Cerita ini aku dapet dari mbak cantik, namanya Naya. Aku pas denger kabar kejadian ini dulu shock, tapi lebih shock lg pas tahu detailnya.
Mengocok perut? Tidak, mengocok perasaan. dari sekian cerita yang aku olah, Cuma ini bikin bingung antara mau nangis, marah, atau ketakutan. Njirlah
Disclaimer dari mbak Naya dan juga aku, kalau sebetulnya sumpah ini bukan hal yang dibenarkan di muslim ya, tapi entah kenapa ini terjadi , terlepas dari apa itu sumpah pocong, semoga kalian memetik hikmah dan pelajaranapa itu sumpah pocong,
semoga kalian memetik hikmah dan pelajarannya semoga tetap jadi manusia yang wise alias bijaksana dan bertanggung jawab.
***
[Sudut pandang mbak Naya]
Aku gak bisa sebutin nama desa aku tinggal, intinya aku tinggal hanya berdua dengan ibu kandungku, mbok Imah nama panggilan akrabnya di desaku.
Bapak sudah meninggal lebih dulu, disusul adikku meninggal yang waktu itu umurnya masih balita. Aku juga punya 1 kakak perempuan yang terhitung sudah 5 tahun gak pulang ke Indonesia, iya, dia TKW di Taiwan dan kabar terakhirnya aku dengar 2/3tahun yang lalu.
Awal mula kejadian ini tahun 2008 waktu aku masih SMA, aku Cuma fokus sekolah, sedangkan ibuku, mbok Imah, kerja di salah satu rumah tetangga kami yang bisa dibilang juragan juga di desa kami.
Ibuku kura2 pada saat itu umurnya 60 tahun, masih kuat kerja sebagai ART dirumah juragan itu.
Kita panggil nama juragan muda itu pak Hanif, dengan istrinya Mbak Fifi. Pekerjaan ibuku seperti biasanya ART pada umumnya, mengurus 3 anak pak Hanif yang masih kecil2, bersihkan rumah, cuci piring/baju, ngurus tanaman, siapin makanan, dll.
Tapi aku beruntung ibu kerja disini karena keluarga pak Hanif selain dermawan, tapi juga gak pernah menindas orang. Apalagi istrinya, yang selalu kelewatan baik sama ibuku, sering kali pekerjaan ibuku sedikit karena sudah diselesaikan dengan mbak Fifi.
Sering kali waktu ibuku baru datang pagi2, ibuku malah disuguhi sarapan dengan mbak Fifi. Malah setiap kali sore ibuku mau pamit pulang kerumah, mbak Fifi gak jarang menitipkan makanan mateng untukku dirumah. Mereka memang sering masak masakan enak yang mewah,
“Supaya Naya juga bisa coba dirumah” selalu begitu salam mbak Fifi untukku waktu menitipkan makanannya ke ibu.
Ibuku sering cerita Mbak Fifi memang istri yang rajin, bahkan rajinnya mengalahkan ibuku yang ARTnya. Ibuku sering kali gak enakan, Padahal mbak Fifi sah sah saja kalo bermalas2an atau bersikap bak ratu. Tapi mbak Fifi anggep ibuku ini seolah ibunya juga.
Pak Hanif ini sungguh sempurna dimataku, disegani dan dihormati karena beliau kaya raya, lahan bisnis pertaniannya dimana2, juga sudah bangun mesjid megah di desa kami, belum lagi beliau orang yang religius.
Bukan Cuma warna yang merasa segan, tapi ibuku bahkan mbak Fifi sendiri pun segan dengan sikap pendiam dan berwibawanya pak Hanif.
Begitulah latar keluarga dari keluarga tempat ibuku bekerja. Setelah 3 tahun bekerja disana, aku dengar suatu hari keluarga pak Hanif pergi ke Malang selama beberapa hari tapi ibuku tetap bekerja dirumah pak Hanif yang kosong tersebut.
Jadi pak Hanif menitipkan kuncinya ke ibuku. Singkat cerita setelah kepulangannya dari luar kota, ibuku yang lagi dirumah dipanggil pak Hanif kerumahnya.
Pulang2 dengan wajah ibu yang lemas, ibu cerita kalau emas perhiasan mbak Fifi raib. Mbak Fifi yakin perhiasan itu ia letakkan di kamarnya. Ibu semakin ketakutan karena baru pertama kalinya lihat pak Hanif marah besar dan kesal sekali di hadapan ibu.
Apalagi, emas yang hilang itu, adalah emas warisan dari keluarga mereka.
Ibu menangis sejadi2nya dirumah, mengingat keluarga itu baik dan ibu merasa dirinya gak sanggup menjalankan tanggung jawabnya jaga rumah pak Hanif dengan baik.
Pak Hanif dan mbak Fifi pun heran kenapa tanpa adanya tanda2 maling, emas mbak Fifi bisa hilang. Mbak Fifi juga yakin kamarnya dikunci rapat, tanpa ada ada kerusakan di pintunya juga, hanya lemari tempat penyimpanannya saja yang terbuka gak kayak semula.
Selang beberapa hari hilangnya emas perhiasan mbak Fifi, secara gak langsung mbak Fifi dan pak Hanif menunjuk ibu sebagai pelakunya, gimana ngga? Karena dipikir2, Cuma ibu yang punya akses masuk kerumah pak Hanif.
Antara rasa sedih melihat kondisi ibu yang sampe bersumbah demi tuhan dan rasa sakit hati juga dari tuduhan yang pak Hanif lontarkan sekarang sudah menyebar keseluruh warga desa, dari desas desusnya sampai ketelingaku, ibu ini pencuri yang serakah.
Lapar harta karena meraup “semua” perhiasan warisan dan tabungan milik keluarga pak Hanif.
Ibuku dipecat bekerja dirumah pak Hanif, istrinya pun bungkam karena ikut kecewa dengan perilaku ibu. Ibu yang sudah dianggapnya sebagai ibunya sendiri, dan paling dipercaya di keluarga pak Hanif, betul2 gak ada toleransi lagi disana.
Besoknya setelah kabar dipecatnya ibu, kami putar otak lagi bagaimana bisa menyambung hidup, apapun masalahnya hidup bakal terus berjalan, apapun masalahnya, perut harus tetap terisi, tapi dihari itu warga datang dengan emosinya menggeledah rumah kami.
Betul saja, tanda2 emas itu bahkan emasnya pun ga ditemukan, rumah kamu terlanjur berantakan, tapi warga tetap dengan emosinya menuduh ibu sebagai pencurinya, banyak yang emosi dan benci sekali dengan kami akhirnya.
Kami terus2an sabar menghadapi hari demi hari penuh tuduhan, sampai pada akhirnya ada 2 warga menjemput ibu dirumah untuk kerumah pak Hanif. Disana pak Hanif sudah menunggu, aku menemani setiap detik apapun yang ibuku lalui waktu itu.
Disana aku lihat keramaian dari penduduk desa kami yang didalamnya ada pak hanif juga beberapa pemangku desa. Dengan sopan mereka menyuruh kami masuk dan duduk, bahasanya yang tertata itu seolah menuduh tajam ke ibu masih soal pencurian emas.
Disitu juga mereka mebahas soal aku yang nantinya tahun depan setelah Lulus SMA mau masuk ke perguruan tinggi. Karena ibuku Cuma gaji dan tabungan pas pasan, tanpa aku tau juga ibu pernah meinta pinjam ke mbak Fifi dalam jumlah yang banyak.
Tapi semua kesepakatan itu di tangan pak Hanif, akhirnya mbak Fifi dan pak Hanif gak bisa meinjamkan uang untuk pendidikanku, karena pak Hanif tau pasti ibuku gak mampu mengganti hutangnya. Dan akhirnya sampai sekarang ibu belum dipinjami uang oleh pak Hanif.
Menurut pemangku desa disana dan keluarga pak Hanif, menyuruh ibuku mengaku saja, kalau memang betul, ibu siap dimaafkan dengan ikhlas, yang penting emas itu dikembalikan.
Sambil menangis ibuku lagi2 bersumpah dihadapan banyak orang, fitnah sudah menyebar kabar bahwa ibu lah pencurinya ditambah warga juga semua tau cerita mengenai kelanjutan sekolahku. Ibu betul2 sama sekali ga tau menahu bahkan soal perhiasan itu.
Awalnya aku bisa sabar, tapi lama2 tangisku juga pecah, sakit hati dan rasa sedih yang udah ga bisa aku bendung lg. Aku betul2 ga percaya ibu seberani itu mencuri dirumah orang yang kami kenal baik.
Karena dari pertemuan ini gak menemukan titik tengah, akhirnya pak Jee sebagai penengah dari masalah ini mengusulkan untuk ibu bersumpah pocong. Demi membuktikan kalau memang ibuku memang pelakunya, kamau memang betul bukan pelakunya,
lebih baik jangan langsung mengambil keputusan “iya”, dipikir2 lagi karena resiko dari sumpah pocong, betul2 berbahaya. Dan disarankan untuk berunding dengan keluarga pak Hanif lagi.
Disitu mbok imah menyutujui sarannya pak jee, tapi disni mbok imah langsung menyetujui sumpah pocong itu, tpi pak je ttp nyuruh mbok imah ini jangan terlalu cepat ambil keputusan, pikirkan selama sehari atau dua hari dulu, soal sumpah pocong ini.
Aku sama sekali gak ngerti soal apa itu sumpah pocong, aku Cuma baru dengar juga dari peristiwa ini. Ibu langsung mengiyakan tawaran dari pak Jee tanpa dipikirkan dulu keputusannya.
Aku tanya ke ibu, apa itu sumpah pocong, tapi kata ibu itu Cuma sumpah biasa sebenernya, ga ada resiko apapun.
Setelah pulang dari rumah pak Hanif, sorenya mbak Fifi kerumah hanya untuk meyakinkan ibu lagi.
#“Bu, saya belum tau secara pasti siapa pelakunya, saya gak bisa menyebut pasti mbok pelakunya, tapi mungkin mbok bisa tau dimana perhiasan itu dan siapa yang mencurinya, saya bakal merahasiakan soal ini, termasuk dengan mas Hanif,
yang penting perhiasan itu kembali dan pelakunya meminta maaf, insyaallah saya akan memaafkan, mungkin terkait siapa pelakunya kita bisa merahasiakannya, dan saya bisa berbohong dengan mas Hanif seolah perhiasan itu cuma keselip di lemari atau bagaimanapun itu bisa saya atur,
saya siap demi kebaikan semua” jelas mbak Fifi.
Tapi mau gimanapun itu semua pilihan ibuku, mbak Fifi tetap membolehkannya juga justru mendukung kalo memang itu betul2 dilakukan ibuku. Sebelum pulang, mbak Fifi memeluk ibu, berharap semua ini lekas menemukan jalan keluar.
Tapi aku juga agak curiga dengan ibu, sikap ibu keliatan lebih panik dari sebelumnya semacam gak siap. Aku juga lumayan gak yakin kalau ibu setuju dengan pilihannya sendiri. Aku lebih banyak diam dan gak ngomong sepatah kata pun soal sikap ibu.
Aku juga terkesan sudah memfitnahnya kalau aku sudah memikirkan ini, apalagi kalau sampai bertanya.
2 hari berselang akhirnya prosesi pun dilaksanakan. Yang tadinya mau digelar di mesjid desa, tapi kami pindah tempat dirumah pak Hanif. Karena keadaan yg gak memungkinkan, kasus ini sudah menyebar luas, maka dari itu menimbulkan kerumunan masyarakat yang ingin menyaksikan.
Ditambah menurut pak Jee, takut ada hal yang gak diinginkan terjadi, karena prosesi ini gak bisa langsung disaksikan terlalu banyak warga.
Sore itu ibuku diperlakukan layaknya sudah meninggal, karena memang itu syaratnya. Selepas ashar (sekitar jam 4) barulah ibuku dimandikan dengan beberapa perempuan di desa kami, termasuk aku dan mbak fifi.
Kemudian ibuku dikafani dan direbahkan di keranda yang kemudian diletakkan didalam mesjid. Dengan pak Jee yang berperan sebagai saksi netral, prosesi ini dimulai. Dalam proses ini memang dibutuhkan seseorang yang gak ada dipihak siapapun.
Ditengah acara barulah ibuku bersumpah, yang seingatku ibuku bilang,
“Saya bersumpah bukan saya pelaku atas hilangnya perhiasan milik Mbak Fifi, jika saya berbohong, saya siap menanggung apapun akibatnya dari sumpah ini” ucap ibuku dengan jelas dan padat.
Selesai prosesi itu, aku dan mbak Fifi membukakan kafan ibuku, kemudian semua warga kembali kerumah masing2. Sebelumnya, pak Jee menitipkan secarik kertas berisi nomor hpnya, untuk berjaga apapun masalahnya soal spiritual, bisa menghubungi pak Jee.
Masih ada rasa ingin tahuku akhirnya aku tanya betul2 ke ibu
“Beneran bukan ibu kan pelakunya?” Perntanyaan itu betul2 tak terbendung. Yang aku pikirkan apa jadinya jika betul ibu yang mencuri, tapi apapun niatnya mau itu khilaf atau gak sengaja, naya ngeri melihat ibunya diperlakukan seperti itu, di prosesi itu pun sangat2 serius,
aku memikirkan akibatnya bakal seperti apa kalo memang betul. Huf
Jawaban ibuku Cuma “insyaallah semua akan baik2 saja nak, karena meang ibu bukan pelakunya” jawab ibuku singkat, dengan raut yang sekarang ga setegang tadi. Aku akhisnya bisa tenang sedikit.
Setelah itu kami merasa diasingkan oleh penduduk desa, ibuku juga akhirnya mendapat pekerjaan baru untuk menyambung hidup kami di pabrik tahu untuk menjualannya keliling desa atau mengantar tahu ke pedagang pasar .
Ibu selalu bekerja dari jam 6 pagi sampai sore, baru hadir diumah biasanha jam 5 sore. Baru 2 minggu umur ibu kerja di pabrik itu. Satu sore aku nungguin ibu pulang sampai jam 10 malam.
Karena aku panik, aku akhirnya nyari kemanapun aku bisa, Alat komunikasi kami pun Cuma satu2nya hp yang kami tinggal dirumah untuk menghubungi keluar, ibu pun gak pernah bawa hp itu kerja.
Aku pergi ke pengepul tahunya, tapi kesaksian pemilik pengepul itu, ibu sudah setoran uang hasil dagang, kemana ibu kira2? Gak mungkin dia mampir kebsuatu tepat, kemana? Aku betul2 ga ketemu ibu.
Akhirnya aku pulang dengan tangan kosong, tapi, terkejutnya aku pas sampai dirumah, sepeda ibu sudah terparkir di depan teras, aku langsung cepet2 masuk kerumah dan cek ibu, ternyata dia ada di kamar sedang tidur.
Aku lega akhirnya, aku juga maksudnya mau tidur, tapi kasurnya kehalang tubuh ibuku yang posisinya melintang di kasur, gak ada space/sisa ruang lagi untuk tubuhku. Aku pikir ini aneh, apa ibu kecapean, aku gak berani banguni, aku akhirnya tidur diruang tamu.
Selama aku berusaha untuk tidur, aku punya perasaan gak enak mengenai ibu, juga soal posisi tidurnya yang gak seperti biasanya. Akhirnya aku cek lagi ke kamar siapa tau ibu berubah posisi jd aku bisa tidur disebelahnya. Tapi ternyata nggak,
Malah psisinya masih seperti tadi,betul2 seperti orang yang sudah meninggal, tangannya dilipat ke dada dengan badan yang kaku.
Aku balik lagi ke ruang tamu, lagi2 gak mau bangunin ibu yang kelelahan. Wakti diruanh tamu akupun mulai tidur, lama2 masuk kedalam mimpi yang menurutku inilah pertanda buruk untuk ibu.
Aku mimpi ibuku ada di suatu tempat entah dimana, tapi mataku tiba2 seolah tertutup, dan aku dengar banyak orang menanhis di sekeliling. Aku bingung dan ketakutan, yang akhirnya aku bangun dalam keadaan shock dan berkeringat deras,
tanpa sadar juga, aku sudah menangis deras yang buat wajah aku betul2 basah.
Sekedar memastikan lagi akhirnya aku lari ke kamar ibu, aku liat disitu ibu khusyuk sholat tahajud dan posisinya sedang rukun (menunduk, tangan memegang lutut). Aku lagi2 lega, aku kembali tidur karena memang normalnya ibu sholat tahajud setiap hari di jam yg sama.
Subuhnya aku bangun seperti biasa untuk kegiatan sehari2, tapi aku bingung kenapa sudah jam 6 pagi, ibu belum bangun, gak ada pergerakan apapun dari ibu. Karena sebelum jam 6 ibu biasanya sudah berangkat pergi ke pengepul tahu.
Aku lagi2 ke kamarnya, bermaksud bangunin ibu mungkin dia lupa. Tp aku goyang2kan badannya betul2 ga bergeming. Posisinya kini yang sama tapi melintang di kasur dengan kepala dan wajahnya agak telungkup menghadap kiblat.
Aku merinding yang juga panik langsung menelfon pak Jee. Untungnya pak Jee cepat dateng kerumahku dengan istrinya. Beliau langsung ke kamar ibuku dan aku melihat ekspresi pak Jee yang kaget. Pak Jee istighfar seolah hal buruk sudah terjadi.
“Ibu mu udah ga ada nak” jelas pak Jee, aku yang dipelukan istrinya, tiba2 pingsan seketika. Paginya aku terbangun di hadapan ramai orang. Dirumahku juga aku lihat ada mbak Fifi yang merawat aku selama pingsan.
Setelah aku sadar, pak Jee baru menjelaskan soal apa yang dilihatnya. Waktu pertama ia melihat ibu, pak Jee lihat wujud ibu yang sudah terbungkus kain kafan dengan posisi tubuh yang bersis seseorang yang sudah si liang kubur,
ditambah fisik dari ibu betul2 sudah menyerupai pocong yang pucat, dan tidurnya menghadap arah kiblat.
Dari pengelihatanku ibu biasa aja seperti orang yang sedang tidur normal. Malam itu juga diadakan acara tahlilan dirumah pak Hanif, karena pada saat itu aku masih SMA dan lugu gak mengerti apapun, jadi mbak Fifi lah yg menyiapkan segalanya.
Ibuku dimakamkan juga pada sore itu yang dibantu keluarga pak Hanif dan mbak Fifi. Mbak Fifi selalu berusaha menenangkanku didekatnya, aku lihat gelagat mbak Fifi yang merasa betul2 menyesal dan bersalah padaku.
Belum selesai sampai disini, pak Jee akhirnya mempertemukan aku lagi dengan keluarga pak Hanif,
“Maaf nduk, kami harus mebahas ini, walaupun saya tau adik masih berduka, tapi pihak pak Hanif butuh klarifikasi” jelas pak Jee yang hanya aku balas dengan anggukan.
Sebetulnya, menurut pak Jee dan keluarga pak Hanif, sebelum ibu dimandikan atau masih dalam keadaan tidur, mereka melihat ibuku sudah rapi menjadi pocong, keadaan yang sungguh berbeda dari apa yang aku lihat , Cuma aku melihat ibu layaknya orang tidur biasa.
Pak Jee juga bilang memang ini konsekuensinya jika berani berbohong dan bersumpah pocong, ya, resikonya kematian. Aku yang masih gak terima sama sekali kalau ibuku pencuri, bahkan berani berbohong, aku jelaskan pada mereka kalau ibuku sakit biasa,
ibu memang punya riwayat sakit ginjal, tapi sudah lama dan diagnosanya ga begitu parah.
Aku masih gak menduga kalau ibu mencuri barang berharga dari mbak Fifi, orang yang begitu baik dengan keluargaku. Yang sering disanjung juga ibuku soal kebaikan mereka. Setelah dipikir2 gaada yang gak mungkin, aku perlahan menerima kenyataan kalau memang ibuku yang nyuri.
Sebetulnya kurang puas mungkin dari mbak Fifi yang belum menemukan dimana emasnya, tapi mbak Fifi juga akhirnya memaafkan dan lebih menyesal mengambil jalan nekat seperti itu. Daripada hartanya yang gak seberapa itu harus menelan korban lagi,
jadi mbak Fifi lebih baik ga nyari lagi siapa pencurinya.
Ga ada yang bisa menggantikan nyawa, tapi harta bisa dicari lagi. Setelah kepergian ibu aku jadi sendirian, hidup mandiri, ya mau gimana lagi? Rasanya semakin aku sendirian, aku masih merasa ibu ada disini, wangi serimpi khas jenazah masih tercium di penjuru rumah.
Antara sedih, tapi ngeri.
Beberapa hari keudian aku mimpi bertemu ibu, aku yakin ini bukan mimpi, karena terlalu nyata. Tp kalopun ini nyata, ini terlalu gak logis. Aku dengar ibuku sambil mengelus rambutku dan manggil “nduuk, nduuk”, kemudan aku bangun,
Melihat didepanku ada ibu yang sedang sholat memakai mukena putih dengan posisi rukuk disamping tempat tidur. Aku masih ga yakin ini mimpi, aku amati gerakannya nyata, bahkan angin malam waktu itu terasa semilit, semakin aku amati, aku semakin lemas dan gelap.
Bangun, hari sudah pagi, tapi aku bukannya segar malah ngerasa lemas dan aku pingsan lagi. Setelah dari kejadian itu, aku jadi takut ada dirumah sendirian, jadinya aku cerita ke mbak Fifi, pak Hanif, bahkan pak Jee kalau ibu masih ada dirumah.
Mau dibantah seperti apapun, yang aku lihat itu ibu, nyata,
“Jangan perlihatkan lagi bu, Naya takut, Naya sendirian dirumah.” Ucap aku setiap aku sendirian dirumah. Semenjak itu tidak ada lagi gangguan dari ibuku. Tapi yang namanya itu ibuku, aku gak pernah lupa gimana aku merasakan kehadirannya disini,
apalagi aku menyaksikan detik kematinnya.
Singkat cerita aku memutuskan pindah ke Surabaya karena budheku menawarkan tinggal dengannya. budhe ku, atau saudara jauh dari alm. Bapakku namanya buk As. Aku pindah membawa seluruh barang yang bisa dibawa.
Waktu aku angkut lemari yang ada di dapur, aku sekalian sapu juga karena debu numpuk yang selama ini ga tersentuh tangan. Aku nemu 1 kantong plastik kecil yang sengaja diikat rapi dibawah lemari itu diletakkan.
Takutnya ini punya ibuku, aku buka dan ternyata isinya perhiasan emas. 1 kalung dan 2 emas yang ukurannya ga terlalu besar. Punya siapa ini ya? Aku gak pernah liat ibu pakai perhiasan ini, untuk apa ibu simpah perhiasan ini. jangan2 ini perhiasan mbak Fifi.
Akhirnya karena aku mikir juga perhiasan yang ternyata sedikit ini udah ngambil nyawa ibuku, aku niatnya aku simpan saja dan suatu saat aku jual yang paling harganya gak seberapa itu. Aku sudah dibuat kesal dengan keputusan mbak Fifi karena menghilangkan nyawa ibuku.
Bahkan aku ingat pak Hanif bilang (hilang semua) ternyata Cuma 3, ya kalaupun Cuma 3, kenapa bilang semuanya? Kalau memang semuanya, ini sedikit banget, ahh sudah kalut perasaanku waktu itu. Pilihanku untuk tetap aku simpan saja entah sampai kapan.
Setelah kurang lebih setahun kalau gak salah, aku pikir perbuatanku ini salah, dan gak tega juga ke mbak Fifi, kalau memang Cuma 1 biji, tapi itu barang berharga, siapa yang gak akan murka atau panik kehilangannya? Ya kan.
Dari surabaya aku putuskan untuk kerumah mbak Fifi waktu itu, ke desa tempat aku tinggal dulu. Untuk sekedar mengembalikan perhiasannya itu.
Ternyata betul itu punya mbak Fifi.
“Ada lagi mbak yg hilang? Siapa tau ibuku sudah menjualnya, nanti biar aku gantikan lagi” tanya aku memastikan, dan mau tau juga apa memang ada sebanyak apa yang hilang.
“Gak perlu Naya, Cuma ini aja kok yg hilang” jawab mbak Fifi dengan entengnya. Lagi2 aku berfikir, Cuma ini, Cuma ini yang buat nyawa ibuku melayang.
“Terimakasih Naya, kamu udah baik banget mau rela jauh2 dari surabaya untuk kembalikan perhiasan ini, aku mau titip ini untuk kamu jaga baik2 ya” tawar mbak Fifi yang memberikan kalung tersebut. Tapi aku gak mau lagi melihat wujud kalung itu,
aku mau melupakan sakit hati dan juga mau ikhlas untuk kepergian ibuku. Aku pun menolaknya dengan sopan dan balik lagi ke surabaya.
Di jalan pulang menuju surabaya aku berkecamuk, mencuri bukan hal yang dibenarkan, tapi aku gak pernah habis pikir, ibuku mencuri Cuma untuk biaya kuliahku, bukan untuk kekayaan dan kepuasan, kalaupun untuk kaya, sepertinya ibuku bakal mencuri dengan jumlah yang banyak.
Orang yang sekali diampuni ketahuan mencuri pun bakal mengulang hal yang sama, bertambah bertambah dan bertambah banyak jumlah yang dicuri. Tapi sebagai korban juga harusnya pak Hanif tidak melebih2kan menyikapi kasus ini.
Akhirnya aku hidup di surabaya dengan tenang, memulai segalanya yang baru, dan akhirnya siap menceritakan ini ke banyak orang untuk sharing, tanpa menjaguhkan aib sendiri. Untuk nama yang sudah aku sebut diatas, sudah aku samarkan identitasnya, jadi kalaupun ada kesamaan,
mungkin itu hanya kebetulan. 🙏🏼
-TAMAT-
Mohon maaf kalau ada typo atau salah penyebutan, dan thread yg berulang, aku cuma manusia, bukan demit apalagi bidadari. Makasih oll 🌚

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Payung Hitam

Payung Hitam Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @PayungH11101101

27 Jun
YANG TERTANAM
Kita tidak pernah tahu isi hati seseorang, malapetaka ini aku dapat dari tetangga dekat sendiri

[A Thread]
@bacahorror #bacahorror #santet Image
Ini cerita dari follower Payung Hitam, aku share pengalamannya disini karena aku bener2 relate. Curhat sedikit, aku juga sering ngalamin waktu renovasi rumah apaun itu, ganti pagar, ngecat, renovasi kebun, selalu ada aja tetangga yg pengen tau.
Aku agak risih sebenernya, kenapa
Ini pengalamanku yang amit2 terjadi lagi, kejadian yang menimpa keluarga kami pada tahun 2004 waktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar.
Read 43 tweets
19 Jun
Kata bapaku kalo supir truk duduk ber 2/sendiri itu normal, tp kalo ber 3 itu dipertanyakan yg ditengah. Kenapa? Katanya si yg tengah itu biasanha org mati. Kenapa bisa org mati? Iya kayak misal ada perantau yg ga punya uang untuk diantar pake ambulan, ya mayatnya dibawa pke truk
Biasanya pake truk antar kota gitu, katanya bapa aku liat sendiri bahkan ngobrol nanya2 sama sopir truknya, ya sopirnya bilang apa adanya, dan sopirnya santuy aja katanya udah biasa mereka bawa mayat. Bingung sih aku, apa gak bau ya? Dan mayat kan ga boleh ditekuk🤔
Apa bener begitu ya kawan? Kalo iya si serem bgt asli, tp bapaku liat juga org yg ditengah biasa aja, kayak org lg tidur, trus disarungin🤷🏻‍♀️
Read 5 tweets
15 Jun
MENIKAHI JIN
Mengikhlaskan dan mengorbankan-

[A Thread]
@bacahorror #bacahorror #menikahijin Image
Temen2 semua, jangan lupa berdoa sebelum baca thread ini, karena dalam prosesnya menyusun cerita ini aku ngerasa badan bener2 gak enak padahal udah diusahain fresh waktu nulis, dan aku usahain selalu pagi kalo nulis gini.
***
Aku Tya, kejadian ini aku alami waktu tahun 2017, kejadian ini ga akan pernah aku lupa karena pertama kalinya aku bersinggungan dan melihat kehidupan lain di bumi selain binatang dan tumbuhan seumur hidupku.
Read 96 tweets
28 May
Warung Sembako Pojok Wetan

Bukan mengenai pesugihan, tapi kelamnya penyesalan dalam kematian.

[A Thread]
@bacahorror #bacahorror Image
Halo temen2, nama aku Roro, salam hangat untuk para followers payung hitam, soalnya aku followersnya juga✌🏼mau berbagi kisah pengalaman aku waktu dulu sekitar tahun 2003 waktu aku masih kelas 6 SD.
*nama akun ga admin tag karena permintaan dari narasumber ya
Read 137 tweets
1 May
JALAN PULANG

Entah karena kesalahan teknis, atau dunia lain yang lagi “menyalahi” kita.

[A Thread]
@bacahorror #bacahorror #threadhorror Image
Temen2, udh lama banget ini payung hitam ga up pengalaman horror, ya kayak di twitt sebelumnya Udh admin jelasin ya admin sibuk😭.
Oiya kali ini mau admin ceritain tentang pengalaman rekan kerja admin yang gak masuk akal, tapi sayangnya rekan kerja admin ini udh ga punya bukti2 di cerita ini, alias hp dia yang lama udh hilang.
Read 90 tweets
31 Mar
Yang Terkasih Anandaku

Anakku yang hebat, anakku yang malang, ibumu ini aku, bukan dia

[A Thread]
@bacahorror #bacahorror Image
Terjadi di satu desa kecil di Jawa Barat, penderitaan ini baru berakhir 2 tahun silam sekitar tahun 2018.
Nama saya Kumala, alumni siswi SMU unggulan dan termasuk murid unggulan di sekolah saya. Saya mempercayai admin payung hitam karena awalnya memang admin langganan olshop saya, jadi akhirnya kami sudah sangat dekat dan saling bertukar cerita.
Read 139 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(