Meski tampak hanya seperti goresan tipis, guratan itu memberi warna. Memperindah lukisan penuh warna diatas kanvas gambar bernama Indonesia.
Dalam nada dan harmoni dia berkarya dan kita dibuatnya senang. Dalam karya, dia hadir dan memberi warna sejuk kita sebagai sebuah bangsa harmonis.
Addie MS dalam totalitasnya sebagai musisi berhasil membangkitkan nasionalisme kita dengan mencoba "mengaransemen" ulang lagu-lagu perjuangan bangsa ini.
Bukan merubah, dia mempercantik lagu-lagu itu dengan kebaruan harmoni. Elegan atmosfir serta merta kita rasakan hadir dalam orkestrasinya.
Dia menggoreskan warna dirinya diatas kanvas keindonesiaan kita.
Pada peristiwa yang lain, warna gelap sebagai duka kita dapatkan. Bukan warna kita ingin itu hadir sebagai goresan kuas pada lukisan Indonesia kita, Tuhan berkehendak. Semesta meminta.
Sang Khalik penguasa alam semesta baru saja menetapkan sebuah peristiwa sebagai goresan tertampak berwarna gelap pada lukisan kita dan kita tak mengerti kenapa itu harus terjadi?
Nanggala 402 dengan 53 awaknya hilang dan duka kita menyeruak dalam rasa tak percaya. Tak ada jawab selain tanya mengapa?
Seperti mendung yang berakhir hujan, duka meledak dalam tangis dan derai air mata tak kuasa tertahan. Anak, istri dan orang tua larut dalam nestapa.
Solider kita sebagai saudara sebangsa hanya mampu berharap mereka tabah.
Mereka, 53 prajurit Sapta Marga itu adalah PAHLAWAN. Bila benar mereka telah gugur, itu bukti pengabdian tertinggi pada pertiwi. Itu janji dan sumpah setia mereka sebagai benteng penjaga NKRI.
Mereka adalah kebanggan kita.
Bukan warna gelap sebagai aura sedih pada goresan lukisan keindonesiaan itu harus kita maknai, itu gradasi sebagai estetika sekaligus keindahan.
Warna yang bermakna keluhuran dimana bukan indra semata mampu menilai, dia memberi hidup pada lukisan itu. Dia menjadi dan memberi jiwa.
Hormat dan takjub hati ini pada para patriot bangsa Pahlawan Penjaga Laut kita. Kami tunduk dan bangga.
Duka mendalam kami sampaikan bagi para istri, anak, orang tua dan handai taulan yang ditinggalkannya. Percayalah, surga telah menanti mereka yang gugur dan nama harum terpatri dalam tinta emas sejarah bangsa ini.
Bila semboyan korp kapal selam "TABAH SAMPAI AKHIR" pernah mereka ikrakan, TABAH SAMPAI AKHIR yang sama BAGI KELUARGANYA pasti berlaku. Semoga keluarga diberi ketabahan. 🙏🙏
Semoga lagu Indonesia Pusaka ciptaan Izmail Marzuki yang di aransemen ulang @AddieMS dan dinyanyikan oleh almarhum Utha Likumahua dalam iringan Twilite Orchestra di Sydney Opera House, 2009 ini memberi jawab atas duka kita.
.
.
AWAK KAPAL SELAM KRI NANGGALA 402|
.
.
.
.
Kiranya berkenan RT untuk menghormati & support keluarga para penjaga negara.
.
.
1. Letkol Laut (P) Heri Oktavian 2. Mayor Laut (P) Eko Firmanto 3. Mayor Laut (T) Wisnu Subiyantoro 4. Kapten Laut (E) Yohanes Heri
5. Kapten Laut (P) I Gede Kartika 6. Lettu Laut (P) Muhadi 7. Lettu Laut (P) Ady Sonata 8. Lettu Laut (P) Imam Adi 9. Lettu Laut (T) Anang Sutriatno 10. Letda Laut (E) Adhi Laksmono 11. Letda Laut (P) Munawir 12. Letda Laut (T) Rhesa Tri 13. Letda Laut (T) Rintoni
14. Letda Laut (P) M Susanto 15. Serka Bah Ruswanto 16. Sertu Bah Yoto Eki Setiawan 17. Sertu Ttu Ardi Ardiansyah 18. Sertu Kom Achmad Faisal 19. Sertu Kom Willy Ridwan Santoso 20. Sertu Eko M Rusdiyansyah 21. Sertu Eki Ryan Yogie Pratama 22. Sertu Mes Dedi Hari Susilo
HINGGA SAAT INI | kapal selam Nanggala 402 yang hilang di utara Bali masih belum ditemukan. Tak ada yang dapat kita lakukan sebagai warga negara selain berdoa. Doa kita dinanti...
Beliau-beliau yang berada di dalam kapal selam itu adalah saudara-saudara kita. Lebih dari itu, ke 53 prajurit itu adalah juga benteng perkasa pembela NKRI prajurit sapta marga. Mereka penjaga sekaligus patriot bangsa garda terdepan bagi segala ancaman persatuan bangsa ini.
Hanya waktu sebagai jarak. Oksigen diperlukan bagi keselamatan semakin menipis. Konon, hanya sampai pada Sabtu pukul 0.3 dinihari saja udara bagi nafas itu masih tersedia. Itu hanya tinggal beberapa jam saja. Adakah kajaiban masih hadir?
Optimis kita bersama sebagai bangsa sedang diaduk-aduk. Dibuat seolah tak berasal dari pikiran waras dan masuk akal hingga julukan "halu" mereka sematkan pada rasa optimis kita.
Bahwa benar negara kita memiliki garis pantai terpanjang nomor 2 di dunia, luas ZEE kita pun terbesar nomor 6, luas daratan pada urutan nomor 13 dan jumlah penduduk terbesar pada urutan 4 di dunia tak mereka perhitungkan.
Belum tentang besarnya potensi sumber daya alam di dalam perut bumi kita.
Melihat potensi dan data yang ada, menjadi salah satu negara terkaya di dunia seharusnya bukan sesuatu yang mustahil. Bahkan, itu harus!!
Pada Kamis (16/7/2020) melalui unggahan videonya, Gus Miftah tampak datang ke Kantor Balai Kota Provinsi DKI Jakarta. Mengenakan masker, keduanya ngobrol santai.
"Saya hari ini bersama Mas Anies. Njenengan iki (Anda ini) Arab apa Jawa sih mas?" tanya Gus Miftah yang memakai blangkon hitam berstrip hijau.
"Wong Yogjo (Orang Yogya) senengane gudeg (hobinya makan gudeg)," jawab Anies dengan logat Jawa Jogja yang kental.
Unggahan itu cepat menuai reaksi.
Menjadi pribumi memang dibutuhkan ketika ingin nyapres meski tak ada aturan tertulis atas hal tersebut. Itu lebih tampak seperti demi mendapat dukungan.
Tanpa pengawalan berarti, presiden Jokowi berkunjung ke rumah BTP alias Ahok saat mantan Gubernur yang saat ini menjabat sebagai Komut Pertamina merayakan natalan dirumahnya.
"Selamat natal pak Ahok...." sapa presiden sambil mengulurkan tangannya."
"Ampun deh... presiden sempet-sempetnya datang kerumah gue....jadi ga enak nich"
Itulah Ahok, ketika protokoler sudah lepas, keakraban langsung menjadi kesehariannya.
Lo, gue sebagai cara dia berbincang sudah otomatis meluncur bebas dari mulutnya.
"Masuk, masuk pak.....!!" Sambil tergopoh Ahok menarik tangan preaiden yang tadi menyalaminya.
"Sudah kemana aja pak?"
"Ya cuma kesini aja to pak Ahok.... masa kerumah bu Vero...😂😂?"