Amankah Kebijakan Makan di Tempat Makan di Masa Wabah Lagi Naik?
-- Utas
Sangat disayangkan kebijakan ini yang diambil hanya dari acuan penurunan kasus yang bias.
Apakah waktu 30 menit bisa mengurangi penularan? Tidak ada bukti ilmiahnya.
Selama ini virus menular tidak memandang waktu, tapi lebih ke jarak & sirkulasi udara.
Lagipula siapa yang akan menentukan waktunya?
Ga mungkin ada petugas yg akan mencatat waktu masing-masing pengunjung lalu mengusirnya.
CDC bahkan sudah mengeluarkan studi tentang efek pembolehan makan di tempat umum yg akan menaikkan kasus & kematian dalam rentang 40-100 hari setelah aturan diberlakukan:
Mari kita lihat 1-3 bulan ke depan, apakah kasus akan makin naik. Namun, bisa jadi kenaikannya tidak terlihat kalau testing malah diturunkan.
Yang jelas kalau memang pertimbangannya Ekonomi, negara akan tetap merugi kalau beban faskes melonjak.
Untuk masa sekarang, pedagang kecil bisa tetap berjualan dengan protokol ketat tanpa harus makan di tempat.
Kalaupun terpaksa boleh makan di tempat, outdoor dengan jarak antar meja lebih meminimalisir penularan, daripada terfokus pada waktu.
Itupun risiko virus menempel di benda-benda sangat tinggi. Belum tentu tiap saat diberi disinfektan.
Untuk sekarang kasus naik, seharusnya tetap take away.
***
30 Menit, Amankah Makan di Luar?
Di ruangan indoor, seorang yg + covid-19 bisa saja sekedar bernapas lalu keluar ruangan, tapi virusnya masih bertahan & melayang-layang di ruangan itu.
Berdasar penelitian, 1 menit berbicara bisa menularkan 1000 butiran kecil aerosol yg mengandung jutaan virus & bertahan di udara paling tidak 8 menit:
Dengan fakta ini, apalagi varian Delta yang 60% lebih cepat menular, kita harus lebih aware. Lebih waspada.
Meskipun kebijakan diperlonggar, sebisa mungkin hindari makan di tempat publik.
Lindungi diri dengan masker N95 yang bisa untuk menyaring aerosol dibanding masker bedah biasa, setidaknya 95% proteksi.
Kalaupun pakai masker bedah rangkap dengan masker kain, setidaknya bisa menurunkan risiko penularan 94%.
Tapi, tetap ga mungkin kan makan pakai masker?
Suatu komentar di FB :
Jawab saya :
Karena aturan menangani pandemi (harusnya) tidak dibuat mengikuti suara rakyat banyak, tapi mengikuti SAINS & penelitian.
Ketika aturan pemerintah berdasarkan penelitian, misal vaksin, tentu harus diapresiasi. Tidak perlu hiraukan rakyat menghujat yang tidak paham.
Tapi jika aturan pemerintah tidak sesuai penelitian, ya wajar harus dikritisi.
Karena parameter kebenaran dalam mengatasi pandemi bukan apa kata rakyat, tapi sesuai atau tidak dengan penelitian yang ada, kebijakan ada dasar ilmiahnya atau tidak.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Belajar dari Sejarah: Pandemi itu Real, Bukan Konspirasi & Vaksinasi Berhasil Mengatasinya
____
Ini postingan lama yg saya upload lagi, berhubung maraknya berita konspirasi seolah pandemi ini tidak real & banyak yang menolak program vaksinasi, termasuk tokoh masy berpengaruh
Seperti seorang tokoh agama yg baru2 ini nyatakan bahwa Indonesia akan dibantai tidak lewat perang tapi lewat vaksin
Lebih sedih lagi ketika sesetokoh seperti mantan Menkes, Bu SFS berdialog dengan Bu TT, menyatakan tidak ada vaksinasi yg berhasil sepanjang sejarah...
...dan vaksin tidak diperlukan di masa sekarang selama virusnya masih mutasi. Katanya pandemi di masa lalu terhenti karena virusnya berhenti bermutasi baru vaksin bisa berhasil.
Ivermectin, antara Obat yg Belum Terbukti dan Mencari Keuntungan di Tengah Pandemi
_____
Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkap jejaring bisnis dan politik PT Harsen Laboratories, perusahaan yang memproduksi ivermectin.
Penemuan penting dari penelusuran ini yakni kaitan antara PT Harsen Laboratories dengan politikus PDI Perjuangan (Ribka Tjiptaning) & Kepala Staf Kepresidenan (Moeldoko).
Gambarannya adalah ada sebuah perusahaan mencoba mencari keuntungan dengan menjalin relasi dengan berbagai pihak, di antaranya adalah politisi & pejabat publik.
Bu Lois: Covid-19 tidak ada, yg meninggal di RS karena asidosis laktat akibat interaksi antar obat?
- Utas
Banyak pembela Bu Lois yg menganggap tidak ada yang mampu membantah secara ilmiah Bu Lois, tapi malah menyerang personalnya.
Gak tanggung-tanggung, pengikutnya sampai mensejajarkan dengan Nabi yg dulu sering dianggap gila oleh musuhnya.
Padahal Bu Lois yg suka nyerang personal, bodoh-bodohin orang.
Begini ya, tidak ada tanggapan secara ilmiah, justru karena pernyataan beliau itu jauhhhh dari ilmiah. Sehingga debunk cukup dengan pikiran jernih tanpa referensi ilmiah pun bisa.
Tapi kalau mau bantah pakai referensi ilmiah, ya jelas jauh lebih bisa lagi.