Apa yang akan kita pikirkan bila pada tahun 2025 nanti produk mobil listrik hingga rantai pasoknya ternyata benar telah mapan di Morowali?
Mau tak mau ada rasa bangga. Entah itu hanya sedikit dan terselip jauh dalam benak kita, namun rasa itu pasti ada.
Bagaimana bila target produksi mobil listrik itu direncanakan dapat mendekati angka 20% total produksi dunia?
Waaah..,mentereng kita..!!
Apa yang akan kita pikirkan bila pada tahun 2025 nanti akan ada lebih dari 100.000 orang dapat bekerja di Morowali?
Jelas..,ini adalah berita menggembirakan bagi masyarakat. Ini berita yang akan membuat kita percaya diri bahwa cita-cita menjadi bangsa yang besar bukan sekedar gimmick.
Lantas bagaimana bila diantara 100.000 tenaga kerja yang dapat diciptakan di Morowali itu sekitar 15.000-nya adalah pekerja asing dan kebanyakan adalah China?
"PKI...!! TOLAAKK..!!"
Itu jawaban spontan kita. Itulah realitas kita hari ini.
Aneh bin ajaib. Bayangkan, kita ingin membuka bengkel service motor di kampung sebelah, syarat diminta adalah 100% pekerjanya harus warga kampung tersebut.
Ketika ditanya adakah mereka sebagai calon pekerja dari kampung tersebut tahu bagaimana servis motor, jawabannya tidak.
Bagaimana mungkin bengkel akan mendapat pelanggan bila tak ada mekanik bekerja di sana? Jawabannya hanya satu, ada tenaga berpengalaman yang siap bekerja sekaligus memberi transfer pengetahuan.
Ada proses transformasi keahlian disana. Ada waktu dibutuhkan agar warga kampung tersebut menjadi pintar.
Disisi lain, pasti ada bagian-bagian tertentu yang tak mungkin diberikan kepada orang lokal dan itu adalah sebuah kewajaran.
Sebelum Jokowi menjadi Presiden, Morowali mungkin adalah nama asing. Mungkin juga, bahkan banyak orang tak mengetahui bahwa itu adalah nama sebuah kota.
Hingar bingar pertama adalah isu luar biasa santer saat pilpres yang lalu tentang hadirnya ribuan TKA China yang sengaja dibuat demi kampanye negatif bagi Jokowi.
Sekarang cerita sudah berbeda. Semua kenal Morowali seolah sebagai ujung tombak kemajuan negara kita. Nikel menjadi bintang bersinar.
Bayangkan, perusahaan raksasa Panasonic, CATL yg berkongsi dengan LG, VW hingga Mercedez telah menyatakan keinginannya berinvestasi di Morowali.
Dulu, Morowali memang bukan siapa-siapa. Semua menoleh kepadanya setelah dia didandani dengan Undang-Undang No.4 tahun 2009. Peraturan yang melarang penjualan nickel ore, nikel dalam bentuk bongkahan yang belum mendapat sentuhan apapun.
Peraturan itu membuat Uni Eropa (EU) marah ketika pada awal 2020 pemerintahan Jokowi melaksanakannya. Mereka dengan cepat menggugat Indonesia di WTO.
Indonesia bergeming. Tekad mempercantik Morowali sudah bulat.
Disanalah Morowali mulai didandani. Bak si cantik tanpa tanding, dia hanya siap bersanding dengan siapapun yang serius dan sungguh-sungguh demi masa depannya.
Didandani dengan regulasi dan insentif pajak yang menguntungkan kedua pihak secara adil, puluhan pangeran berebut mendapatkan perhatiannya.
"Tadi bilang LG, Panasonic, kenapa yang datang dan kerja orang China"
Sama dengan Indonesia yang saat ini akan belajar menerima transfer teknologi dari China, pada awalnya China mendapatkan pengetahuan tentang metalurgi dan permesinan dari Jerman. Elektronika dari Korea dan Jepang. Teknik pertambangan dari Israel.
Tak ada yang gratis di sana, semua ada biayanya. Semua ada hitung-hitungannya. Ada bentuk kerjasama yang telah menyatukan mereka.
Mereka melakukan bisnis dengan banyak negara yang telah lebih dahulu maju. Mereka memiliki banyak perusahaan yang dimiliki secara bersama.
Bisnis tak kenal warna kulit. Duit juga tidak mengenal mata sipit dan belo. Hanya otak sakit saja yang masih sibuk dengan hal seperti itu di masa kini.
Baik Mercedes, VW hingga LG adalah perusahaan multinasional. Mereka memiliki perusahaan di China dengan operator China dan pekerja berbangsa China pula. Apakah setiap orang bermata sipit dan berkebangsaan China selalu membawa bendera Tiongkok?
"Apa hebatnya kalau yang dibuat hanya baterai mobil?"
Banyak pabrik di China yang akan dan sedang melakukan relokasi ke Morowali. Morowali sungguh menjadi seperti gula bagi para pelaku industri.
Morowali seolah sedang menuju takdirnya sebagai bintang baru di dunia industri berteknologi tinggi.
.
.
Stainless steel , slab, nickel pick iron, verro chrome, carbon steel dan CRC Carbon atas berbagai ragam produk industri berbasis nikel dan bauksit adalah produk yang akan dibuat oleh pabrik yang telah siap relokasi.
Produk olahan cobalt serta lithium akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.
Nikel Laterit untuk memenuhi kebutuhan lithium generasi kedua yakni baterai super canggih berbasis lithium yang akan menjadi produk unggulan berskala internasional.
Dan ingat..nantinya, itu adalah buatan Indonesia.
Ini seperti mimpi. Kebijakan pemerintah dibawah Jokowi lah yang membuat semua ini bisa terwujud. Insting bisnis dan mata jelinya siap membawa bangsa ini maju pesat.
Nikel sebagai harta luar biasa berharga sebagai anugerah bangsa ditambah dengan regulasi dan insentif yang dijadikan kebijakan telah membuat mereka berlomba.
Pemulihan ekonomi akibat bencana seolah menemukan jalan terang. Disana jalur itu semakin terlihat jelas. Kita hanya perlu mengikuti jalan itu...
"Bisa apa si Abdee? Ini benar-benar sudah keterlaluan. Mau jadi apa negara ini bila semua relawannya dikasih jabatan?"
Bagi masyarakat biasa yang tak banyak tahu bagaimana demokrasi kita bekerja, komplain itu memang terdengar menyakitkan. Namun tidak bagi mereka yang biasa terjun pada dunia politik. Itu sesuatu yang sangat biasa bahkan keniscayaan.
Berapa banyak jabatan komisaris diberikan pada relawan Prabowo ketika yang bersangkutan akhirnya memilih menjadi Menhan?
Berapa banyak pengikut Erick Thohir duduk pada posisi itu karena yang bersangkutan berhasil duduk menjadi menteri BUMN?
Entah bagaimana caranya, peristiwa Semarang telah menciptakan kutub antara Ganjar dan Puan. Lebih jauh, Ganjar dan PDIP sedang pula mereka coba benturkan. Narasi "PDIP buang Ganjar, PDIP akan berhadapan dengan rakyat" kini mudah kita temui.
Itu berawal dari Puan tak mengundang Ganjar pada pertemuan di Semarang. Bambang Pacul sebagai kader senior justru berkomentar terbalik dari rasa ingin membuat teduh suasana.
Namun, adakah Ganjar sudah berikrar ingin menjadi Presiden? Ataukah Puan sudah ditetapkan sebagai calon dari PDIP? Kita sibuk bertendensi. Kita berebut sesuatu yang tak pernah ada. GELOMBANG ITU HANYA MENCIPTAKAN BUIH TANPA MAKNA.
Sejatinya, Novel cs itu cuma "omdo". Semua hal dia maknai sebagai peluru tapi ga pernah beneran bisa ditembakkan.
📷Anak Kolong
Entah itu beneran peluru atau cuma peluru-peluru an yang ga pernah bisa meledak atau justru dia ga punya pistolnya, semua tersamar dalam riuh mulut penuh obral ancaman.
Setelah dia dan kelompoknya tidak lolos TWK, bukan cuma sekali dia mencoba melawan. Dia sibuk mengumpulkan dalil tapi tak bergerak memggunakan dalil itu.
Loyalitasnya pada Presiden membuka jalan terang pada karir militernya. Mayjen Dudung Abdurachman secara resmi mendapat kenaikan pangkat menjadi Letnan Jendral dan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat tersemat pada jabatannya.
Apa yang dulu dianggap orang banyak sebagai tindakan melebihi tupoksinya, ternyata dibaca berbeda oleh Presiden. Perintah Presiden yang tak tampak benderang, dibaca sesuai ingin sang panglima tertinggi.
Jendral Dudung sukses menerjemahkan apa keinginan Presiden dan dengan berani mengambil resiko besar.
Efpei tak berkutik di hadapan tentara dimulai dari perintahnya. Baliho liar kegilaan efpei yang tak tersentuh oleh aparat gamang, dirobohkan dalam singkat.
Umpan telah dimakan dan kita larut dalam tegang drama tarik menarik tersebut.
Judul berita terbaca sangat tendensius telah muncul dan emosi kita diborong tuntas : "PDIP Persilahkan Ganjar Angkat Kaki Bila Dipinang Partai Lain di Pilpres 2024".
Hanya butuh waktu 4 hari hingga spekulasi seperti pada judul berita tersebut muncul. Butuh 4 hari menggoreng isu itu hingga emosi tercabik dan masyarakat larut di sana.
Benarkah judul itu sama dengan isinya? Kita tidak tahu. Pertanyaan wartawan adalah bila Ganjar dipinang oleh partai lain dan Bambang Pacul dengan diplomatis menjawab siapa pun berhak.
Entah bagaimana caranya, konflik Palestina dengan Israel sedikit banyak telah membuat stigma itu teralihkan.
Isu Jokowi sebagai pihak anti Islam, PKI, dan antek China tiba-tiba meredup. Ini terkait semua pihak sedang sepakat dan bersama berdiri di belakang Palestina.
Apakah dengan ini masa depan anti China di Indonesia akan membaik?
Sepertinya tidak. Isu TKA China akan tetap langgeng dan abadi selama persaingan AS dan China masih tetap terjadi.
Butuh pemahaman dan usaha yang kuat demi memahami sejarah konflik barat dan timur atau pada masa kini persaingan antara AS dan China.