Habib Zain bin Sumaith dalam al-Nujum al-Zahirah memberikan sebuah amalan agar pas kita sakaratul maut itu didampingi Rasulullah. Beliau bilang, kita perlu baca 3 amalan ini rutin setiap hari sebanyak 116 kali.
Pagi ini ngaji sama Gus @na_dirs. Gus Nadir dibesarkan di lingkungan yang fikih oriented. Beliau bercerita, ada salah satu koleganya yang masuk Islam dan bertanya tentang sujud. Gus Nadir lalu menjelaskan mengenai perbedaan pandangan ulama saat hendak turun sujud menempel tanah.
Kata ulama yg satu, sujud itu sebaiknya lutut dulu yg diturunkan ke bumi. Kata ulama lain, sujud itu sebaiknya tangan dulu yg turun menempel bumi. Krn penjelasannya mungkin agak ribet bagi dia, lalu kolega Gus Nadir merespon kurang lebih begini, “Orientasi saya sujud itu ....
... merendahkan hati dan diri ini di hadapan Allah Yang Maha Agung.” Mendengar jawaban koleganya itu, Gus Nadir tersentak. Gus Nadir memilih menyampaikan perbedaan pendapat ulama mengenai sujud daripada esensi sujud itu sendiri.
1. Akhlak Rasulullah saw. kepada para sahabat dan orang terdekatnya itu sangat mulia sekali. Sekalipun pada pelaku maksiat, Rasulullah tidak membencinya dan mendoakannya agar sadar dan selalu cinta Allah dan Rasul-Nya.
2. Alkisah, di zaman Rasulullah hidup, ada sahabat dan anaknya yang suka mabuk. Menurut ulama, sahabat tersebut bernama Nuaiman. Tidak hanya Nuaiman, anaknya pun biasa mabuk. Ini di antaranya disebutkan oleh Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari.
3. Menurut Imam Ibnu Abdil Barr, Nuaiman itu mabuk sebanyak lebih dari 50 kali. Tapi ia pun dihukum berkali-kali oleh Rasulullah dan sahabat lainnya. Akan tetapi, sahabat Nuaiman ini memiliki kelebihan humor yang menyenangkan, sehingga Rasulullah pun terhibur sebabnya.
1. Mayoritas ulama berpandangan bahwa semua bagian dari anjing, baik tubuhnya (bila basah) atau air liurnya, itu najis. Tapi mazhab Hanafi berpandangan, tubuh anjing itu tak najis, hanya air liurnya sj yg najis. Mazhab Maliki malah berpandangan bhw semua bagian dr anjing itu suci
2. Kita memandang anjing itu di antaranya dilatarbelakangi mazhab fikih yang dianut ulama negara masyarakat muslim kita berada. Misalnya, di Maroko, Sudan, Tunisia, orang muslim memelihara anjing itu biasa saja, karena rerata mereka bermazhab Maliki.
3. Di Indonesia, karena kebanyakan menganut mazhab Syafii, sebagian masyarakat muslim menganggap tabu terhadap muslim lain yang memelihara anjing, kecuali misalnya anjing penjaga rumah, anjing pelacak, anjing gembala, dan anjing penjaga lahan. Itu hanya makruh, tidak sampai haram
1. Saya dengar ceramah salah seorang ustadz akhir zaman di Youtube mengenai salah satu tanda akhir zaman. Katanya, di antara tanda akhir zaman itu ulama ditangkap-tangkapi. Ia mengutip hadis.
Hadis ini terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan al-Tirmidzi, Sunan Ibun Majah, dsb.
3. Nah, Tweeps, hal yang membuat saya tergelitik, ustadz akhir zaman ini menafsiri hadis qabdhul ‘ulama dengan penangkapan para ulama. Walaupun memang dia juga menyebutkan, qabdhul ‘ulama itu Allah mengambil nyawa para ulama alias wafatnya para ulama.
1. Tweeps. Akhir-akhir ini kita disuguhkan dgn narasi bahwa “memerangi” pemerintah yang zalim itu dianjurkan dalam agama. Apakah betul begitu? Sehingga orang yg sampai meninggal memerangi pemerintah dianggap mati syahid.
2. Mati syahid seseorang atau tidak, tentu kita tidak tahu persis. Memang siapa kita memberi label atau bahkan memastikan seseorang mati syahid atau husnul khatimah. Yg bisa kita lakukan hanyalah mendoakan semoga org yg kita doakan meninggal dalam keadaan yg baik.
3. Nah, kembali lagi, apa bener “memerangi” pemerintah yang zalim itu bakalan dijamin mati syahid? Pertama, Rasulullah melarang kita untuk memberontak pada pemerintahan yg sah. Kita hanya dibolehkan mengkritik dgn cara2 yg baik.