Berhubung lagi nge trend menghubungkan bencana alam dengan dosa manusia, apa ada ya riset serius untuk buktikan korelasinya?
Klaim ini sebenarnya falsifiable dan bisa dibuktikan secara empiris loh. Datanya juga rasanya cukup tersedia.
Misalnya :
Analisis hubungan antara persebaran penduduk berdarkan “agama mayoritas” dan “moral masyarakat” (apapun definisinya) di suatu wilayah dengan frekuensi dan keparahan :
a) tsunami
b) gempa bumi
c) tornado
d) gunung meletus
e) etc
Nanti bisa dilihat, misalnya untuk daerah yang lebih sering gempa, mana korelasi yang terbukti kuat. Apakah :
1. Kedekatan dengan gunung aktif 2. Kedekatan dengan patahan (major / minor) 3. Kepercayaan mayoritas masyarakatnya 4. Angka kriminalitas penduduknya 5. Etc
Nah udah deh, biarkan data yang berbicara. Korelasinya juga akan terbukti secara scientific.
Kalau mau jadi debat kusir dan asal klaim yang boleh aja, siapa tau emang punya banyak waktu luang.
Tapi kalau gamau buang waktu, cukup ingat Newton’s Flaming Laser Sword.👇🏼
Newton itu religius dalam konteks konvensional, sementara Einstein tidak (setidaknya di masa tuanya).
Tapi preferensi religiusitas (apabila itu dipadankan sebagai KEBAIKAN) antara keduanya sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai KEBENARAN ILMIAH atas teori yg mereka ajukan.
Ini yang penting dipahami :
Harun Yahya SALAH bukan karena dia ketahuan sebagai seseorang yang TIDAK BAIK akibat terjerat masalah hukum yang konyol,
tetapi karena sejak awal tulisan dan videonya itu PSEUDOSCIENCE, tak ada KEBENARAN ILMIAH di dalamnya.
1. Droplet kecil : ada di sirkulasi udara tertutup
2. Droplet besar : bersin / batuk, tidak jaga jarak, tidak pakai masker
3. Sentuhan langsung / tak langsung : pegang benda sembarang, tidak cuci tangan
Atas 3 poin tersebut, maka saya BODOH SEKALI kalau tak ingin tertular tapi melakukan hal berikut :
1. Ada di ruang tertutup dengan orang banyak dalam waktu lama (kantor, public transport, sekolah, apapun)
2. Tidak pakai masker (termasuk buka masker saat kumpul makan-makan)
3. Tidak rajin cuci tangan, apalagi habis sembarang pegang barang (uang misalnya) ngelap hidung, ngupil, ngucek mata, dan perbuatan ceroboh lain yang beri akses VIP untuk virus masuk ke tubuh
4. Kumpul-kumpul, tidak pakai masker, tidak jaga jarak, dan paket kebodohan lainnya
Bagaimana cara untuk selalu konsisten berpikir kritis dan mencegah terjatuh ke logical fallacy?
1. Hitchen’s Razor
”What can be asserted without evidence can be dismissed without evidence”
Kalau ada yg klaim di rumahnya ada makhluk bersayap yg tak bisa dibuktikan eksistensinya dengan cara apapun, klaimnya bisa dibantah tanpa bukti.
Beban pembuktian ada di pembuat klaim.
2. Occam’s Razor
”Simpler explanations are more likely to be correct; avoid unnecessary or improbable assumptions”
Kalau ada orang habis mabuk mengklaim dirinya diculik alien, penjelasan “sederhana” bahwa ia berhalusinasi saat mabuk lebih mungkin benar daripada benar ada alien.
Film dokumenter Sexy Killers memantik diskusi menarik tentang PLTU Batubara.
Terlepas dari persoalan kepentingan politik praktis, bagaimana sebenarnya pembangunan PLTU Batubara dipandang dari ilmu perencanaan pembangkit listrik?
Disclaimer : 1. Walau saya berusaha sederhanakan sedemikian rupa, sampai titik tertentu penjelasan teknokratis akan tetap butuh konsentrasi untuk bisa dipahami 2. Penjelasan ini tidak menyinggung politik praktis, tapi lebih untuk insight policy di sektor ketenagalistrikan
1. Film Sexy Killers mendokumentasikan dampak buruk PLTU Batubara ke sosial dan lingkungan. Sama seperti sektor-sektor lain, tanpa standar dan kontrol yang memadai, tentu hal ini benar.
Kemarin, 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) telah berhasil diambil alih oleh pemerintah Indonesia.
Dan seperti biasa, banyak komentar over-politis both dari yang memuji maupun mengkritik.
Mari kita coba telaah satu per satu dengan seksama
1. "Tuhkan, dulu katanya 51% sudah diambil alih. Kok sekarang diambil alih lagi. Berarti yang dulu HOAX dong!? "
Jul 2018 itu penandatanganan Head of Agreement (HoA), Dec 2018 pembayaran oleh Inalum sehingga saham resmi diambil alih. Memang proses M&A begitu, bukan hoax.
2. "Itu kan emang punya Indonesia, ngapain dibeli!?"
PTFI sebagai entitas bisnis yang punya hak menambang di Grasberg (diberikan di era Presiden Soeharto) BUKAN milik Indonesia, tapi FCX. Ini bukan soal ideologis, tapi fakta. Cek saja di akta perusahaan.