#SelaluCurigaCovid ya teman2 - gak tau deh gw buat hestek2an siapa tau jadi viral. Mau cerita sedikit soal anak kantor yang kemarin positif. Selalu mulai dari prasangka buruk jika sudah menyangkut covid.
Ada anak kantor - dia memang jadi ngekos di kantor saya ketika lockdown mulai, karena anak perantau dan jobdesnya dia membuatnya harus ke kantor, jadi mengurangi resiko pulang pergi kantor dan di kos-kosan.
Kantor saya termasuk sangat sering swab. Kita punya privilege/kemewahan itu, seminggu bisa 1-2 kali, setiap orang berkumpul kerumunan baru buat kerjaan, bahkan ketika mau meeting di kantor doang, semua kita swab dulu.
Nah suatu hari ini anak gak enak badan. Dia sudah mengasingkan diri di lantai atas, tapi ketika dia dan yang lain ditanya, jawabnya enteng "Kecapean kayaknya" atau jawaban standar "Cuaca lagi panas/hujan".
Saya pribadi udah curiga, cuma hari itu lagi penuh jadwal saya, dan dia kemarin baru meeting sama saya seger-seger aja. Jadi kita semua lupa.
Nah di sini 'kesalahan' kita nggak langsung swab dia. Untung kantor kita gede, dan dia juga menyendiri di atas.
Ketika hari kedua dia masih ga enak badan (gejala dia ringan) - banyak anak2 masih cuek aja menganggap dia kecapean - saya langsung suruh dia swab. Positif. Semua kaget. Dia langsung kita ungsikan ke rumah saya (rumah saya ada lantai 3 yang bisa isolasi + balkon). PCRnya jg +
Intinya buat saya adalah #SelaluCurigaCovid - apalagi melihat video tadi. Yg membantu virus menyebar - selain ada yang anggep remeh - adalah kecanggungan sosial antar kita yang sungkan. "Ah masa si 'nuduh' dia covid"
Seorang teman dekat juga positif karena dikunjungi temennya yang sedang nggak enak badan ke kos2annya ("Iya nih lagi panas ujan panas ujan cuacanya nggak enak banget")
Ada kalimat dari dokter US di Twitter gw suka banget:
"Covid tidak menular melalui sentuhan, atau udara, tapi covid menular melalui KEPERCAYAAN"
Gw rasa ini merangkum banget. Orang yang kita nggak sangka yg selalu nularin kita.
Kepengen buat video tentang ini.
Setiap badan nggak enak, leher gatel, walau baru sedikittt banget, #SelaluCurigaCovid - dan isolasi diri segera dan swab langsung. Jaman sekarang 200rban.
Setiap ketemu orang yang circle baru, #SelaluCurigaCovid - nggak peduli dia kakak sendiri, teman baik sendiri. APALAGI mereka lagi gak enak badan.
Kalau kamu sudah mengisolasi diri setiap kali sedikit apapun kamu merasa nggak enak badan, kamu sudah menolong orang2 untuk nggak sungkan sama kamu.
Kalau kamu teman baik, kalau kamu kakak/adik/ipar - lebih baik isolasi daripada kamu menyebarkan. #SelaluCurigaCovid
Ini chat fresh banget barusan dengan teman yang bekerja di DKI. Kalau kurva menanjak begini - pasti akan terus naik - kecuali kita lakukan sesuatu drastis 💔
Dokter yg gw selalu suka tweetnya (dan yg gw kutip soal kepercayaan tadi) itu @FaheemYounus
Beliau ngerti komunikasi sepertinya: lugas, ringkes, tajam. Kalimat didisain buat dipahami orang banyak.
Terakhir teman2 - boleh ga berbagi cerita tentang bagaimana kalian menularkan atau kalian tertular dengan hestek #SelaluCurigaCovid - biar lebih banyak yang waspada.
Cerita2 langsung dari yang mengalaminya selalu lebih bisa dipercaya dan masuk ke yang mendengarkan ❤️
Kelar banget nulis thread ini - gw ke rumah orangtua untuk swab mandiri (saya yang colok sendiri) ART yg baru balik dari Blora subuh tadi. Beliau muntah2 dari pagi, ulu hati sakit, keringet dingin.
Kita semua sangka maag.
Perbanyak magang, kegiatan komunitas. Dtgin acara2 gratis dgn kegiatan yg kamu suka. Tawarkan waktu dan tenaga. Bljr bgmn hal2 berputar dan bagaimana kamu bisa berkontribusi.
Satu hal kecil akan menuju ke hal kecil lain, bertumpuk jadi 'pengalaman'.
Sudah ga cocok dunia ini kalau kamu sekolah hanya untuk ijazah lalu berharap bisa dapat kerja :)
Sebetulnya di saat yang sama, internet, sosial media, membuka kesempatan tidak terbatas untuk belajar, menumpuk pengalaman. Komunitas tak terhingga, semua dengan tangan terbuka.
Belajar dari muda untuk tidak melihat segala sesuatu transaksional: "Males gue kaga ada duitnya..."
Pengalaman 'kaga ada duitnya' ini justru membantu kamu membentuk kompas hidup kamu, menentukan persimpangan2 hidup kamu, terutama ketika kamu beranjak dewasa+memulai karir.
Saya juga sejak beberapa tahun lalu bersih2 sosial media saya 🙂 Dituduh hidup dalam bubble, tapi harus diingat bahwa sosial media bukanlah kehidupan nyata.
Perbanyak empati, pengertian, kontribusi, berteman dan bicara tatap muka bertemu mata.
Semua 'kata2 bijak' saya juga dapet dari orang-orang di sekitar saya. Sudah saya coba jalanin dan membantu saya.
Saya melihat bnyk orang patah arang/putus aja/penuh amarah, hanya karena tidak pernah melihat masalah mereka dari sudut pandang baru aja. I try to offer perspective.
Dan pikiran lebih bisa menerima keadaan - ketika tidak ada pilihan lain. Keluarga, pasangan, anak.
Pernikahan bahagia justru dimulai dari komitmen: Ga ada pilihan lain. This is it :)
Semodern2nya pikiran gw tentang banyak hal - gw percaya banget lembaga pernikahan :) Nikah, berdua, berkeluarga sampai mati. (Banyak yg bilang menikah itu kuno soalnya - manusia tidak untuk diikat dengan satu orang aja katanya).