Dulu, berhala itu berupa patung-patung. Islam sangat mengharamkan pemberhalaan. Pelakunya bahkan dihukum sebagai musyrik: dosanya tdk terampuni. Kenapa demikian? Apakah karena Allah merasa tersaingi oleh berhala? Apakah kekuasan Allah terkurangi oleh adanya pemberhalaan?
Tidak sama sekali! Seandainya seluruh manusia menyembah berhala, Allah tetap mahakuasa, mahakaya, maha sempurna dan maha-maha lainnya. Lantas kenapa Allah melarang keras pemberhalaan? Jawabnya sederhana: karena Allah ingin manusia pintar.
Allah ingin manusia cerdas dan bermartabat. Manusia tidak boleh menjatuhkan martabatnya dengan memuja sesuatu yang bersifat material. Hanya Allah yang pantas dipuja. Zat imaterial, yang memuja dan memikirkan-Nya justru membuat manusia menjadi cerdas dan bermartabat
Bahkan, memuja dan fanatik terhadap nabi dan rasul pun dilarang oleh Islam. Pada peristiwa perang Uhud, diisukan bahwa Nabi Muhammad Saw. terbunuh. Maka, ada sebagian orang yang murtad. Mereka berpikir: masa' Nabi mati? Berarti Tuhannya Muhammad tidak membantunya.
Ketika mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad terbunuh, ada sebagian orang berkata, "yang benar-benar utusan (rasul) adalah Abdullah bin Ubay." (Lih. Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari).
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran: 144).
Jangan pernah kau puja-puja manusia. Karena, di balik pemujaan pasti ada kebodohan dan kerendahan. Tapi, entah: karena kebodohan kemudian terjadi pemberhalaan atau karena pemberhalaan kemudian terjadi kebodohan? Jadi begitu, Son. Paham ora?...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Orang yg bilang amaliah teror itu settingan tdk empati kepada korban, dan jg tidak hormat kepada peneliti dan pekerja kemanusiaan. Adik saya,
Syafiq Syeirozi, kerja di NGO. Kerja utamanya menyembuhkan luka batin penyintas.
Terapinya, antara lain, mempertemukan dengan pelaku. Kerjaannya tiap hari masuk dari satu penjara ke penjara, menemui napiter, mempertemukannya dengan korban. Setelah penyintas meluapkan amarahnya, ada sesi haru biru ketika pelaku meminta maaf, dan korban memaafkan.
Ada juga pelaku yang tidak mau meminta maaf karena menganggap aksinya jihad. Perlu beberapa kali sesi lagi untuk sampai pada adegan pelaku minta maaf. Dari proses ini secara simultan berlangsung deradikalisasi.
Nabi Muhammad Saw. pernah bertanya kepada para sahabat tentang mati syahid. Para sahabat menjawab bahwa orang yang mati syahid adalah orang yang mati di medan perang di jalan Allah (fi sabilillah).
Nabi lantas menyatakan, “Kalau seperti itu, berarti sedikit sekali umatku yang mendapatkan status mati syahid.”
Nabi lalu bersabda:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya tersesa t karena ia meninggalkan ilmu pengetahuan; dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka, mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jatsiyah: 23).
عن أبي سعيد قال اعتكف رسول الله صلى الله عليه وسلم في المسجد فسمعهم يجهرون بالقراءة فكشف الستر وقال ألا إن كلكم
مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
“Dari Abu Said Al-Khudri, ia bercerita bahwa Rasulullah SAW sedang itikaf di masjid. Di tengah itikaf ia mendengar mereka (jamaah) membaca Al-Quran dengan suara kencang.
Rasulullah kemudian menyingkap tirai dan berkata, ‘Ketahuilah, setiap kamu sedang bermunajat kepada Tuhan. Jangan sebagian kalian menyakiti sebagian yang lain.
Dalam semiologi (Ferdinand de Saussure) atau semiotika (Peirce) tanda dibagi menjadi tiga, yaitu ikon, indeks dan simbol. Pembagian ini pertama kali dipetakan oleh Charles Sanders Peirce (w. 1914), filsuf berkebangsaan Amerika.
Pembagian ini didasarkan pada obyek yang ditandai (signified, petanda) oleh penanda (signifier).
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda terbentuk atas dasar kemiripan. Ikon merupakan tanda yang paling sederhana karena ikon hanya menampilkan kembali obyek yang ditandai. Contoh ikon yang paling mudah adalah poto wajah kita.
Rasulullah Saw. bersabda, “Ucapan terbaik adalah Kitab Allah. Petunjuk terbaik adalah petunjuk Muhammad. Perkara yang paling buruk adalah perkara yang diada-adakan.
Setiap perkara yang diada-adakan adalah bidah. Setiap bidah adalah sesat.
Dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. (HR. Al-Nasa’i).
Secara pribadi saya sudah tidak tertarik dengan pembahasan tentang bid’ah. Bagi saya hal ini seharusnya sudah kita selesaikan sejak berabad-abad yang lalu hingga kita (umat Islam) lebih konsentrasi pada isu-isu kekinian yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.