bukan reflek, "hhhhhhh... kenapa sik? hhhhh...kenapa nggak mulus aja/berita baik sik? hhhhhhhh"
tapi reflek, "hh... ya udah. Sekarang apa yang bisa saya lakukan?"
Easier life. More productive life. A more skillful life.
Slowly happier.
Kalau kita inget bahwa sebagian nilai kita -
(terserah interpretasi 'nilai' menurut kamu: gaji, jabatan, kewenangan, self-worth, happiness)
- adalah kemampuan kita menyelesaikan masalah,
maka masalah bertubi jadi tangga untuk naik, teman untuk latihan, alat untuk bahagia.
Semua orang yang kita bayar:
tukang AC ketika AC nggak dingin sampai tukang ketoprak ketika perut laper, punya nilai karena kemampuan mereka memecahkan masalah.
Makin dingin ACnya, makin enak ketopraknya, makin mahal mereka.
Masalah dan pekerjaan adalah satu. Pekerjaan ada karena ada masalah yang perlu dipecahkan.
Banyak kita kzl melulu karena merasa kerja itu harusnya mulus, tanpa masalah.
Bisa sih, tapi makin kecil yg diharapkan dari kita, makin kecil nilai kita. Just do whatever works yesterday.
Jadi jangan antipati sama masalah dlm pekerjaan. Selalu lihat masalah bukan sebagai 'buru2 kelar de hhhhhh',
tapi lihat masalah sebagai bagian dari kenapa kita bernilai.
Masalah selalu jadi tempat bertumbuh. Selalu.
Krn semua yg mulus tidak perlu diperbaiki. Siapa aja bisa.
I say this with love:
Sebab utama nggak hepi dalam pekerjaan, adalah masuk kerja berdoa semoga semua lancar. Ekspektasinya adalah mulus. Sehingga ketika masalah dateng, bete banget bawaannya. "Kenapa sikkk hhhh..."
Mari kita belajar berpikir: "Masuk kerja karena ada masalah buat gue beresin."
Apa aja deh, salah gue, bukan salah gue, salah supplier, bos, kolega, siape kek.
Tapi "gue masuk kerja karena gw dihargai di sini sebagai seorang yang membereskan masalah."
Dan mari belajar berpikir: "Masalah dan bos rese dan pekerjaan ini tidak menunggangi gue, tapi gue yang menunggangi mereka."
Gue bukan korban. Gue korban kalau gue setuju gue korban.
Keadaan tempat gue berada sekarang, apapun itu, adalah kesempatan gue untuk bertumbuh.
Kutulis ini sambil mengirimkan semangat buat teman-teman.
Kita lebih kuat dari yang kita kira.
Sedikit saja, sedikiiit mengubah cara pikir, maka seperti sudut kecil di pangkal penggaris busur, ujungnya bisa jauh lebih besar dari apapun yang kita sangka.
Semangat teman2 ❤️
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
#SelaluCurigaCovid ya teman2 - gak tau deh gw buat hestek2an siapa tau jadi viral. Mau cerita sedikit soal anak kantor yang kemarin positif. Selalu mulai dari prasangka buruk jika sudah menyangkut covid.
Ada anak kantor - dia memang jadi ngekos di kantor saya ketika lockdown mulai, karena anak perantau dan jobdesnya dia membuatnya harus ke kantor, jadi mengurangi resiko pulang pergi kantor dan di kos-kosan.
Kantor saya termasuk sangat sering swab. Kita punya privilege/kemewahan itu, seminggu bisa 1-2 kali, setiap orang berkumpul kerumunan baru buat kerjaan, bahkan ketika mau meeting di kantor doang, semua kita swab dulu.
Perbanyak magang, kegiatan komunitas. Dtgin acara2 gratis dgn kegiatan yg kamu suka. Tawarkan waktu dan tenaga. Bljr bgmn hal2 berputar dan bagaimana kamu bisa berkontribusi.
Satu hal kecil akan menuju ke hal kecil lain, bertumpuk jadi 'pengalaman'.
Sudah ga cocok dunia ini kalau kamu sekolah hanya untuk ijazah lalu berharap bisa dapat kerja :)
Sebetulnya di saat yang sama, internet, sosial media, membuka kesempatan tidak terbatas untuk belajar, menumpuk pengalaman. Komunitas tak terhingga, semua dengan tangan terbuka.
Belajar dari muda untuk tidak melihat segala sesuatu transaksional: "Males gue kaga ada duitnya..."
Pengalaman 'kaga ada duitnya' ini justru membantu kamu membentuk kompas hidup kamu, menentukan persimpangan2 hidup kamu, terutama ketika kamu beranjak dewasa+memulai karir.
Saya juga sejak beberapa tahun lalu bersih2 sosial media saya 🙂 Dituduh hidup dalam bubble, tapi harus diingat bahwa sosial media bukanlah kehidupan nyata.
Perbanyak empati, pengertian, kontribusi, berteman dan bicara tatap muka bertemu mata.
Semua 'kata2 bijak' saya juga dapet dari orang-orang di sekitar saya. Sudah saya coba jalanin dan membantu saya.
Saya melihat bnyk orang patah arang/putus aja/penuh amarah, hanya karena tidak pernah melihat masalah mereka dari sudut pandang baru aja. I try to offer perspective.
Dan pikiran lebih bisa menerima keadaan - ketika tidak ada pilihan lain. Keluarga, pasangan, anak.
Pernikahan bahagia justru dimulai dari komitmen: Ga ada pilihan lain. This is it :)
Semodern2nya pikiran gw tentang banyak hal - gw percaya banget lembaga pernikahan :) Nikah, berdua, berkeluarga sampai mati. (Banyak yg bilang menikah itu kuno soalnya - manusia tidak untuk diikat dengan satu orang aja katanya).