Apakah Islam memperbolehkan childfree dalam pernikahan? Lalu untuk apa menikah kalau tak ada motif punya anak?
Begini…
A thread
Pertama, kita harus clear bahwa misi utama pernikahan dalam Islam adalah kemaslahatan. Maslahat untuk siapa? Kemaslahatan dalam Islam meliputi individu, pasutri, keluarga, masyarakat, negara, dan dunia.
Ada lima pilar pernikahan untuk mewujudkan kemaslahatan. Pertama, Mitsaqan Ghalidlan, keyakinan bahwa perkawinan adalah janji yang kokoh sehingga tidak mempermainkannya.
Hal ini terkait dengan nikah sebagai komitmen pasutri dengan Allah sehingga setiap keputusan dalam pernikahan mesti bisa dipertanggungjawabkan pd Allah, termasuk mau punya anak atau tidak.
Kedua, Zawaaj, keyakinan bahwa suami dan istri dalam perkawinan adalah berpasangan sehingga saling melengkapi dan bisa bekerja sama untuk kemaslahatan.
Ketiga, Mu’asyarah bil Ma’ruf, suami dan istri saling memperlakukan pasangannya secara bermartabat. Keempat, Musyawarah, suami dan istri menjadikan musyawarah sebagai cara mengambil keputusan keluarga. Termasuk dalam memutuskan akan memiliki anak atau tidak.
Kelima, Taradlin, suami dan istri saling menjaga kerelaan pasangannya dalam setiap tindakan. Termasuk jika salah satu ingin memiliki anak/tidak. Keputusan yang diambil harus diridhai.
Jadi pilar-pilar inilah yang penting untuk diperhatikan. Lalu bagaimana dengan childfree?
Keputusan memiliki anak adalah salah satu cara untuk mewujudkan kemaslahatan bagi sebagian orang, tapi bisa jadi tidak memiliki anak juga adalah cara yang maslahah.
Kita lihat lapisan kemaslahatan tadi. Misal, ada pasangan yang memilih tidak memiliki anak biologis karena melihat dunia sudah overpopulasi. Pasangan tersebut kemudian memilih untuk merawat anak-anak yang terlantar.
Jika itu dianggap sebagai kemaslahatan bagi pasangan tersebut, why not? Namun jika bagi sebuah pasangan memiliki anak biologis adalah kemaslahatan bagi mereka, hal ini juga bagus. Yang penting itu adalah keputusan bersama.
Bukan karena salah satu pasangan memiliki keinginan A, kemudian ia memaksa pasangannya mengikuti tanpa dimusyawarahkan. Tanpa menjaga kerelaan pasangannya. Hal itu tentu bertentangan dengan pilar pernikahan dalam Islam.
Jadi, boleh childfree gak nih? Jawabannya: tergantung. Karena prinsip dasar hukumnya tergantung illat (sebab). Yang jelas, memutuskan punya anak mesti memastikan anak tidak menjadi generasi lemah.
Yang memutuskan tidak punya anak mesti memastikan juga bahwa pilihan itu membuat pasutri lebih banyak bisa mewujudkan kemaslahatan dalam bentuk lainnya
“Gus, bukannya syarat menikah itu salah satunya aqil baligh, yang artinya punya tujuan reproduksi? Kalau menikah tak berurusan dengan punya anak, tidak usah menunggu Aqil baligh dong?”
Sek sek...
Benar, Islam menyaratkan dua hal tersebut. Artinya, berakal saja tidak cukup kalau secara usia belum baligh. Juga sebaliknya. Usia yang cukup harus disertai dengan intelektualitas yang memadai.
Btw aqil baligh itu tidak hanya siap secara biologis tapi jugag mental sehingga mampu memutuskan tindakan yang maslahat bagi diri sekaligus pasangannya.
Karena pernikahan itu bukan hanya persoalan biologis, tetapi juga spiritual dan pertimbangan lainnya. Toh, di dalam Islam, hukum pernikahan itu beragam.
Hukum asal menikah adalah diperbolehkan (mubah). Namun hukumnya bisa berganti jika bertemu dengan kondisi-kondisi khusus.
Misalnya, bagi orang yang tidak mampu menahan hawa nafsunya, maka menikah menjadi wajib.
Namun pernikahan bisa saja menjadi haram. Misal jika ada orang menikah dengan tujuan untuk menyakiti pasangan.
Atau bagi orang yang tidak punya kemampuan lahir-batin, maka pernikahan juga haram baginya.
Pernikahan juga menjadi sunnah bagi orang yang sudah cakap lahir batin. Catat: sunnah. Jika dikerjakan mendapat pahala, jika tidak ya tidak apa-apa. Gitu aja kok repot.
Sekali lagi, tujuan punya anak atau tidak adalah cara untuk mencapai maslahah. Setiap pasangan punya kondisinya masing-masing. Yang penting, ingat kelima pilar di atas ya gaes.
Tidak ada satu pun dalil di Islam yang mengaharamkan childfree.
Wong mau nikah atau tidak aja woles kok. Banyak ulama terkemuka yang memilih tidak menikah. Contohnya? Mufassir Ibnu Taimiyah, At-Thabari, atau sang penemu aljabar Al-Khawarizmi.
Kata Nabi: Islam itu mudah. Jangan dipersulit. Yang paling penting adalah menjadi insan yang maslahah untuk semua. Khairunnas anfa'uhum linnas. Sebaik-baiknya manusia adalah yg bermanfaat bagi lainnya.
Khairunnas anfa'uhum linnas merupakan manusia yg ideal. Mereka yang menjadi versi diri yang terbaik sehingga mampu menebar manfaat seluasnya. Begitu pun pasutri ideal. Memutuskan punya maupun tidak punya anak semua tergantung manfaat.
Wallahua'lam. Sekian...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Hari ini adalah hari ulang tahun Gus Dur versi 4 Agustus. Lho, emang ada versi lainnya? Ada! 7 September. Jadi yang benar mana? Tidak tahu. Karena baik 4 Agustus atau 7 September hanyalah versi yang diungkap. Begini… #HarlahGusdur#KangenGusdur
Kisah ini diungkapkan putri bungsunya, @inayawahid. Saat akan menuliskan tanggal lahir #Gusdur 7 September 1940 di batu nisan, Aisyah Hamid, adik kandung Gus Dur, membantah. “Eh, ya enggak mungkin lah bapak-mu lahir September 1940. Wong aku aja lahirnya 6 Juni 1940 kok.”
Jika membaca biografi #Gusdur yang ditulis Greg Barton, beberapa minggu setelah #Gusdur lahir, Ibu Nyai Solichah sudah mengandung Aisyah. Artinya, Gus Dur kemungkinan lahir pada tahun 1938 atau 1939. Misteri ini belum bisa dipecahkan hingga hari ini.
Kronologi. Pak Totok, jemaat Katolik ST Yosef Mojokerto wafat pada tgl 8 Juli 2021 di RS Gatoel Mojokerto. Ia ditolak untuk dimakamkan di pemahaman Sooko Indah karena disebut khusus muslim. Keluarga kemudian memakamkan di Blitar.
Mendengar kabar itu, Gusdurian Mojokerto membuat surat terbuka untuk Bupati dan wakilnya di media sosial Facebook. Aksi itu memantik perhatian media lokal dan nasional. Berita tentang hal itu pun muncul di banyak media.
Kepada masyarakat DIY kami para relawan memohon maaf karena sudah di titik batas kemampuan untuk terlibat menangani kondisi darurat di lapangan. Kami tidak mampu melangkah lebih jauh untuk mengambil kebijakan afirmatif dan progresif yg diperlukan.
Di atas adalah foto-foto para relawan di lokasi pemakaman. Setiap hari jumlahnya semakin banyak dan di luar batas kemampuan kami. Sementara foto berikut adalah daftar nama-nama pasien yang diantarjemput. Satu papan tulis bahkan sudah tidak cukup. Ini daftar kasus baru.
Para relawan sudah semaksimal mungkin menyerahkan waktu dan tenaganya untuk membantu. Banyak di antara mereka tak lagi bisa dekat dengan keluarga karena keadaan. Setiap pulang mereka hanya sempat berganti pakaian. Tak berani memeluk anak dan pasangan karena kehati-hatian.
Pernyataan Sikap Gerakan dan Lembaga Kemanusiaan di DIY
(Ketika Gerakan Masyarakat Mencapai Batas Kemampuan dalam Penanggulangan COVID-19 di DIY)
Oleh: Forum PRB, MCCC, NU, Jaringan GUSDURian, SONJO
Gelombang kedua COVID-19 kali ini jauh lebih dahsyat daripada puncak gelombang pertama di bulan Desember 2020 – Februari 2021. Angka penularan harian meningkat drastis, demikian pula dengan kematian akibat COVID-19.
Sejak hari ketiga ledakan pasien COVID-19 terjadi di India, kami gerakan masyarakat di DIY, telah aktif memantau perkembangan di India, mengantisipasi dan menyiapkan datangnya ledakan pasien COVID-19 di DIY.
Agama (Islam) dan budaya mempunyai independensi masing-masing, tetapi keduanya mempunyai wilayah tumpang tindih. Bisa dibandingkan dengan independensi antara filsafat dan ilmu pengetahuan.
Orang tidak bisa berfilsafat tanpa ilmu pengetahuan, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah filsafat.
Di antara keduanya terjadi tumpang tindih dan sekaligus perbedaan-perbedaan
Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki norma-normanya sendiri. Karena bersifat normatif, maka ia cenderung menjadi permanen.
Selamat Desember gaes.
Di bulan ini ada satu peristiwa yg selalu diingat oleh jutaan manusia, yaitu wafatnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sejak saat itu banyak yg #KangenGusdur lalu membangun jejaringan bernama Jaringan GUSDURian.
Jaringan GUSDURian diinisiasi oleh para sahabat, murid, dan pengagum Gus Dur sebagai arena sinergi dan berkumpul serta bergerak di berbagai ruang sosial non-politik praktis. Siapa saja bisa bergabung. Caranya? Tinggal bergabung. Ndak perlu repot isi formulir.
Mbak @AlissaWahid didaulat sebagai koordinator. Membersamai masyarakat sipil akar rumput untuk mewujudkan cita-cita kemandirian bangsa yang diperjuangkan Gus Dur sepanjang hidupnya.