Salah satu kisah terkenal,
percakapan antara Harun ar Rasyid dengan Bahlul sebagai berikut :
“Bahlul,
kapan kau akan sembuh dari kegilaanmu?
Kuberi tempat di istana,
kau malah tidur di kuburan.”
Ujar harun menghardik.
“Aku takut dikategorikan orang lupa, sebagaimana sabda junjungan kita Nabi Muhammad Saw :
“yuhibbunal qusur wa yansaunal qubur”.
“Cinta istana, lupa astana”.
“Lagi pula,
yang gila itu siapa?
Aku atau engkau?”
“Kurasa engkaulah yang gila.
Gila harta, gila kekuasaan,
dan gila-gila lainnya yg menjauhkan engkau dari akhirat, karena tenggelam
dalam kesenangan duniawi,”jawab Bahlul.
Harun ar Rasyid terhenyak mendengar jawaban itu. Tak mampu membantahnya,
karena yang diucapkan Bahlul benar adanya.
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ada sebuah riwayat "asbabul wurud" (sebab munculnya hadist) Memandang Wajah Orang Tua Adalah Ibadah
Pada suatu pagi Ali bin Abi Thalib seperti biasa pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat jama'ah subuh bersama Rasulullah. Tiba-tiba di tengah jalan ada seorang laki-laki yg sudah lanjut usia, rambutnya sudah putih. Menurut perasaan Ali, laki-laki itu akan pergi ke masjid.
Dengan rasa ta'zhir (adab yg luhur) dan penuh kasih Ali berjalan di belakangnya, tidak tega mendahuluinya. Ketika sampai di depan masjid, Ali terperanjat. Ternyata laki-laki tua itu tidak masuk masjid, terus jalan. Dan ternyata dia adalah seorang Nasrani.
Perbedaan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein Dalam Metode Perjuangan Dzurriyah-nya
Dikatakan bahwa Sayyidina Hasan lebih lembut daripada Sayyidina Husein yang tegas dan lantang.
Namun sebaliknya, keturunan Husein lebih lembut daripada keturunan Hasan.
Seakan seperti terjadi pertukaran. Dalam sejarah, keturunan Hasan bin Ali banyak yang memiliki cara dakwah yang cenderung mengikuti metode sayyidina Husein, lantang dan tegas.
Sedangkan keturunan sayyidina Husein justru mengikuti metode dakwah sayyidina Hasan, lembut dan tenang
Di zaman Hajjaj bin Yusuf, seorang bernama Abdurrahman bin Muhammad al Asyat hendak menggalakkan gerakan perlawanan terhadap Bani Umayyah.
Maka dirinya mengirimkan surat kepada pemuka Bani Alawi saat itu : imam Ali Zainal Abidin bin Husein dan imam Hasan al Mutsanna bin Hasan
Ahlussunnah Asyariyah :
ALLAH TIDAK MEMERLUKAN TEMPAT
Jahmiyah :
ALLAAH BERTEMPAT DI MANA MANA SETIAP TEMPAT
Salafiyah (Wahabi):
ALLAH BERTEMPAT DI ATAS LANGIT DI ATAS ARASY (Aqidah Fir’un)
Kita berakidah Ahlussunnah Asyariyah.👇🏿
Selain mrk mengikuti aqidah perawi mualaf yakni aqidah Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami yg ketika meriwayatkan kisah budak Jariyah baru masuk Islam, pada kenyataannya ada pula yg mengaku-ngaku mengikuti manhaj Salaf namun mrk menggunakan perkataan Fir'aun sebagai dalil aqidah mrk
Mereka mengatakan bahwa Nabi Musa alahissalam yang memberitahu Fir’aun bahwa Tuhan berada atau bertempat di langit sehingga Fir’aun minta dibuatkan bangunan yang tinggi untuk melihat Tuhannya Nabi Musa.
Aku berkata (Ummu Salamah) : "Wahai Rasulullah ﷺ, manakah yang lebih mulia antar wanita dunia atau bidadari surga?
Rasulullah ﷺ menjawab : "Wanita dunia lebih utama daripada bidadari surga, seperti halnya keutamaannya bagian luar dari pakaian dibandingkan bagian dalam dari pakaian tersebut".
Aku berkata (Ummu Salamah) : "Dengan sebab apa wahai Rasulullahﷺ, wanita dunia lebih utama dibandingkan bidadari surga ?
Nabi memerintahkan Jamil bin Suraqah untuk berdiri menjaga anjing dan anak-anaknya agar tidak diganggu oleh pasukan.
(Syekh Sholihi Asy-Syami, Subul Al-Huda wa Rasyad, 5/212)
Menyayangi Burung
Kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam perjalanan, Nabi berangkat untuk keperluan beliau. Kami menemukan burung kecil dengan dua anaknya. Lalu kami ambil keduanya. Ternyata induk burung mengepak-epakkan kedua sayapnya.
Dalam kitab Ma Dza fi Sya’ban? karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
menyebutkan tiga peristiwa penting yang berimbas
pada kehidupan beragama seorang Muslim.
1. PERALIHAN KIBLAT
Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban.
Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144
dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat
Abu Hatim Al-Basti
Mengatakan bahwa Allah subhaanahu wata'aala memerintahkan
Nabi Muhammad shollallaahu 'alaihi wasalam untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban
yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.