Kita sering mendengar para muballigh (penceramah) yg mengatakan bahwa ada amal yg bermanfaat bagi seseorang setelah kematiannya, tiga perkara:
"Sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang mendoakannya".
Hal tersebut berdasarkan hadits :
"Jika manusia mati maka terputuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang mendoakannyaโ
(Hr Bukhari, Muslim)
Padahal, hadits tersebut hanyalah sekedar "menyebut jumlah", tidak bermaksud membatasi hanya pada tiga amal tsb. Dalam hadits-hadits lain, kita akan temukan bahwa selain tiga amal tersebut, masih banyak amal lain yg tetap mengalir kepada orang yg sudah mati setelah kematiannya.
Dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah bersabda : "Ada 4 golongan yang senantiasa mengalir pahala kepada mereka setelah meninggal dunia yaitu, orang yang berjaga untuk berjihad di jalan Allah, orang yang mengajarkan ilmu, orang yang bersedekah jariah,
dan orang yang meninggalkan anak shalih yang berdoa untuknyaโ.
(Hr Ahmad).
Dari Jarir bin Abdullah secara marfuโ(setiap hadits yang disandarkan kepada Nabi baik perkataan, perbuatan, dll..)
Bahwa Rasulullah bersabda : "Barangsiapa yang merintis suatu tradisi yang baik, maka ia mendapatkan pahala rintisan tersebut dan setelah ia meninggal dunia
ia mendapatkan pula pahala orang yang melanjutkan tradisi baik tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melanjutkan tradisi tersebut. Barangsiapa yang merintis suatu tradisi yang jelek,maka ia mendapatkan dosa rintisan tersebut dan setelah ia meninggal dunia
ia mendapatkan pula dosa orang yang melanjutkan tradisi jelek tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melanjutkan tradisi tersebut".
(Hr Muslim)
Dari Abu Saโid al Khudry secara marfu Rasulullah saw bersabda : "โBarangsiapa yang mengajarkan satu ayat dari Kitabullah atau satu pembahasan dari suatu ilmu, maka akan mengembangkan pahalanya sampai hari Kiamatโ
(Hr Ibnu Asakir)
Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya di antara amal kebaikan orang beriman yang akan mengalir kepadanya setelah kematiannya adalah: ilmu yang disebarluaskannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushaf al Quran yang diwariskannya,
masjid yang dibangunnya, rumah singgah yang dibangunnya untuk ibnu sabil (musafir), sungai yang dialirkannya, sedekah yang dikeluarkannya semasa sehatnya. Semua itu akan mengalir baginya setelah kematiannyaโ".
(Hr lbnu Majah, Ibnu Khuzaimah)
Anas bin Malik menuturkan bahwa Rasulullah bersabda :
"Ada 7 hal yang pahalanya terus mengalir kepada seorang hamba setelah kematiannya dan ia berada di kuburnya, yaitu: orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai, menggali/membuat sumur, menanam pohon kurma,
membangun masjid, mewariskan mushaf al-Quran, dan meninggalkan anak yang memohonkan ampunan baginya setelah kematiannyaโ
( Abu Nuโaim)
Tsauban menuturkan bahwa Rasulullah bersabda : "Dulu aku pernah melarang kalian melakukan ziarah kubur, maka sekarang lakukan ziarah kubur. Jadikan ziarah kubur kalian itu sebagai kesempatan untuk mendoakan mereka sekaligus permohonan ampunan bagi mereka".
(Hr at Thabrani)
Jika kita gabungkan informasi semua hadits tersebut, maka kita dapatkan bahwa ada 13 amal yang pahalanya tetap mengalir setelah kematian, sebagai berikut:
1. Sedekah jariah 2. Ilmu yg bermanfaat buat orang lain 3. Doa (permohonan ampun) anak setelah kematian seseorang.
4. Berjaga untuk jihad di jalan Allah. 5. Merintis suatu tradisi yang baik. 6. Pelestarian tradisi yang baik oleh generasi berikut. 7. Mewariskan mushaf al-Quran. 8. Membangun masjid. 9. Membangun rumah singgah untuk ibnu sabil. 10. Mengalirkan sungai. 11. Membuat sumur.
12. Menanam pohon kurma (atau pohon lain yang buahnya/hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain atau binatang) 13. Doa dan permohonan ampun dari peziarah kubur kepada penghuni kubur.
Jadi, amal yang pahalanya akan terus mengalir setelah kematian bukan hanya tiga.
(Syarh as-Shudur, Imam Jalaluddin as Suyuthi)
ูุงููู ุงุนูู
Semoga bermanfaat ๐๐ฟ๐น
โข โข โข
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Puasa merupakan salah satu amaliah yang di syariatkan baik puasa wajib ataupun sunnah bagi umat muslim yang sudah baliq.
Namun, bagi perempuan yang sedang haid, Islam mengaturnya tak bisa berpuasa.
Mengapa Allah melarang perempuan haid untuk berpuasa.
Ibnu Hajar mengatakan : โLarangan shalat bagi perempuan haid adalah perkara yang telah jelas karena kesucian dipersyaratkan dalam shalat dan perempuan haid tidak dalam keadaan suci.
Sedang shalat Witir yang diletakkan di akhir biasanya 3 rakaat. Shalat Tarawih hukumnya sangat disunnahkan (sunnah muakkadah), lebih utama berjama'ah. Demikian pendapat masyhur yang disampaikann oleh para sahabat dan ulama, namun begitu boleh dilaksanakan sendiri.
Ada beberapa pendapat tentang raka'at shalat Tarawih; ada pendapat yang mengatakan bahwa yaitu boleh dikerjakan dengan 8, 20 atau 36 raka'at.
Pangkal perbedaan awal dalam masalah jumlah raka'at shalat Tarawih adalah pada sebuah pertanyaan mendasar.
Apakah benar dengan berpedoman kepada imsak seseorang bisa masuk neraka! Apakah memang seperti itu hakikat ajaran agama kita atau pemahaman mereka saja yang bermasalah?!
Suatu ketika Sayyidina Umar ra melihat orang yang sholat dan di depannya ada kuburan lalu beliau mengatakan : "awas kuburan, awas kuburan", maksudnya jauhilah menyengaja menghadap kuburan.
Beliau tidak mengatakan engkau telah melakukan hal yang haram, dapat dipahami hal tersebut menjadi "makruh". Kemudian kemakruhan ini akan hilang jika kuburannya tertutup.
Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah bahwa Rasulullah bersabda :
Boleh pakai boleh juga tidak, yang tidak boleh itu yang menyalahkan yang pakai kata sayyidina.
โYang tidak pakai sayyidina berdalil dengan menjalankan hadis Nabi. Sementara yang pakai sayyidina berdalil dengan adabโ.
Memang benar Nabi mengajarkan bacaan tasyahud kepada Sahabat tanpa kata sayyidina, karena "Ketawadhu annyaโ dan tidak suka berbangga diri.
Ini dilihat dari sisi Nabi loh ya.
Kalau dilihat dari sisi kita sebagai "umatnya" maka wajib bagi kita bersopan santun dan menghormati beliau saat menyebut namanya sebagaimana firman Allah Qs An Nur 63: