkan sudut² pandang yg unik, sehingga menjadi "berbeda". Tp ini bukan krn jelajah bacaannya, kok. Semata...
Kecerdikannya dlm mengeksploitasi (lagi) jejak² pergaulannya (artinya sumber dr teman²nya), tentu juga khazanah jamaah mostly japriannya.
Intinya: "Kae ki cah bejo," kata mas @Haisa_HS dan mengobyektivikasi kanca²ne.