Ada kisah pendek ttg dua orang yg menapaki jalan spiritual. Mungkin mereka saudara kandung atau saudara seperguruan. Entahlah.
Suatu hari mereka terlibat dalam perdebatan cara siapa paling benar. Gagaṅakiṅ bilang bahwa Kesempurnaan hanya bisa diraih dengan menjauhi dunia.
Gagaṅakiṅ melihat dunia sbg penghalang. Ia pun menutup diri, menjauhi masyarakat yg dinilainya sdg tenggelam dlm lumpur derita.
Gagaṅakiṅ menjadi kaku, kurus. Namanya sendiri berarti ranting kering. Layu. Tidak berbuah. Tidak bermanfaat. Ia sibuk dalam pemikiran sendiri.
Gagaṅakiṅ mengkritik saudaranya, Bubukṣā, yg sibuk terlibat dlm berbagai upaya pemberdayaan masyarakatnya. Gagaṅakiṅ mengejek badannya yg gemuk & pakaiannya yg rapi. Sedangkan Gagaṅakiṅ kerap tambil lusuh, kotor utk menunjukkan "penderitaan"-nya menjalani laku suci.
Bubukṣā sendiri dlm bhs #Sanskerta berarti ia yg selalu lapar--mungkin sebagai ejekan tetapi bisa juga menyiratkan kebijaksanaan. Bubukṣā tidak pernah menutup diri. Ia belajar dan berbagai kpd siapa saja yg membutuhkan. Bubukṣā terus berproses, tidak pernah berhenti.
Mengetahui perdebatan itu, Betara Guru punya ide utk menguji keduanya dgn mengutus Kalawijaya yg menyamar sbg harimau kelaparan. Kebetulan saat itu sdg kemarau. Pertama, ia datang menemui Gagaṅakiṅ minta makan.
Gagaṅakiṅ bilang ia tidak punya apa-apa. "Lihatlah badanku saja kurus begini." Sang harimau pun pergi dan menemui Bubukṣā.
Begitu melihat harimau tsb Bubukṣā langsung mengeluarkan berbagai makanan yg ada. Konon, ia bahkan menyerahkan dirinya utk dimakan jika perlu.
Bubukṣā memahami bahwa seluruh laku spiritualnya itu adl utk menyiapkan dirinya agar bisa melayani (Skt. seva) Dewata dgn melayani makhlukNya.
Kemudian sang harimau membuka samarannya. Kemudian berkata bhw Bubukṣā telah memahami inti Kebajikan & akan dibawa ke alam para suci.
Kalawijaya meminta Bubhukṣā naik ke punggungnya. Namun Bubhukṣā teringat kakaknya, Gagaṅakiṅ. Bubhukṣā bilang bhw kakaknya juga sudah berupaya keras dgn segala lakunya & sepantasnya juga ikut serta. Kalawijaya membolehkan, tetapi ia hanya boleh berpegangan pd ekornya.
Spiritualitas ala Gagaṅakiṅ mementingkan diri sendiri. Hanya dia yg akan masuk Swargaloka, yg lain begitu kotor. Tak layak.
Spiritualitas ala Bubhukṣā lebih berwarna & berguna. Seperti teratai yg mekar wangi wlpn tumbuh dari lumpur.
Kadang kisah Gagaṅakiṅ & Bubhukṣā ini sering dipakai menjustifikasi utk bebas sesuka hati, hidup tanpa disiplin. Padahal Bubhukṣā digambarkan pd panel candi dgn rambut tergelung rapi. Rambut adl simbol keinginan, sedangkan Gelung adl simbol pengendalian bahkan keindahan.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ktk berbicara ttg Afghanistan jarang terpikir ttg mistik sufi Rumi. Beliau diperkirakan lahir di Balkh (alt lain: Wakhsh, Tajikistan).
Wilayah peradaban yg membentang dr tepian Persia hingga ke Nusantara kerap diberkahi kehadiran para mistik, resi yg mewarnai kesadaran pddknya.
Para mistik kerap menggambarkan bhakti-nya kpd Tuhan sbg hubungan antarkekasih atau madhurya dlm tradisi Hindu. Selain itu ada nuansa bhakti lain yg dikenal: shanta (kedamaian), dasya (sbg pelayan), sakhya (sbg sahabat), dan vatsalya (sbg ibu kpd anaknya).
Tradisi spiritual yg tumbuh di wilayah peradaban ini melihat hubungan dgn Hyang Agung sbg sstu yg personal, penuh warna. Ia tidak berada jauh di atas langit sana, tp begitu dekat. Ia bisa disaksikan di mana-mana: gunung, laut, hutan dst. Rasa bhakti, manembah adl unsur penting.
Selain melawan (fight) dan melarikan diri (flight), nggak jarang juga reaksi kita membeku (freeze) padahal pada saat itu yang dibutuhkan adl respon yang tepat.
Arjuna mengalami ini sesaat sebelum Bharatayuddha dimulai. Ia menjelaskan:
“Badanku lemas, mulut terasa kering, sekujur tubuhku bergetar, bulu kudukku berdiri. Aku tak kuat memegang busur. Kulitku seperti terbakar. Aku tidak merasa sprt diriku yg biasa. Pikiranku pun kacau.”
Yg dialami Arjuna juga kita alami sehari-hari. Bahkan mungkin sering. Ini yg membuat percakapan antara Arjuna, sang pasien, dan Krishna, sang konselor, membumi.
Arjuna pun bahkan mengaku ingin melarikan diri saja. Pergi ke tengah hutan supaya hidup tenang, damai, tanpa konflik.
Purnama bulan Vaishakha akan terjadi Rabu malam, 26 Mei 2021. Puncak purnama sekitar jam 18.13 WIB. Namun pada saat yg sama akan terjadi gerhana bulan total (gambar kedua bulan memerah gelap). Purnama Vaishakha ini terjadi di bintang Anuradha (Acrab, Dschubba, & pi Scorpii).
Purnama Vaishakha ini dirayakan sebagai hari Wasiak, Buddha Purnima sekaligus Kurma-awatara Jayanti. Purnama ini dirayakan baik olh umat Buddha maupun Hindu. Hari Waisak jd ingat Borobudur. Kompas mengangkat infografisnya hari ini:
Kumpulan kata-kata #Sanskerta dari tradisi Hindu yg sering disalahartikan dan dikaitkan dengan hal-hal/ilmu gaib. #AsalKata
🧙♂️ 🪄 A thread 🪄 🧙♂️
SAKTI dari śakti (√śak) berarti mampu, cakap, kuat; kemampuan; energi, daya. Karena kekuatan atau energinya itu, seseorang yang śakti mampu menundukkan, mengendalikan dirinya. Perempuan juga disebut śakti. Mengandung & melahirkan anak perlu kekuatan besar. #AsalKata#Sanskerta
(SAKTI) MANDRAGUNA dari mandra-guṇa berarti memiliki sifat/kualitas (guṇa) yang bagus, menawan, menyenangkan (mandra). Mencapai kualitas ini tidak mudah. Ke-śakti-an, kemampuan kita perlu selalu diasah. #AsalKata#Sanskerta
tapa - melakoni disiplin laku spiritual scr rutin & bersemangat;
ghṛṇā - pengasih, penyayang kpd semua.
“Sifat-sifat itu juga bisa dilihat pd yg lain, bahkan yg dianggap sudra sekali pun. Jk itu ada pd sorg sudra mk ia bukan sudra. Dan jk tiada dlm diri sorg brahmana, mk ia bukan brahmana. Hanya mrk yg memilikinyalah yg pantas dipandang sbg brahmana & mereka yg tidak adl sudra.”
Bagian tubuh #Yoga berikutnya di dalam teks Nusantara Vrati-Śāsana (VS) adl Niyama. Awalan ni- memberi penekanan bhw pedoman perilaku ini lebih terkait dengan internal diri. Niyama ini terdari:
Sila Niyama pertama adl 'akrodha' yg berarti tidak berada di atau terbawa/hanyut dlm kemarahan, iritasi, amuk, rusuh. Guruji Anand Krishna mengingatkan bhw amarah, amuk mengaburkan penglihatan & pikiran shg kita bisa mengambil langkah yg salah. Sesal selalu datang terlambat.
Amarah, amuk & kebencian ini bisa tanpa sadar ditanamkan sejak dini, ditujukan kpd mrk yg beda kepercayaan, pendapat dll. Tdk boleh berteman atau jadi bawahan mrk & lebih baik dekat dgn orang2 kita saja krn mrk jahat, pemuja batu/jin dsb. Lalu terpicu sedikit saja lgsg tersulut.