Thread by @WidasSatyo

Merger and acquisitions emang punya potensi ke arah monopoli pasar.

Namun kalo bicara konteks di Korea, perusahaan gak bisa melakukan merger and acquisitions TANPA persetujuan dari Korean Fair Trade Commission.

Kenapa butuh persetujuan? Ya biar mencegah praktek monopoli :)

https://twitter.com/dhillarama/status/1391652623648890883

Dengan kata lain, pasar monopoli gak akan terwujud kalo Korean Free Trade Commission (KFTC) menilai itu akan merusak persaingan sehat di industri tersebut.

Salah satu indikasi umum M&A ke arah monopoli adalah ketika yg diakuisi ataupun yg diajak merger adalah DIRECT competitors.

Aku sih yakin seyakin-yakinnya kalo SM, YG, sama Hybe memutuskan buat mergers, pemerintah sana gak akan acc rencana itu. Sebab ketiga entitas tersebut merupakan direct competitors.

Mengizinkan mereka gabung justru akan mematikan persaingan usaha yg sehat di industri tersebut.

Beda lagi case Joint Venture (JV) yg merupakan kolaborasi dua atau lebih entitas bisnis. Tiap entitas nanti berbagi persentase ownership dan sharing cost/profit.

Berbeda dengan M&A, JV sifatnya temporary - dalam artian pihak yg kerjasama bisa bubar kalo goalnya udah tercapai.

Yang jelas pihak internal mereka jauh lebih paham soal prospek, visi, dan kebutuhan perusahaan mereka drpd kita.

Decision making di level top management bukan berdasarkan suka atau tidak suka.

Semua udah ada kalkulasinya. Beberapa diantaranya sukses, dan yg gagal pun juga ada.

Kupikir ndak ada salahnya buat wait and see dulu. Latar belakang mereka kerjasama sangat logis kok. Tinggal lihat apakah nanti projectnya sesuai ndak dengan apa yg mereka targetkan.

Everything takes time. Biar waktu aja nanti yg buktikan itu keputusan yg bagus atau ndak.