Nabi Muhammad Saw. pernah bertanya kepada para sahabat tentang mati syahid. Para sahabat menjawab bahwa orang yang mati syahid adalah orang yang mati di medan perang di jalan Allah (fi sabilillah).
Nabi lantas menyatakan, “Kalau seperti itu, berarti sedikit sekali umatku yang mendapatkan status mati syahid.”
Nabi lalu bersabda:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena wabah (tho’un), orang yang mati karena sakit perut (internis), orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari).
Hadis ini menjelaskan lima penyebab orang mendapatkan status mati syahid. Soal mati syahid ini, para ulama membagi menjadi tiga: mati syahid dunia-akhirat, mati syahid dunia saja, dan mati syahid akhirat saja.
Status mati syahid dunia-akhirat didapat oleh orang yang berjuang (perang) di jalan Allah dan niatnya hanya untuk Allah.
Status mati syahid dunia didapatkan oleh orang yang beperang di jalan Allah, tapi niatnya bukan untuk Allah, melainkan untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti harta rampasan perang.
Status mati syahid akhirat saja didapatkan oleh orang yang mati disebabkan oleh empat hal yang disebut dalam hadis di atas, selain mati karena berperang di jalan Allah.
Makna mati syahid, menurut pada ulama, adalah jaminan mati dalam keadaan husnul khatimah. Mereka akan masuk surga tanpa dihisab, bahkan semua dosanya langsung diampuni.
Dalam satu hadis ditegaskan bahwa orang yang mati syahid disaksikan oleh para malaikat bahwa ia mati dalam keadaan husnul khatimah.
Demikianlah sekilas info tentang mati syahid.
Selamat malam...
“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena wabah (tho’un), orang yang mati karena sakit perut (internis), orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari).
Hadis ini menjelaskan lima penyebab orang mendapatkan status mati syahid. Soal mati syahid ini, para ulama membagi menjadi tiga: mati syahid dunia-akhirat, mati syahid dunia saja, dan mati syahid akhirat saja.
Status mati syahid dunia-akhirat didapat oleh orang yang berjuang (perang) di jalan Allah dan niatnya hanya untuk Allah.
Status mati syahid dunia didapatkan oleh orang yang beperang di jalan Allah, tapi niatnya bukan untuk Allah, melainkan untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti harta rampasan perang.
Status mati syahid akhirat saja didapatkan oleh orang yang mati disebabkan oleh empat hal yang disebut dalam hadis di atas, selain mati karena berperang di jalan Allah.
Makna mati syahid, menurut pada ulama, adalah jaminan mati dalam keadaan husnul khatimah. Mereka akan masuk surga tanpa dihisab, bahkan semua dosanya langsung diampuni.
Dalam satu hadis ditegaskan bahwa orang yang mati syahid disaksikan oleh para malaikat bahwa ia mati dalam keadaan husnul khatimah.
Demikianlah sekilas info tentang mati syahid.
Selamat malam....
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dulu, berhala itu berupa patung-patung. Islam sangat mengharamkan pemberhalaan. Pelakunya bahkan dihukum sebagai musyrik: dosanya tdk terampuni. Kenapa demikian? Apakah karena Allah merasa tersaingi oleh berhala? Apakah kekuasan Allah terkurangi oleh adanya pemberhalaan?
Tidak sama sekali! Seandainya seluruh manusia menyembah berhala, Allah tetap mahakuasa, mahakaya, maha sempurna dan maha-maha lainnya. Lantas kenapa Allah melarang keras pemberhalaan? Jawabnya sederhana: karena Allah ingin manusia pintar.
Allah ingin manusia cerdas dan bermartabat. Manusia tidak boleh menjatuhkan martabatnya dengan memuja sesuatu yang bersifat material. Hanya Allah yang pantas dipuja. Zat imaterial, yang memuja dan memikirkan-Nya justru membuat manusia menjadi cerdas dan bermartabat
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya tersesa t karena ia meninggalkan ilmu pengetahuan; dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka, mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jatsiyah: 23).
عن أبي سعيد قال اعتكف رسول الله صلى الله عليه وسلم في المسجد فسمعهم يجهرون بالقراءة فكشف الستر وقال ألا إن كلكم
مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
“Dari Abu Said Al-Khudri, ia bercerita bahwa Rasulullah SAW sedang itikaf di masjid. Di tengah itikaf ia mendengar mereka (jamaah) membaca Al-Quran dengan suara kencang.
Rasulullah kemudian menyingkap tirai dan berkata, ‘Ketahuilah, setiap kamu sedang bermunajat kepada Tuhan. Jangan sebagian kalian menyakiti sebagian yang lain.
Dalam semiologi (Ferdinand de Saussure) atau semiotika (Peirce) tanda dibagi menjadi tiga, yaitu ikon, indeks dan simbol. Pembagian ini pertama kali dipetakan oleh Charles Sanders Peirce (w. 1914), filsuf berkebangsaan Amerika.
Pembagian ini didasarkan pada obyek yang ditandai (signified, petanda) oleh penanda (signifier).
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda terbentuk atas dasar kemiripan. Ikon merupakan tanda yang paling sederhana karena ikon hanya menampilkan kembali obyek yang ditandai. Contoh ikon yang paling mudah adalah poto wajah kita.
Rasulullah Saw. bersabda, “Ucapan terbaik adalah Kitab Allah. Petunjuk terbaik adalah petunjuk Muhammad. Perkara yang paling buruk adalah perkara yang diada-adakan.
Setiap perkara yang diada-adakan adalah bidah. Setiap bidah adalah sesat.
Dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. (HR. Al-Nasa’i).
Secara pribadi saya sudah tidak tertarik dengan pembahasan tentang bid’ah. Bagi saya hal ini seharusnya sudah kita selesaikan sejak berabad-abad yang lalu hingga kita (umat Islam) lebih konsentrasi pada isu-isu kekinian yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Marhaban Ya Ramadhan. Bulan yang sangat istimewa; sarana menuju ketakwaan, rahmat, ampunan, terhindar dari api neraka, Lailatul Qadar, turunnya Al-Quran, berlipatgandanya pahala kebaikan, dan peluang mendapatkan tempat di surga.
Setiap orang beriman pasti bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dalam kitab Durrotun Naasihiin disebutkan, “Barangsiapa gembira karena Ramadhan, Allah haramkan jasadnya masuk neraka.”
Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)