Perbedaan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein Dalam Metode Perjuangan Dzurriyah-nya
Dikatakan bahwa Sayyidina Hasan lebih lembut daripada Sayyidina Husein yang tegas dan lantang.
Namun sebaliknya, keturunan Husein lebih lembut daripada keturunan Hasan.
Seakan seperti terjadi pertukaran. Dalam sejarah, keturunan Hasan bin Ali banyak yang memiliki cara dakwah yang cenderung mengikuti metode sayyidina Husein, lantang dan tegas.
Sedangkan keturunan sayyidina Husein justru mengikuti metode dakwah sayyidina Hasan, lembut dan tenang
Di zaman Hajjaj bin Yusuf, seorang bernama Abdurrahman bin Muhammad al Asyat hendak menggalakkan gerakan perlawanan terhadap Bani Umayyah.
Maka dirinya mengirimkan surat kepada pemuka Bani Alawi saat itu : imam Ali Zainal Abidin bin Husein dan imam Hasan al Mutsanna bin Hasan
Abdurrahman bin Muhammad menawarkan kepemimpinan kepada keduanya untuk memimpin perlawanan terhadap Bani Umayyah.
Imam Ali Zainal Abidin serta merta menolak permintaan tersebut. Karena beliau memiliki jalan perjuangan sendiri berdasarkan ijtihad beliau.
Imam Hasan al Mutsanna pada awalnya memprediksi bahwa Abdurrahman bin Muhammad dan pengikutnya akan berkhianat di kemudian hari. Namun karena desakan yang terus menerus, akhirnya imam Hasan al Mutsanna menerima ajakan tersebut.
Hasan al Mutsanna menerima baiat dari orang-orang yang hendak melakukan perlawanan terhadap Bani Umayyah.
Dan rencananya, jika perlawanan itu berhasil, maka kedudukan Khalifah akan kembali kepada Bani Hasyim, yakni kepada Hasan al Mutsanna.
Konon di antara yang ikut berbaiat kepada Hasan al Mutsanna antara lain : Muhammad bin Sirrin, Sya'bi, Hasan al Basri, dan Abdurrahman bin Abi Laila.
Namun setelah Abdurrahman bin Muhammad meninggal dan kelompoknya tidak mampu mengalahkan Bani Umayyah, Hasan al Mutsanna terpaksa keluar dari Madinah. Pada akhirnya Hasan al Mutsanna wafat karena diracun. Jenazah beliau dipulangkan ke Madinah dan dimakamkan di Baqi'.
Di zaman selanjutnya, yakni di zaman Muhammad al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein
Pemuka Bani Hasyim dari keturunan sayyidina Hasan bin Ali yang dipimpin Abdullah al Mahdh melanjutkan metode perjuangan yang dilakukan sayyidina Husein.
Abdullah al Mahdh dan saudara-saudaranya secara terang-terangan mengkampanyekan untuk melawan Bani Umayyah melalui revolusi.
Memang benar di zaman Abdullah al Mahdh, Bani Umayyah berhasil digulingkan. Namun setelahnya, mereka yang pada awalnya menjadi pendukung Abdullah al Mahdh melakukan pengkhianatan, dan mengambil secara sepihak atas khilafah.
Bani Abbas berkuasa atas khilafah, sedangkan Abdullah al Mahdh dan saudara-saudaranya dipenjara oleh Manshur al Abbasi hingga meninggal.
Tidak demikian dengan imam Muhammad al Baqir. Beliau lebih memilih jauh dari politik apalagi revolusi.
Beliau lebih fokus berjuang melalui dakwah menyebarkan ilmu.
Berlanjut di zaman imam Muhammad an Nafsu az Zakiyyah bin Abdullah dan imam Ja'far ash Shadiq
Imam Muhammad an Nafsu kembali meneruskan metode perjuangan sayyidina Husein. Beliau oleh para pengikut imam Abdullah al Mahdh didaulat sebagai Khalifah tandingan bagi Manshur al Abbasi
Mereka pun meminta imam Ja'far ash Shadiq untuk menemui imam Muhammad an Nafsu az Zakiyyah untuk berbaiat.
Imam Ja'far ash Shadiq datang menemui imam Muhammad an Nafsu az Zakiyyah. Namun beliau tidak berkenan untuk berbaiat.
Imam Ja'far ash Shadiq lebih memilih jalan perjuangan sebagaimana jalan perjuangan imam Muhammad al Baqir.
Pada akhirnya, imam Muhammad an Nafsu az Zakiyyah wafat dalam penyerbuan Madinah. Kepala beliau dipenggal.
Sedangkan imam Ja'far ash Shadiq terus berdakwah tanpa banyak bermasalah dengan khilafah, murid-murid beliau banyak. Dan melalui murid-murid beliau, ilmu agama semakin tersebar luas sampai sekarang
Berlanjut di zaman imam Musa al Kazhim bin Ja'far.
Di zaman beliau, salah seorang keturunan sayyidina Hasan bin Ali, bernama Husein Syahid Fakh bin Ali al 'Abid, dibaiat oleh para pengikutnya untuk melakukan perlawanan fisik kepada Khalifah Musa al Hadi al Abbasi.
Beliau pun mengajak imam Musa al Kazhim bin Ja'far ash Shadiq untuk membaiat.
Namun imam Musa al Kazhim tidak berkenan dan lebih memilih jalan perjuangan sebagaimana jalan perjuangan Ayahnya imam Ja'far ash Shadiq.
Pada akhirnya Husein Syahid Fakh bin Ali al 'Abid meninggal dengan cara dipenggal.
Sedangkan imam Musa al Kazhim terus berdakwah menyebarkan ilmu, bersama murid-murid beliau yang banyak jumlahnya.
Perjuangan semacam itu terus berlanjut di luar Hijaz.
Para keturunan sayyidina Hasan bin Ali lebih cenderung banyak menggunakan metode fisik sedangkan keturunan sayyidina Husein bin Ali cenderung lebih memilih metode dakwah melalui pembelajaran.
Seperti para walisongo dan para Habaib yang tersebar di Nusantara
Semoga bermanfaat🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ada sebuah riwayat "asbabul wurud" (sebab munculnya hadist) Memandang Wajah Orang Tua Adalah Ibadah
Pada suatu pagi Ali bin Abi Thalib seperti biasa pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat jama'ah subuh bersama Rasulullah. Tiba-tiba di tengah jalan ada seorang laki-laki yg sudah lanjut usia, rambutnya sudah putih. Menurut perasaan Ali, laki-laki itu akan pergi ke masjid.
Dengan rasa ta'zhir (adab yg luhur) dan penuh kasih Ali berjalan di belakangnya, tidak tega mendahuluinya. Ketika sampai di depan masjid, Ali terperanjat. Ternyata laki-laki tua itu tidak masuk masjid, terus jalan. Dan ternyata dia adalah seorang Nasrani.
Salah satu kisah terkenal,
percakapan antara Harun ar Rasyid dengan Bahlul sebagai berikut :
“Bahlul,
kapan kau akan sembuh dari kegilaanmu?
Kuberi tempat di istana,
kau malah tidur di kuburan.”
Ujar harun menghardik.
“Aku takut dikategorikan orang lupa, sebagaimana sabda junjungan kita Nabi Muhammad Saw :
“yuhibbunal qusur wa yansaunal qubur”.
“Cinta istana, lupa astana”.
“Lagi pula,
yang gila itu siapa?
Aku atau engkau?”
“Kurasa engkaulah yang gila.
Gila harta, gila kekuasaan,
dan gila-gila lainnya yg menjauhkan engkau dari akhirat, karena tenggelam
dalam kesenangan duniawi,”jawab Bahlul.
Ahlussunnah Asyariyah :
ALLAH TIDAK MEMERLUKAN TEMPAT
Jahmiyah :
ALLAAH BERTEMPAT DI MANA MANA SETIAP TEMPAT
Salafiyah (Wahabi):
ALLAH BERTEMPAT DI ATAS LANGIT DI ATAS ARASY (Aqidah Fir’un)
Kita berakidah Ahlussunnah Asyariyah.👇🏿
Selain mrk mengikuti aqidah perawi mualaf yakni aqidah Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami yg ketika meriwayatkan kisah budak Jariyah baru masuk Islam, pada kenyataannya ada pula yg mengaku-ngaku mengikuti manhaj Salaf namun mrk menggunakan perkataan Fir'aun sebagai dalil aqidah mrk
Mereka mengatakan bahwa Nabi Musa alahissalam yang memberitahu Fir’aun bahwa Tuhan berada atau bertempat di langit sehingga Fir’aun minta dibuatkan bangunan yang tinggi untuk melihat Tuhannya Nabi Musa.
Aku berkata (Ummu Salamah) : "Wahai Rasulullah ﷺ, manakah yang lebih mulia antar wanita dunia atau bidadari surga?
Rasulullah ﷺ menjawab : "Wanita dunia lebih utama daripada bidadari surga, seperti halnya keutamaannya bagian luar dari pakaian dibandingkan bagian dalam dari pakaian tersebut".
Aku berkata (Ummu Salamah) : "Dengan sebab apa wahai Rasulullahﷺ, wanita dunia lebih utama dibandingkan bidadari surga ?
Nabi memerintahkan Jamil bin Suraqah untuk berdiri menjaga anjing dan anak-anaknya agar tidak diganggu oleh pasukan.
(Syekh Sholihi Asy-Syami, Subul Al-Huda wa Rasyad, 5/212)
Menyayangi Burung
Kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam perjalanan, Nabi berangkat untuk keperluan beliau. Kami menemukan burung kecil dengan dua anaknya. Lalu kami ambil keduanya. Ternyata induk burung mengepak-epakkan kedua sayapnya.
Dalam kitab Ma Dza fi Sya’ban? karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
menyebutkan tiga peristiwa penting yang berimbas
pada kehidupan beragama seorang Muslim.
1. PERALIHAN KIBLAT
Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban.
Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144
dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat
Abu Hatim Al-Basti
Mengatakan bahwa Allah subhaanahu wata'aala memerintahkan
Nabi Muhammad shollallaahu 'alaihi wasalam untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban
yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.