CATATAN: harga beras rata-rata di sekitar 1998 naik lebih dari 2x lipat. Pak @boediono dalam bukunya pernah menulis hal ini.
Kenaikan harga beras ini mendorong kenaikan tajam inflasi karena bobot beras dalam konsumsi masyarakat saat itu mencapai hampir 1/4 belanja masyarakat.
Kenaikan harga beras ini mendorong kenaikan tajam inflasi karena bobot beras dalam konsumsi masyarakat saat itu mencapai hampir 1/4 belanja masyarakat.
https://twitter.com/hotradero/status/1431129303098425346
Hal tersebut disampaikan kembali oleh Pak @boediono beberapa tahun yang lalu.
Yang mungkin belum dibahas saat itu adalah penyebabnya: Kemarau parah akibat fenomena El Nino terparah sejak 1950.
Hanya tersaingi oleh El Nino tahun 2016.
liputan6.com/bisnis/read/40…
Yang mungkin belum dibahas saat itu adalah penyebabnya: Kemarau parah akibat fenomena El Nino terparah sejak 1950.
Hanya tersaingi oleh El Nino tahun 2016.
liputan6.com/bisnis/read/40…
Di saat harga beras yang naik tajam, nilai tukar rupiah pun terpuruk akibat runtuhnya kepercayaan masyarakat pada perbankan.
US Dollar yang menguat membuat harga sawit melonjak dan lebih menguntungkan diekspor. Harga minyak goreng dalam negeri pun ikut naik tajam.
US Dollar yang menguat membuat harga sawit melonjak dan lebih menguntungkan diekspor. Harga minyak goreng dalam negeri pun ikut naik tajam.
Bersama dengan itu harga barang-barang impor pun ikut naik terkerek nilai tukar Dollar. Karena inflasi melonjak, maka bank sentral harus mengerem dengan menaikkan tingkat suku bunga.
Memang kemudian inflasi turun, tapi banyak kredit menjadi macet dan bank menjadi sakit.
Memang kemudian inflasi turun, tapi banyak kredit menjadi macet dan bank menjadi sakit.
Kenapa sakit? Karena modalnya tergerus pencadangan kredit macet.
Padahal sebelum krisis perbankan Indonesia sudah dihantam kredit macet ukuran raksasa karena terlalu banyak menyalurkan kredit dalam mata uang asing, sementara modalnya dalam Rupiah.
Gila? Iya.
Padahal sebelum krisis perbankan Indonesia sudah dihantam kredit macet ukuran raksasa karena terlalu banyak menyalurkan kredit dalam mata uang asing, sementara modalnya dalam Rupiah.
Gila? Iya.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
