Pernahkah kamu mengambil waktu untuk terlepas dari seseorang beberapa lama, lalu menjadi awkward? atau memiliki suatu urusan yg belum selesai dengan seseorang, tetapi saling tidak berkontak begitu saja?
Mungkin... kita sedang dalam kondisi Silent Treatment.
Silent Treatment bisa dibilang sebagai perilaku pasif agresif dalam hubungan, dengan cara mendiamkan, mengabaikan atau menyisihkan seseorang.
Biasanya, ada suatu kejadian/hal yang belum terkomunikasikan antara kedua belah pihak, tapi terputus baik oleh slh satu pihak / keduanya.
Istilah ini biasanya sering digunakan dlm hubungan romansa, tapi bisa juga dalam geng/klmpok pertmanan, kakak adik, anak dan orangtua, dan sebagainya (berlaku both ways, gk pasti yang lebih muda atau yang lebih tua lhoo)
Kenapa kok seseorang bisa ngelakuin itu? Lanjut O.O
Kadang ,mungkin kita nggak sadar ngelakuinnya (bisa jg sadar). Bisa jadi karena : 1. Emg gak enak buat ngmg yg sebenarnya. 2. Bingung cara nyampeinnya yg baik. 3. Pengen nunggu 'respon' org lain. 4. Ngarep dia yang peka/ ngmg duluan.
dan masih banyak konteks lainnya, menurutku.
Silent Treatment sbnernya cenderung nggak menyelesaikan masalah, dan bisa jadi meletup ntah kapan...
Mungkin kita pikir nggak sebutuh itu untuk komunikasi lagi sama orang tersebut (mantan, misalnya)... tapi, bisa aja one day bakal 'butuh' kontak sama dia... jeng jeng awkward
Memang benar dan boleh, bahwa ada saatnya kita butuh untuk tarik diri dan nge-mute diri sesaat dari orang / lingkungan.
Sayangnya, terkadang kita justru malah awkward sama orang yg sbnernya berharga buat kita, atau kita sayang *jeng jeng
atau setidaknya... menyelesaikan unek" di hati kita, biar nggak ada lagi penyesalan / "unfinished business" dalam diri kita sama orang tersebut,
sebelum emang memilih untuk lanjut? atau menyudahi hubungan... (ini tergantung konteks banget ya)
Kira-kira, adakah caranya?
Jika ada kesempatan (dan kamu rasa butuh), mencoba komunikasi asertif mungkin bisa dilakukan.
Walau mungkin berat bagi kita, dan nggak selalu bisa diterapkan dalam setiap kesempatan, siapa tau bisa dicoba.
Mulai dari ngmg sama diri kita dlu. Apa yg aku rasakan dan inginkan?
Lalu, apa yang bisa kita kendalikan dalam berkomunikasi asertif?
Mungkin bisa dimulai dari terbuka dengan diri sendiri.
Apakah ini butuh dikomunikasikan? Apakah dengan mengomunikasikan ini ke orangnya langsung, unek-unek yang nyangkut di hati ini tuh bisa sedikit lebih lega?
Gimana kalo kita nih yang di-silent treatment sama orang?
Menerima rasa ngga nyaman yang muncul itu penting, karena bs jadi ada rasa bersalah/ kebingungan / lainnya yang belom beres (tergantung konteks).
Mengevaluasi diri juga penting. Kondisi kamu skrg gmn? dan kondisi org...
lainnya itu sekarang?
Coba melihat dari berbagai sudut pandang, dan mengakui sisi diri kita sepenuhnya. Kesiapan diri bisa membantu kita untuk mencoba berkomunikasi dngn dia secara asertif juga.
Untuk mungkin... menyampaikan maaf? Atau menginisiasi bicara dari hati ke hati..
atau mungkin.... memang sebenarnya nggak perlu diselesaikan karena nggak memperbaiki apa"?
Jangan-jangan, ini udah yang kesekian kalinya *jeng jeng
Balik lagi, menghadapi sesuai konteks (nggak segampang itu, but it's ok)
Menurutku, mengambil waktu sejenak utk break dari hubungan itu wajar. Baik dirimu, atau orang di sekitarmu...
Akan ttpi, bisa jadi sulit bagi kita untuk kembali memulai komunikasi lagi. Atau... kita emang diem aja, tapi gundah gulana malah menghantui kita.
Jika ada...
Sebaiknya, memang kita selesaikan.
Bukan untuk siapa-siapa, tetapi untuk ketenangan diri kita sendiri.
Salah satu cara yang mungkin bisa dicoba (dalam beberapa konteks tertentu), dan aku tuliskan di sini adalah komunikasi asertif
mulai dari ngobrol sama diri dulu yaah
harusnya disclaimer dulu sih, tapi isi thread ni kontekstual ya guys. Pada beberapa kejadian yg mgkn ekstrem, bs jadi nggak serupa / gak solutip.
Pernahkah kamu merasa gugup, cemas atau sedih tiba" karena hal yg tidak menyenangkan di masa lalu? Merasa tertekan akibat suatu beban yang terasa sulit dihadapi?
Lalu, bagaimana meringankannya?
Mungkin, teknik "Grounding" ini bisa kamu lakukan.
Ingatan masa lalu dapat hadir secara tak terduga. Hal yang buat kita trauma, kecemasan akan sesuatu yg membayangi dan ... tidak pasti, sedikit banyak bisa membuat kita merasa nggak nyaman.
Rasanya ingin kembali ke masa lalu dan memperbaikinya..
Tapi.....
Sebenarnya, yang kita bener-bener miliki dan bisa kendalikan, ya hanya diri kita saat ini saja.
Mungkin belum terlepas, tetapi kita tetap perlu melanjutkan hidup kita.
Tapi, gimana cara meringankannya?
Salah satu caranya adalah melalui teknik "Grounding".
Pernahkah kamu mengalami masa lalu yg ngga menyenangkan?
Mgkn kejadiannya mmg sudah 'beres', tetapi blm benar" selesai. Bisa jadi masih ada bekas... yg terasa mengganjal hingga sekarang.
Sdikit bnyak, aku rasa smua org pasti pernah mengalami momen yang nggak menyenangkan dengan intensitas yang berbeda".
(TW)
Dikatain, dibully, ditinggal orang terdekat, kekerasan fisik dan emosional, mungkin juga perlakuan nggak adil.
Salah satu atau lebih mgkn prnh kita alami.
Apa yang kamu rasakan setelah kejadian tersebut?
Bisa jadi, cara pandang kita terhadap kehidupan jadi berbeda.
Mungkin beberapa hal mentrigger kita menjadi lebih baik, tetapi gak jarang juga yg malah menarik kita kebelakang, menjadi sulit terbuka, cemas berlebih, dll.
Istilah 'Gaslighting' pertama kali dikenal dari Film berjudul 'Gaslight' pada tahun 1944.
Film ini bercerita tentang psikopat yang suka memanipulasi pemikiran istrinya.
Sang suami sering meyakinkan istrinya bahwa ia gila, hingga sang istri mempertanyakan kewarasannya sndiri :(
Gaslighting umumnya ditemukan dlm hubungan romansa karena melibatkan hubungan 1 on 1 yang lebih intens dan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Tetapi, bisa juga ditemukan dalam lingkup teman, kerja, atau keluarga.
Apa tindakan" yang dapat dikategorikan sebagai gaslighting?
Seorang filsuf bernama Zeno pada awal abad ke-3 SM mencetuskan sebuah ilmu filsafat bernama Stoisisme atau Stoa. Salah satu poin yang diterapkan dalam gaya hidup stoik adalah "Dikotomi Kendali".
Meskipun udah ribuan tahun lalu, masih bisa diterapin sampai sekarang loh! Lanjut~
Dikotomi kendali ini membuat pembagian yang jelas antara :
[1] hal yang _bisa_ kita kendalikan
dan
[2] hal yang _tidak bisa_ kita kendalikan.
Pernahkah kalian merasa perlu meminta pertolongan, tetapi sulit untuk mengungkapkannya dengan baik?
Ntah gengsi, gaenakan, atau bahkan takut?
Mgkn, beberapa hal ini dapat membantu kalian untuk bisa meminta bantuan (dan mendapatkannya).
1. To the Point tentang apa yang kamu rasa/kerjakan dan apa yang bisa dibantu tersampaikan dengan jelas
Kadang kita suka takut untuk mengungkapkan dan jadi 'ngode' / gak 100% jelas menyampaikan. Meminta tolong itu bukanlah sebuah kesalahan atau hal yang memalukan.
Maka dr ituu
2. Tidak perlu maaf berlebih, apalagi judging.
"Maaf ya jadi ngerepotin kamu" "Duh jadi gaenak nih nyuruh" km" -> Sebaiknya diganti jadi "makasih udh mau bantu dan luangin waktu/tenagamu".
"Ini kecil lahh" "ini gak susah lahh" -> big NO ya :") org ttp keluar usaha lhoooo itu
Q: 'Coba sebutkan, SATU orang yang paling kamu sayangi dan kagumi di dunia ini!'
Dari sekian banyak jawaban, adakah yang sudah dengan berani menjawab "Diri aku sendiri!" ?
Jika belum, coba yuk, kita belajar mencintai diri kita dari 0
Entah mengapa, rasanya lebih mudah untuk kagum dan cinta sama orang lain, daripada diri sendiri.
Kesannya bakal dianggap egoislah, sombonglah, dan bnyk lainnya sama netijen maha benar.
Padahal, menyayangi diri sendiri tuh juga bentuk dari kebaikan pada orang lain, loh.
Waktu SD/SMP gitu, nyokap gue pernah ngmg gini :
👩"Irwan, kamu orang kedua yang paling mami sayang di dunia"
Terus aku kecil bertanya
👶"Loh, kok gak yang pertama?"
👩"Ya nomor 1nya diri mami sendiri donggg"
Waktu itu kusebel sama responnya, tapi ternyata ada benernya #curhat