Purnama bulan Vaishakha akan terjadi Rabu malam, 26 Mei 2021. Puncak purnama sekitar jam 18.13 WIB. Namun pada saat yg sama akan terjadi gerhana bulan total (gambar kedua bulan memerah gelap). Purnama Vaishakha ini terjadi di bintang Anuradha (Acrab, Dschubba, & pi Scorpii).
Purnama Vaishakha ini dirayakan sebagai hari Wasiak, Buddha Purnima sekaligus Kurma-awatara Jayanti. Purnama ini dirayakan baik olh umat Buddha maupun Hindu. Hari Waisak jd ingat Borobudur. Kompas mengangkat infografisnya hari ini:
Kumpulan kata-kata #Sanskerta dari tradisi Hindu yg sering disalahartikan dan dikaitkan dengan hal-hal/ilmu gaib. #AsalKata
🧙♂️ 🪄 A thread 🪄 🧙♂️
SAKTI dari śakti (√śak) berarti mampu, cakap, kuat; kemampuan; energi, daya. Karena kekuatan atau energinya itu, seseorang yang śakti mampu menundukkan, mengendalikan dirinya. Perempuan juga disebut śakti. Mengandung & melahirkan anak perlu kekuatan besar. #AsalKata#Sanskerta
(SAKTI) MANDRAGUNA dari mandra-guṇa berarti memiliki sifat/kualitas (guṇa) yang bagus, menawan, menyenangkan (mandra). Mencapai kualitas ini tidak mudah. Ke-śakti-an, kemampuan kita perlu selalu diasah. #AsalKata#Sanskerta
tapa - melakoni disiplin laku spiritual scr rutin & bersemangat;
ghṛṇā - pengasih, penyayang kpd semua.
“Sifat-sifat itu juga bisa dilihat pd yg lain, bahkan yg dianggap sudra sekali pun. Jk itu ada pd sorg sudra mk ia bukan sudra. Dan jk tiada dlm diri sorg brahmana, mk ia bukan brahmana. Hanya mrk yg memilikinyalah yg pantas dipandang sbg brahmana & mereka yg tidak adl sudra.”
Bagian tubuh #Yoga berikutnya di dalam teks Nusantara Vrati-Śāsana (VS) adl Niyama. Awalan ni- memberi penekanan bhw pedoman perilaku ini lebih terkait dengan internal diri. Niyama ini terdari:
Sila Niyama pertama adl 'akrodha' yg berarti tidak berada di atau terbawa/hanyut dlm kemarahan, iritasi, amuk, rusuh. Guruji Anand Krishna mengingatkan bhw amarah, amuk mengaburkan penglihatan & pikiran shg kita bisa mengambil langkah yg salah. Sesal selalu datang terlambat.
Amarah, amuk & kebencian ini bisa tanpa sadar ditanamkan sejak dini, ditujukan kpd mrk yg beda kepercayaan, pendapat dll. Tdk boleh berteman atau jadi bawahan mrk & lebih baik dekat dgn orang2 kita saja krn mrk jahat, pemuja batu/jin dsb. Lalu terpicu sedikit saja lgsg tersulut.
Wlpn berakar dari ajaran Veda yg disucikan olh umat Hindu, siapa pun bisa memperoleh manfaat dr #Yoga. Bukan hanya raga saja yg diolah di dlm Yoga, namun juga lapisan-lapisan lain: energi, pikiran, rasa dst. Krn itu Yoga perlu dipraktikkan scr menyeluruh. Yoga bukan hanya asana!
Yoga juga BUKAN latihan sekian kali sehari/minggu selama sekian jam, lalu di luar itu Yoga bisa dilupakan. Yoga adl gaya hidup—seperti yg dijelaskan dlm Vrati-Śāsana (VS). Sang Mpu di dlm VS membahas mulai dr makanan, kode etik, disiplin hingga bgmn berkarya di dunia dgn baik.
Apa yang diungkapkan dlm berlembar-lembar tulisan, bisa disampaikan dgn 1 simbol. Kata-kata dan tulisan pun sebenarnya rangakian simbol-simbol. Tak lebih, tak kurang.
Mereka yg mengagungkan kata/tulisan lalu merendahkan simbol sebenarnya belum memahami kebenaran.
Mereka pun kemudian menyusun teologi dan merasa sudah mampu menjelaskan kebenaran. Mereka lupa bahwa yang coba digambarkannya dgn kata/tulisan pun melampaui pikiran, berada di atas semua “logi” tetapi mereka sendiri terjebak di dalam perangkap pikirannya.
Sementara itu, simbol bisa mengantarkan kita masuk ke dalam diri, melepaskan usikan pikiran. Karena itu para bhakta/panembah pun memejamkan mata—selesai sudah peran sang simbol. Hening. Bening. Tanpa berisik kata dan logika.
Mpu Tantular memulai tubuh-cerita Puruṣādaśānta (Kakawin Sutasoma) dengan menjelaskan latar di mana cerita ini dimainkan.
Kakawin ini bukan sekadar cerita, tp sebuah mandala, yantra. Cerita ini terjadi di dalam diri kita semua. #NgajiSutasoma
Alkisah, di kerajaan Hastina ada seorang raja bernama Mahaketu. Ia adl keturunan Kuru, wangsa Kaurawa.
Permaisurinya, Dewi Prajñādharī, dicintai [kāsiḥ] dan dipuja-puji seluruh negeri [pinuji riṅ rāt] karena "kahayvan"-nya.
Kerajaan Hastina memiliki banyak kesatria tangguh [mahāvīra] dan setia. Para raja [bhūpati] di bawah federasi yang dipimpin Mahaketu menaruh hormat dan berbakti kepadanya [śrī narendra].