OLEH NATALIUS PIGAI | Prabowo dinilai sebagai satu-satunya menteri yang bekerja. Yang lain hanya main game.
"Tepatkah?"
Sebagai Menhan, kita tak banyak dengar suaranya manakala marak teroris melakukan tindakan teror di negeri ini.
Bahkan saat kapal selam Nanggala 402 tenggelam pun beliau tak juga kita dengar suaranya.
Yang terakhir, itu terkait langsung dengan tupoksi Menhan. Alutsista adalah salah satu hal pokok yang menjadi domain Menhan.
"Kenapa dia diam saja?"
Bukankah kerja adalah tentang kegiatan melakukan sesuatu? Bukankah kerja bukan tentang ribut suara keluar dari mulut?
TNI adalah satu-satunya militer di dunia yang dalam pendidikannya menyertakan pelajaran atau teknik perang gerilya.
Gerilya identik dengan senyap, dan Prabowo adalah Jendral, dia paham akan hal itu.
Prabowo tak banyak bicara. Dia bekerja keras dengan caranya. Dalam diamnya, isu seorang kader PKS diboyong dan didudukkan di kursi salah satu direktur di PT PAL tiba-tiba kita dengar.
Bila benar, tampak di sana bahwa sang Menteri BUMN Erick Thohir pun dibuat tak berkutik di kandangnya sendiri. Di wilayah kekuasaannya dia di buat tak berdaya oleh orang yang kita anggap diam tak bekerja, dan isunya bahkan Presiden harus turun tangan.
Erick Thohir pun menyerah kalah. Itu apa yang kita dengar.
.
.
"Beneran itu atas desakan Prabowo?"
Itu lebih banyak unsur spekulatifnya ketimbang logis. Yang jelas ada 3 nama dalam isu itu dibuat muncul yakni Erick Thohir, Prabowo dan Presiden yang menengahi hal itu.
Atas peran siapa sehingga kader PKS dapat duduk di sana, penting bagi kita mecarinya.
Menjadi sangat urgent adalah makna "kecolongan" itu sendiri, seorang yang berasal dari partai pendukung ormas terlarang dan sekaligus partai tak ramah pada Presiden masuk dalam lingkaran pemerintah.
Itu memunculkan banyak spekulasi. Bagus bila hanya kecolongan dalam arti sebenarnya, hal itu masih dapat dengan mudah segera dianulir. Namun bagaimana bila itu adalah narasi dibuat seolah bahwa pemerintahan Jokowi telah tunduk pada tekanan?
Atau, memang benar adanya bahwa pemerintahan Jokowi telah kalah?
Itu harus dijawab sebelum menjadi liar.
"Siapa dapat menjawab?"
Masa Pigai? Blak-blakannya lebih banyak mengandung unsur mistis dibanding realitas sebuah fakta.
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Meski tampak hanya seperti goresan tipis, guratan itu memberi warna. Memperindah lukisan penuh warna diatas kanvas gambar bernama Indonesia.
Dalam nada dan harmoni dia berkarya dan kita dibuatnya senang. Dalam karya, dia hadir dan memberi warna sejuk kita sebagai sebuah bangsa harmonis.
Addie MS dalam totalitasnya sebagai musisi berhasil membangkitkan nasionalisme kita dengan mencoba "mengaransemen" ulang lagu-lagu perjuangan bangsa ini.
AWAK KAPAL SELAM KRI NANGGALA 402|
.
.
.
.
Kiranya berkenan RT untuk menghormati & support keluarga para penjaga negara.
.
.
1. Letkol Laut (P) Heri Oktavian 2. Mayor Laut (P) Eko Firmanto 3. Mayor Laut (T) Wisnu Subiyantoro 4. Kapten Laut (E) Yohanes Heri
5. Kapten Laut (P) I Gede Kartika 6. Lettu Laut (P) Muhadi 7. Lettu Laut (P) Ady Sonata 8. Lettu Laut (P) Imam Adi 9. Lettu Laut (T) Anang Sutriatno 10. Letda Laut (E) Adhi Laksmono 11. Letda Laut (P) Munawir 12. Letda Laut (T) Rhesa Tri 13. Letda Laut (T) Rintoni
14. Letda Laut (P) M Susanto 15. Serka Bah Ruswanto 16. Sertu Bah Yoto Eki Setiawan 17. Sertu Ttu Ardi Ardiansyah 18. Sertu Kom Achmad Faisal 19. Sertu Kom Willy Ridwan Santoso 20. Sertu Eko M Rusdiyansyah 21. Sertu Eki Ryan Yogie Pratama 22. Sertu Mes Dedi Hari Susilo
HINGGA SAAT INI | kapal selam Nanggala 402 yang hilang di utara Bali masih belum ditemukan. Tak ada yang dapat kita lakukan sebagai warga negara selain berdoa. Doa kita dinanti...
Beliau-beliau yang berada di dalam kapal selam itu adalah saudara-saudara kita. Lebih dari itu, ke 53 prajurit itu adalah juga benteng perkasa pembela NKRI prajurit sapta marga. Mereka penjaga sekaligus patriot bangsa garda terdepan bagi segala ancaman persatuan bangsa ini.
Hanya waktu sebagai jarak. Oksigen diperlukan bagi keselamatan semakin menipis. Konon, hanya sampai pada Sabtu pukul 0.3 dinihari saja udara bagi nafas itu masih tersedia. Itu hanya tinggal beberapa jam saja. Adakah kajaiban masih hadir?
Optimis kita bersama sebagai bangsa sedang diaduk-aduk. Dibuat seolah tak berasal dari pikiran waras dan masuk akal hingga julukan "halu" mereka sematkan pada rasa optimis kita.
Bahwa benar negara kita memiliki garis pantai terpanjang nomor 2 di dunia, luas ZEE kita pun terbesar nomor 6, luas daratan pada urutan nomor 13 dan jumlah penduduk terbesar pada urutan 4 di dunia tak mereka perhitungkan.
Belum tentang besarnya potensi sumber daya alam di dalam perut bumi kita.
Melihat potensi dan data yang ada, menjadi salah satu negara terkaya di dunia seharusnya bukan sesuatu yang mustahil. Bahkan, itu harus!!
Pada Kamis (16/7/2020) melalui unggahan videonya, Gus Miftah tampak datang ke Kantor Balai Kota Provinsi DKI Jakarta. Mengenakan masker, keduanya ngobrol santai.
"Saya hari ini bersama Mas Anies. Njenengan iki (Anda ini) Arab apa Jawa sih mas?" tanya Gus Miftah yang memakai blangkon hitam berstrip hijau.
"Wong Yogjo (Orang Yogya) senengane gudeg (hobinya makan gudeg)," jawab Anies dengan logat Jawa Jogja yang kental.
Unggahan itu cepat menuai reaksi.
Menjadi pribumi memang dibutuhkan ketika ingin nyapres meski tak ada aturan tertulis atas hal tersebut. Itu lebih tampak seperti demi mendapat dukungan.
Tanpa pengawalan berarti, presiden Jokowi berkunjung ke rumah BTP alias Ahok saat mantan Gubernur yang saat ini menjabat sebagai Komut Pertamina merayakan natalan dirumahnya.
"Selamat natal pak Ahok...." sapa presiden sambil mengulurkan tangannya."
"Ampun deh... presiden sempet-sempetnya datang kerumah gue....jadi ga enak nich"
Itulah Ahok, ketika protokoler sudah lepas, keakraban langsung menjadi kesehariannya.
Lo, gue sebagai cara dia berbincang sudah otomatis meluncur bebas dari mulutnya.
"Masuk, masuk pak.....!!" Sambil tergopoh Ahok menarik tangan preaiden yang tadi menyalaminya.
"Sudah kemana aja pak?"
"Ya cuma kesini aja to pak Ahok.... masa kerumah bu Vero...😂😂?"