𝐃𝐄𝐌𝐈 𝐍𝐈𝐊𝐀𝐇𝐈 𝐂𝐄𝐖𝐄𝐊𝐊𝐔 𝐀𝐊𝐔 𝐇𝐀𝐑𝐔𝐒 𝐌𝐄𝐋𝐀𝐃𝐄𝐍𝐈 𝐍𝐀𝐅𝐒𝐔 𝐁𝐀𝐏𝐀𝐊𝐍𝐘𝐀

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Aku pacaran dgn Tini 2 tahunan. Kami saling mencintai. Kamipun sepakat melanjutkan hubungan ke pelaminan. Tapi teramat banyak rintangan yg ku hadapi. Image
(2) Rintangan yg paling berat adalah ketika kedua org tua Tini gak merestui hubungan kami. Namun cinta Tini udah begitu besar padaku. Sehingga dia gak mau mengikuti kata org tuanya. Dia ngotot hrs nikah dgn aku. Disinilah aku sngt terharu karna melihat kesetiaan Tini.
(3) Namaku Rudi, 25 th. Aku cuma tamat SMA. Aku punya usaha minuman boba yg begitu laris. Bnyk pengunjung dan pelanggan setiaku, baik ke tmpt maupun pesan online. Usahaku udah jalan 3 th. Kebetulan aku gak nyewa tmpt, tp jualan di dpn rumah orgtuaku yg kebetulan ditepi jln besar.
(4) Sedangkan Tini, 24 th. Seorang S1 sarjana ekonomi S1 yg begitu selesai kuliah lgsg bekerja sbg accounting di slh satu pabrik roti ternama si kota ini. Dan satu tahun terakhir ini dia naik jabatan jd kepala HRD disana. Tp kami udah kenal sejak SMA dan kami saling mencintai.
(5) Jadi sejak kls 3 SMA kami udah pacaran dan lanjut stlh dia kuliah. Makanya kami udah komitmen hrs segera membina rmh tangga. Ibunya Tini udah setuju bermantukan aku. Skrg tinggal Bpknya yg gak setuju. Bpk Tini sngt keberatan dan gak terima kalau aku jd mantunya.
(6) Itulah rintangan terberat yg ku hadapi. Karna Bpknya Tini keras kepala, bahkan cendrung menghina aku yg cuma lulusan SMA. Katanya usahaku cuma kecil²an, gak menjamin masa dpn. "Mau kau kasih makan apa anakku nanti?", tanya Om Bobby.
(7) "Pokoknya jgn mimpi kau bs menikahi anakku!", ucapnya dgn bengis. Tapi Om kami udah komit agar sama² berusaha demi mencukupi kebutuhan.", ucapku. "Kau aja gak ada sekolah!", ucap Om Bobby dgn kasarnya. Om Bobby, Bapak Tini mempunyai usaha swalayan/supermarket.
(8) Om Bobby merupakan lulusan D3. Skrg umurnya 55 th. Meski blm mendapat restu dr sang Ayah, Tini tetap memperjuangkan cinta kami. Aku bahkan hampir menyerah akibat kasarnya omongan Om Bobby, tp Tinilah yg memberiku semangat supaya jgn prhh mundur selangkah pun.
(9) Setiap aku dtg ke rumah Tini, aku gak di bolehin msk ke rmh oleh Bpknya. Sama Ibunya sih udah boleh, namun skrg jd Bpk sm Ibunya yg bertengkar. Jadinya kami cuma duduk ngobrol di tmpt duduk di bwh pohon matoa yg ada di pekarangan rmhnya. Bagiku sih gak papa.
(10) Melihat kegigihanku selalu berani dtg walaupun gak boleh msk ke rmh, Om Bobby jd penasaran dan mau nanya² lbh dlm ke aku. Misalnya kerjaaan org tuaku, saudara²ku, apa yg membuatku ngotot menikahi Tini, dll. Kalau aku dtg ke rmhnya, dia sering menyuruh Tini msk ke dlm.
(11) Kini dia yg duduk dgnku, menginterviewku di bawah rindangnya pohon matoa di dpn rumahnya. Dia geram karna dia tau dr Ibunya Tini bahwa kami akan segera nikah. Walau gak direstu Bpknya, kami memang mau nekat kabur. Itu gak bs di tawar lagi. Cintalah yg membuat kami begitu.
(12) "Hebat jg kau ya mau main bawa² kabur anakku. Besar juga nyalimu!", ucap Om Bobby. Begitulah sampai bbrp kali pertemuan, Om Bobby selalu minta Tini masuk biar bs ngobrol berdua dgnku di taman. "Udah kebelet nikah kau rupanya?", tanya Om Bobby. "Bukan gt Om!", jwbku.
(13) "Jadi gimana?", tanyanya. Akupun diam menundukkan kepala. "Siapa tau burungmu itu udah ngaceng terus pengen nyari pelampiasan!", katanya. Akupun tertunduk diam. "Jangan kau buat anakku jd pelampiasanmu. Hati² kau samaku.", katanya. "Gak Om, aku benar² cinta sama Tini!"
(14) "Bukan utk kau main²kan anakku?", tanyanya. "Bukan, Om!", kataku. "Kalau kau main²kan awas kau, ku potong burungmu itu!", katanya. Aku terdiam. "Mau kau ku potong burungmu itu?", tanyanya. "Gak Om!", jwbku. "Emang gak ada lg yg lain selain anakku?", tanyanya. Aku pun diam.
(15) "Ku dengar kau mau bawa kabur pula dia.", katanya. "Emang Tini cinta sama kau?", tanyanya. "Kami sama² saling mencintai Om!", jwbku. "Pede kali kau!", katanya. Aku pun diam. "Emang besar burung kau?", tanyanya. Akupun diam. Dia ngulangi lg pertanyaaannya.
(16) Coba jwb dulu! Emang burungmu besar?" Lagi² aku gak jwb. "Jawablah! Ini pertanyaaan penting yg hrs kau jwb. Aku gak mau burung mantuku kecil. Karna kami keturunan burung besar². Jgn sampai dpt mantu yg burungnya kecil kali. Itu bahaya! Jd micropenis pula cucu²ku nanti!!"
(17) "Jwblah! Ini test khusus dr saya calon mertuamu laki². Kalau kau lulus test ini kau bs menikahi anakku!", ucapnya. Akupun jd bingung antara jwb apa gak, kok pertanyaaannya nyeleneh banget dan rada² tabu pula. Tp Om Bobby selalu mendesakku jujur dgn ukuran punyaku.
(18) Dia jg gak henti²nya ngasih tau kalau burungnya sngt besar. "Punya saya besar, ada 16,5 cm kalau hidup. Punyamu brp?", tanyanya. "Semua keluargaku dr Ayahku semua besar². Yang jls anakku jg besar² ngikuti Ayahnya. Aku cuma gak mau mantuku dpt yg kecil.", ucapnya.
(19) Sambil mendesakku mnjwb pertanyaannya, dia gak segan² memandangi ke arah selangkanganku. Lalu dia pun melihat ke selangkangannya sambil meng-goyang²kan kakinya. "Kalau punya saya besar nih!", ucapnya sambil meremas punyanya. "Gak percaya kau, mau liat?", sambungnya.
(20) "Ku bawalah kau dulu keluar, aku mau liat punyamu. Sblm nantinya nyesal. Anakku berhak bahagia, aku sbg org tua hrs memilih yg tepat buat jodohnya.", katanya. "Tin, Mah, aku mau introgasi dulu anak ini, kubawa dulu jln²!", katanya ke Tini dan ke istrinya.
(21) "Kuajak dulu ke warung, disini dia enggan kali menjawab.", jelasnya. "Ayok²! Naik!", kata Om Bobby mengajak naik ke mobilnya. Kamipun berangkat. Di jln itu aja yg di tanya²nya. "Coba kau jwb besar gak burungmu?", ucapnya. Akhirnya akupun gak bs mengelak lg utk menjawab.
(22) "Lumayanlah Om!", kataku. "Jangan lumayan², hrs besar. Brp pnjgnya?", tanyanya. Akupun diam. Dia nyetir begitu pelan². Matanya sibuk liat² ke arah anuku. Aku merasa terdesak dgn pertanyaan konyol calon mertuaku. Tp aku melihat dia serius. Dan sejauh itu aku gak mikir aneh².
(23) Artinya aku gak curiga kalau camerku homo atau suka laki. Aku sama sekali gak ada pikiran kesana. Karna aku gak tau soal begituan. Ciri² homo itu aku gak tau sama sekali. Aku cuma nganggap itu sbg ujian/test fisik dr camer utk calon mantunya.
(24) "Kau gak mau jwb! Buka ajalah kalau gt, biar saya bs liat!", ucapnya. Lalu dia memegang anuku. Aku salting, aku bingung mau menyisihkan tangannya apa gimana. Kalau ku singkirkan tangannya takut di anggap melawan. Akhirnya aku relakan aja dia raba² punyaku. Dia terus meraba.
(25) "Buka sulu buka!", pintanya dgn intonasi yg agak lembut. Aku gak mungkin dong membukanya. Akhirnya dia menepikan mobilnya. Kami berhenti tepat di antara tanah kosong kiri kanan yg msh hutan. Dia membawaku ke pinggiran kota. "Santai aja, jgn grogi. Ini test buatmu.", ucapnya.
(26) "Bukalah dulu, buka!", ucapnya lagi sambil mengelus pundakku dgn tangan kirinya. Aku msh aja blm bukain. Lalu dia bukain punyanya sendiri. "Kalau punya Bpk segini. Biar kau tau!", katanya sambil buka kepala ikat pinggangnya lalu menurunkan reslitingnya. Diturunkannya CD-nya.
(27) "Kalau ada punyamu segini, lolos kau jd mantuku!", ucapnya sambil mengeluarkan batangnya dr dlm CD-nya. Aku enggan melihatnya. Tp dia memaksaku utk melihat. "Liat ini! Liat dulu ini! Liat kesini!!", ucapnya terus. Akhirnya akupun melihat batang milik calon mertuaku itu.
(28) Aku merasa berat liatnya karna aku benar² gak tertarik hrs melihat burung Om² berpostur tinggi besar, dgn badan berisi, dan berkumis tebal. Aku lelaki normal yg gak punya rasa suka sedikitpun ke laki². Tapi sampai disitu aku blm ngeh camerku homo. Dia pun meremas batangnya.
(29) Diturunkannya celana yg di dudukinya sampai ke pertengahan paha. Lalu di mainkannya batangnya terus. "Kau mau liat ini hidup?", tanyanya. "Gak usah, Om!", jwbku. "Melawan pula kau. Aku mau kau liat ini hidup sebesar apa.", katanya. Di hempas²nya terus di genggamannya.
(30) Kau peganglah dulu, biar cpt hidup!", katanya. Aku gak mau! Tp dia menyuruhku terus. Sampai di raihnya tangan kananku dgn tangan kirinya, lalu di letakkan di burungnya. "Pegang!", suruhnya. Akupun memegang. "Coba kocok!", ucapnya. Akupun mengocok. Pelahan burungnya hidup.
(31) "Buka punyamu dulu cepat. Tujuan ini semua kan aku pengen liat punyamu.", ucapnya. Lalu dia nyamping dan bukain celanaku. Diturunkannya lgsg celanaku kayak celana dia itu. Dia terbelalak meliat batangku yg besar panjang mengalahkan ukuran punya dia. "Wah, besar kali ya!"
(32) "Besar jg rupanya punyamu. Tp itu baru mati, hidupnya ada nambah gak. Itu yg perlu.", katanya. "Coba hidupin, hidupin!!", katanya. Ya susah dong disuruh hidupin. Ya gak maulah hidup. "Kau bayangin aja ntah siapa biar hdp. Cepat!
Kau jgn main², saya serius!", ucapnya.
(33) "Terpaksa hrs ku hidupin ini dgn caraku sendiri!", ucapnya. Lalu dia menundukkan kepalanya ke arah burungku. Segera di lahapnya burungku dgn mulutnya. Aku sngt kaget bukan kepalang ketika mengetahui camerku mengisap burungku. Aku gak bs ngapa²in, aku cuma pasrah aja.
(34) Camerku terus mengulum batang kemaluanku dgn sngt serius. Sehingga batangku pun ngaceng jadinya. Dia terus mengisap sampai benar² hidup total. Lalu dia mengeluarkan dr mulutnya dan memandangi batangku tsb. "Jumbo ya! Mantap.. mantap. Saya gak nyangka punyamu sebesar ini."
(35) "Kalah rupanya punya Bpk. Mantap nak! Bapak bangga sama kamu!", pujinya sambil terus mengulum batangku tsb. Disitu aku udah ngeh kalau camerku homo. Gimana gak, dia udah mengisap punyaku. Yang aku tau itu kerjaan homolah. Mana ada laki normal melakukan itu, apapun alasannya.
(36) Ada satu perubahan yg kuliat di diri Om Bobby ketika itu. Dia panggil aku nak. Blm prnh dia sebaik itu. Yang ada dia selalu berkata kasar dan meng-kau²kan aku. Aku hrs mengatupkan gigiku menahan gelinya isapan Om Bobby. Aku jg menahan agar aku gak meringis atau mendesah.
(37) Kuakui isapan camerku begitu geli dan kalau bs aku pakai kata "enak" utk mengungkapkannya, aku pinjam dulu kosa kata itu. Karna 5 th yl aku prnh jajan ke waria sekali, gak ada seenak itu. Malah sakit kena² gigi. Ini gak! Begitu lembut dibuat. Jd ini kali kedua aku kena isap.
(38) "Udah Om!", ucapku. Tunggu dulu! "Aku mau liat sekeras apaburungmu.", katanya. Td mau liat ukurannya, skrg mau liat kerasnya. Kan kerasnya jg udah tau!, gumanku. "Kan Om udah tau sebesar apa dan sekeras apa!", kataku memberanikan diri. "Diamlah kau, kau gak tau itu!", ktnya.
(39) "Punyamu memang jumbo, tp tahan lamanya blm tau. Itu yg perlu. Percuma besar kalau cpt nembak!", ucapnya. Lalu dia menjilati batangku hingga bijiku. "Lebarkan pahamu, aku mau ksh rangsangan di telormu. Jd cpt gak kau nembak.", ucapnya. Akupun menggelinjang di isap di bijiku.
(40) "Udah Om, geli!!", ucapku. Dia makin beringas menjilatinya. Tapi aku memang blm nembak². Lalu dgn sngt ngos²an dia menghentikan isapannya. Dia kembali nyandar di jok. Tangan kirinya ngocokin punyaku, dan tangan kanannya ngocokin punyanya. "Kocok punya Bpk ya nak!", ucapnya.
(41) "Gak bs Pak!", ucapku memelas. "Ok, hentikan mimpimu nikahi anakku!", ucapnya. Aku msh diam. Apa iya demi nikahi anak perempuannya aku hrs rela memuaskan nafsu Bpknya juga. Kalau gini syaratnya, apa aku mundur aja ya memperjuangkan cintaku ke Tini?, gumanku dlm hati.
(42) "Gak bisa Om!", kataku. "Gak papa, tp sampikpn kau gak bakal mendapatkan anakku.", tegasnya. Aku benar² dilema, gak ku turuti, aku kehilangan Tini, kekasihku yg sngt ku cintai dan mencintai aku. Kuturuti gimanalah rasanya hrs ngocoki burung Bpk², bs muntah aku. Camerku pula.
(43) "Kocokinlah dulu. Saya nyuruh ngocok baru, blm nyuruh ngisap!", katanya. "Kau hrs nyiapkan mentalmu jg ngisap punyaku, suatu saat akan ku suruh. Terus terang aja, biar kau siap². Kau gak, jauhi anakku dr skrg!", ancamnya. Lalu dia menaruh tanganku diatas burungnya.
(44) "Kocok!", katanya. Lalu akupun ngocokin. "Bikin yg enak!", katanya. "Kau msh mau gak nerusin mimpi nikahi anakku?", tanyanya. Aku terdiam. "Gak papa kalau kau mundur skrg, siapa tau kau gak bs menjalani syarat² ini.", tambahnya. Sementara tanganku terus ngocokin dia.
(45) Ya olloh betat banget perjuangan dan pengorbananku demi menikahi Tini!, gumanku. Ku jalani apa gak ya? Lalu Om Bobby menunduk lagi ngisapin punyaku yg udah loyo itu. "Kenapa mati?", katanya. Ya matilah, aku bnyk pikiran, gak bs fokus aku kesana. Dia terus mengisapiku.
(46) Nampaknya dia gak mau pulang sblm aku crot. "Tembakinlah ya. Bpk udah tau kok kamu tahan kama. Gak usah di tahan² lagi, keluarin ajalah!", katanya. Sbnrnya aku gak nahan², dr td aku udah memaksakan spermaku keluar, biar kami segera pulang. Aku gak mau ber-lama² disini.
(47) Lalu dgn sngt bernafsu dia mengisap batangku. Lalu akupun merasakan spermaku udah mau keluar. "Om, udah mau keluar!", kataku. "Iya, keluarin aja!", ucapnya sambil terus mempercepat gerakan mulutnya. "Tembakkanlah, nak!", ucapnya lagi. Lalu spermaku pun menyembur di mulutnya.
(48) Dia menelan semua spermaku itu. Ada sebagian yg tumpah ke perut dekat pusatku. Ada sebagian tumpah ke jembutku. Semua itu dijilatnya sampai kering. "Enak banget spermamu nak, banyak, kental, gurih!", ucapnya. Lalu dia terus memegangi batangku yg lama² makin terkulai itu.
(49) "Skrg Bpk lg nak yg pengen nembak!", ucapnya. Aku gak bs bayangkan kalau dia nyuruh aku ngisap. Benar² aku gak bs melakukan itu. "Kocok aja ya nak!", ucapnya lembut. Akupun ngocokin punyanya. Ku usahakan biar enak dirasakannya biar cpt dia nembak. "Terus nak!", ucapnya.
(50) "Ya gitu nak.. enak nak!", erangnya. Akhirnya Om Bobby pun nembak jg. Banyak kali spermanya tumpah ke tanganku yg lagi menggenggamnya. Sebagian tumpah di jembutnya yg sngt lebat itu. "Kocok trus, bentar lagi ya.", ucapnya. "Udah.. udah. Makasih nak!", ucapnya.
(51) Kamipun bergegas pulang. "Kira² kau kasih tau gak itu sama Tini?", tanyanya. Aku diam. "Jwb dulu, kau ksh tau apa gak?", tanyanya lg. "Kalau kau kshtau habis kau kubuat! Hancur jg mimpimu nikahi dia!", ancamnya. Coba²lah kasih tau, sampai ke lobang semutpun kau akan kucari!"
(52) Saya jg orgnya nekat! Kau kira ini cuma gertak sambal? Gak percaya liat aja nanti!", katanya. "Pokoknya kalau hbs ini Tini agak lain samaku, berarti kau udah ngasih tau. Kau akan mati ditanganku. Ingat itu.", ancamnya. Kamipun pulang dan aku berusaha menutupi kejadian td.
(53) Aku berusaha senyum sumringah kayak gak terjadi hal yg menegangkan dan mendebarkan jantung td. Lalu kami duduk di bawah pohon matoa. "Tinggal selangkah lg kau bs nikahi anakku. Yang penting kau bs tutup mulut atas kejadian itu. Aku akan ngasih Tini jd milikmu.", ucapnya.
(54) "Tin, sinilah temani dia ini ngobrol sblm dia pulang!", kata camerku. Lalu Tini dtg tp camerku msh duduk disitu. Aku nyuri pandang ke camerku, lalu dia main mata. Aku terus berusaha menutupi kejadian aneh td, kubuang rasa² gugup biar Tini gak curiga. Ku cairkan suasana.
(55) Kami ketawa ketiwi lalu camerku pergi ke dlm. "Kutinggal dulu ya", ucapnya. Iya Pah!", ucap Tini. "Apa aja yg Bpk tanyain?", tanya Tini penasaran. Aku pun terpaksa boongi Tini. Aku bilang hal² biasa aja. Aku udah komit jg gak bakal bocorin rahasia Bpknya itu ke dia.
(56) Kalau aku ada niat jahat bisa aja ku beberkan semuanya. Biar berantam dia dgn istrinya. Yang pasti Tini jg akan muak liat perangai Bpknya yg kegitu. Aku bs aja kabur ke luar propinsi dan bisa aja aku melapor ke Polisi. Tp aku jg akan kehilangan Tini, kekasih sejatiku.
(57) Aku udah terlanjur sngt mencintai Tini. Gak ada lagi ceue sebaik itu yg bs ku dapatkan. Aku udah menambatkan hatiku hanya ke dia. Udah cantik, baik hati, setia, gak sombong, dan pekerja keras. Itu yg kuliat dr Tini. Kalau cuma cantik sih berserak ceue di luar sana.
(58) Akupun komit akan berusaha menjalani semua syarat² yg Om Bobby berikan padaku. Walaupun berat akan ku hadapi. Ku anggaplah itu cobaan hidup yg hrs ku lalui. Besok²nya asal aku dtg ke rumah Tini, aku wajib dibawa jalan² sama Om Bobby, Bapaknya Tini. Dan wajib di isapnya jg.
(59) Udah 3 kali aku di isap Om Bobby dan aku ngocokin burungnya. Lalu ke 4 kali dibawa, dia minta sesuai yg prnh dia wanti² dulu. Dia minta aku ngisap burungnya. Disinilah aku tanya hati nuraniku, apa aku sanggup melakukannya. Demi menikahi kekasihku tercinta.
(60) Bathinku sngt berontak dan meronta. Namun ujian ini hrs ku lalui. "Isaplah nak! Gpp itu. Bpk kan udab sering isap punyamu.", ucap Om Bobby sambil mengelus kepalaku. "Gak sanggup aku Pak! Gak suka aku. Aku gak prnh begituan.", ucapku dgn wajah² prihatin. Ku genggam tangannya.
(61) Aku berusaha membuat dia bs memahami kondisiku. Tp dia selalu membujukku. Kali ini bukan lg dgn bentakan atau perintah kasar. Tapi dgn bujuk rayu yg lembut. Bbrp kali dia mengelus pundakku, kepalaku, dan mencium pipiku. "Ayolah nak, Bpk pengen! Kasihanilah Bpk!", ucapnya.
(62) "Bapak syg samamu nak! Saya bukan sdg menghukummu! Percayalah, dr awal Bpk syg samamu, dan gak mempersoalkan kau menikahi anakku.", katanya. Tapi Bpk mau terus terang samamu, Bpk melakukan ini saking sukanya Bpk samamu. Bpk gak tahan melihatmu, Bpk benar² pengen!", ucapnya.
(63) "Tapi Pak, ak bukan homo!", kataku. "Iya, Bpk tau. Tp semua cuma mslh wkt aja. Semua butuh proses. Skrg kamu gak suka, nanti kamu bs jd suka, yg penting kamu mau melakukannya.", jelasnya. "Jd Bpk melatihku jd homo?", tanyaku. Gak lah nak. Bpk cm pengen kita melakukannya."
(64) "Gak papa kok nak. Bpk udah gt dr dulu tp bs jg punya anak. Buktinya itu yg mau kamu nikahi itu!", ucapnya. "Aku syg samamu nak, aku pengen kita jg punya hubungan rahasia.", katanya. Dia merebahkanku ke pelukannya berbantalkan dadanya yg bidang dan lembut.
(65) Dia mengusap rambutku dan jg pipiku. "Kamu tetap bs menikahi Tini, tp Bpk pengen kita punya hubungan khusus yg gak boleh diketahui siapapun, apalagi Tini dan istriku.", katanya. Bpk akan merestui hubungan kalian. Nanti akan Bpk modali buka usaha apa yg kau mau!", ucapnya.
(66) Mulai skrg jgn anggap saya ini ancaman. Jgn anggap saya ini org yg kejam dan bengis lg. Sengaja ku persulit hubungan kalian biar saya bisa mengungkapkan ini samamu. Tapi ini rahasia kita berdua ya nak. Jgn ada yg tau skandal kita ini.", ucapnya dgn mengecup keningku.
(67) "Muaahhhh..! Gantengnya calon mantuku ini. Si burung besar ini. Kirain burungnya kecil, taunya jauh lbh besar dr punya Bpk.", rayunya sambil terus usap² kepalaku. Lalu aku seperti termakan rayuan, aku jd merasa hrs berbakti ke camerku, aku jd menurut aja apa katanya.
(68) Memang sblmnya kan aku udah komit jg bakal menjalani semua test yg diberikan camerku. Termasuk disuruh ngisap itu. Tp skrg dgn perlakuan lembutnya padaku, aku jd lbh gampang luluh. Aku gak lg merasa terpaksa mau melakukannya. Melainkan aku udah mau dgn senang hati.
(69) Lembut dan baik hati rupanya camerku ini!, gumanku. "Cobalah isap dulu nak!", ucapnya. Lalu aku meng-elus² batang milik calon mertuaku itu yg udah sgt keras ngacengnya dr td. Lalu dgn ragu² aku menjilat kepalanya. Sontak itu membuat dia menggelinjang. "Owhhh...!",
(70) Lalu ku teruskan menjilat batangnya. Dia terus menggelinjang. Stlh itu ku isaplah batangnya dhn cara memasukkan batangnya ke mulutku. Ku sedot² terus spt yg dia lakukan padaku dgn gerakan naik turun. Aku sih gak pandai ngisapnya. "Aku gak pandai Om!", ucapku.
(71) "Gak papa. Karna baru bljr tuh. Nanti lama² jd pandai tuh. Isap aja nak. Enak kok!", katanya. Akupun terus mengisap burung camerku dan dia terus mendesah. Lalu gantian dia yg ngisap punyaku. Kebetulan punyaku mati. Diapun menghidupkannya dgn kepiawaiannya mengisap.
(72) Bedanya kalau dia ngisap, gak sibuk buang² ludah dr jendela kayak aku. Kalau aku selalu buang² ludah. Aku msh jijik dan blm bs merenungi pekerjaan baruku. Aku msh blm mendapatkan kenikmatannya. Singkatnya kami sama² nembak. Duluan dia yg nembak. Aku muntah se-jadi²nya.
(73) Terasa asing bagiku ketika spermanya nyembur di mulutku. Akhirnya akupun cpt² mengeluarkan batangnya dr mulutku. Tumpahlah di jembut lebatnya. "Kocok terus!", ucapnya. Lalu stlh itu dia menyedot batangku yg panjangnya mencapai 19 cm itu. Walau udah nembak dia tetap nafsu.
(74) Di sedotnya terus hingga aku nembak. Lagi² dia menelan semuanya. Kali ini cepat² dia meraih botol Aqua dr sampingnya dan segera meneguknya utk membantu menelan sperma itu. Pertemuan berikutnya, kami gak lagi di mobil di tepi jalan. Om Bobby membawaku ke hotel.
(75) Di hotel kami bs lbh bebas telanjang bulat. Dibawah terpaan AC kamipun bergulat. Begitu ganasnya Om Bobby menggerayangi tubuhku. Semua tak ada yg luput dr jilatannya. Mulai dr mulutku, pipiku, leherku, telingaku, putingku, pusatku, pahaku, betisku, bahkan lobang anusku.
(76) Aku gak nyangka Om Bobby sampai separah itu. Sampai² lobang anusku si jilat²nya. Menjilatnya pun sngt ganas. Akupun kelabakan dibuatnya diatas springbed itu. Sementara aku cuma ngisap batang dan bijinya aja, itupun dgn kemampuan yg msh jauh diatas rata².
(77) Dia terus mengarahkanku dlm mengisap burungnya. Dia pun memuji udah mulai enak isapanku. Akupun udah gak jijik lagi skrg. Aku gak hrs buang² ludah lg asal ngisap batangnya. Gak mungkin kan buang² ludah diatas kasur. Terasa sngt jorok kesannya nanti. Pdhl aku calon mantunya.
(78) Salah satu sensasi yg diluar bayanganku sblmnya ialah ketika lobang anusku di jilat². Itu membuatku melayang. Terasa enak sekali sampai² aku hrs menggelepar hebat dan meng-hentak²kan kakiku ke kasur. Camerku makin beringas kalau aku udah kewalahan. Gila permainannya.
(79) Setiap ML dia wajib nelan spermaku. Katanya obat awet muda. Sementara spermanya ter-buang² kubuat. Makin sering ML, akupun makin terbiasa dan menikmatinya. Aku makin bs membiarkan spermanya tertampung di mulutku tanpa hrs mual. Singkat ceritanya aku jd menikmati gitu aja.
(80) "Aku makin jago nyepong. Camerku makin senang dan puas. Dia makin menyukaiku dan makin menyanyangiku. "Pacaranlah kita ya nak!", katanya. Aku hanya diam. "Bpk puas sama kamu, Bpk makin syg sama kamu nak!", ucapnya. Aku gak menyahut. Tapi kami jalani aja bagai air mengalir.
(81) Om Bobby, begitu aku menyebut calon mertuaku laki², tak lg kejam dan kasar padaku. Dia udah baik dan lembut di rumah. Dia udah menyetujui hubunganku dgn Tini, anaknya. Tini sngt senang dgn itu. Di peluknya Bpknya erat² serta di ciumi pipi Bpknya. "Makasih Pah!", ucap Tini.
(82) Bu Dina, calon mertuaku perempuan jg ikut senang karna suaminya kini udah merestui hbngn kami. Jd mereka gak lg bertengkar gegara itu. Akupun makin sering main ke rmh mereka, dan skrg udah duduk di dlm, bukan lg hrs di bawah pohon matoa bersama Tini.
(82) Bu Tini buatin teh manis panas utkku. Dia menyuguhkan gorengan sukun kesukaanku. "Aduh repot² Tante!", ucapku. "Santai aja nak!", ucapnya. Aku bawa martabak jg nih, Tante.", ucapku. Lalu Tini menyalin martabak itu ke dlm piring lalu kami nikmati bersama.
(82) "Enak banget!", puji camer laki²ku. "Ini kan yg black Papah!", ucap Tini. "Pantesan!", ucap Om Bobby. Diluar itu aku dan Om Bobby jg berhubungan, kami sering kopdar diluar. Dan selalu ke hotel. "Pokoknya tenang aja, kpn kira² kau nikahi anakku?", tanya Om Bobby.
(83) "Secepatnya sih Om!", jwbku. "Udah ada rencana kalian kapannya?", tanyanya. "Udah Om!", jwbku. "Kapan?, tanyanya. "Bulan dpn sih Om!", jwbku. Hari terus berganti, hbngnku dgn Tini kian lancar. Begitu jg hbngnku dgn Bpknya jg lancar. Bpk Tini ingin kami segera nikah.
(84) Setiap aku main ke rmhnya wajib bawa buah tangan. Entah itu gorengan, martabak asin, pisang molen, pukis, kebab, mie goreng, nasi goreng, dll. Aku jg udah dijamu makan dirumah itu. Aku gak segan² lagi, udah ku anggap keluarga sendiri.
(85) "Cepatlah kalian nikah!", ucap Om Bobby di meja makan. "Bpk udah pengen punya mantu, dan pengen segera menimang cucu.", tambahnya. "Doainlah Pah biar jodoh!", kata Tini. "Itu pasti nak!", ucap Bapaknya. Kopdar kami diluar makin menggila aja, Om Bob makin liar mainnya.
(86) Selama ini dia hobi banget jilat² anusku sampai aku menggelepar. Dia jg hobi jilat² putingku bahkan sampai menggigitnya kuat². Sesuatu yg msh sngt baru bagiku. Kirain cukup burung aja yg di isap, tau²nya kayak main ke perempuan jg. Masa isap tetek? Pikirku dlm hati.
(87) Apa yg dia lakukan ke aku pasti disuruhnya jg kulakukan. Semisal dulu ngisap burungnya. Skrg aku di daulat ngisap² teteknya. Lalu kami cipokan. Kalau cipokan aku udah terbiasa dgnnya. Efek seringnya dia nyipoki aku. Sehingga tebalnya kumisnya gak lg mslh bagiku.
(88) Awal² aku kurang sor ngisap tetek, krn kurang besar dan kurang lembut menurutku. Tp lama² jd biasa aja. Om Bobby menjilati leher dan telingaku, dan juga ketiakku selalu dijilatinya. Kalau itu gak terlalu di suruhnya ku lakukan. Begitu jg anusnya gak ada dia suruh kujilat.
(89) "Puasin Bapak sayang!", ucap Om Bobby di kmr hotel. Akupun isapin batangnya dari kepala hinhga pangkal. "Oh,, enaknya sayang!", ucapnya. Aku mengulumnya terus dan menjilati bijinya. "Oh.. terus syg...!", erangnya. "Tetek sayang!", kata Om Bob. Akupun jilatin kedua teteknya.
(90) "Bikin merah sayang!", ucapnya. "Gimana kalau Tante liat?", tanyaku. "Ah gak. Tenang aja! Tante gak bakal liat itu!", katanya. Masa sih Om?", tanyaku. "Kami udah jarang main. Mandi jg jarang bareng!", jelasnya. Akupun mencupangi dada Om Bob spt yg dia minta.
(91) "Bapak bikin cupang di pahamu boleh nak?", tanyanya. "Boleh Om!", jwbku. Diapun membuatnya. Aku mengerang ketika proses itu. Lalu di sapukannya lidahnya di lobang pantatku ber-kali². "Enak sayang!", ucapnya, bukan bertanya. Enak Om!", kataku. Diapun makin ganas.
(92) "Enak gak kalau Bpk jilat syg?", tanyanya lg. "Iya Om!", jwbku. "Bpk jd pengen rasain dijilat itu kek apa! Bukan cuma menjilat aja. Hehe.", ucapnya. Akupun sejenak terpikir utk menjilatnya. Karna itu udah ajakan buatku. Selama ini jg aku udah penasaran apa enaknya jilat itu.
(93) Cuma aku gak berani aja nanya Om Bob kenapa dia suka jilat anusku. Karna aku merasanya enak, aku jd pengen jg jilat punyanya. Tp msh ku urungkan niatku. Tibalah stlh dia bilang gt, akupun membulatkan tekat utk mau menjilat anus Om Bob, calon mertuaku itu.
(94) "Kujilatlah Om?", tanyaku ragu² stlh aku jilati bijinya. Mulutku udah sngt dekat dgn anusnya. Ku cermati dgn seksama, bnyk bulu² tumbuh mengitarinya. "Jilatlah ya nak!", ucapnya sambil mengusap kepalaku. Lalu akupun menjulurkan lidahku, menyapunya ke lobang anusnya. "Owh..!"
(95) "Oh...! Enaknya syg!", erang Om Bob ketika pertama kali ku jilat anusnya. Akupun merasa enak ketika menjilatnya. Gak jijik dan gak aneh. Sehingga aku meneruskan jilatan demi jilatan disana. Om Bob berhasil kubuat menggelinjang hebat. "Enak syg! Mksh syg!!", ucapnya terus.
(96) Sampai capek aku jilatin anus calon mertuaku. "Gantianlah syg, aku lg yg muasin kamu.", ucapnya. Lalu diapun isapin batangku dgn lahap sekali. "Owh.. enaknya syg. Oh...", ucapnya sambil menikmati sosisku. Di jilatinya biji dan lobang pantatku. "Enaknya syg!", ucapnya.
(97) Lalu kami 69. Kamipun isap²an burung dan lobang anus. Aku kok merasa enak menjilatnya, mirip dgn cipokan. Bergetar seluruh tubuh dibuatnya. Lbh enak dr ngisap batang. "Gak tahan lg aku sayang, masukinlah syg!", ucap Om Bob. Gak tau ntah apa mksdnya di masukin.
(98) "Nak!", panggilnya. "Iya, Om!", jwbku. Masukin punya kamu ke lobang Bpk! Cepatan!", serunya. "Dimasukin, Om?", tanyaku heran. "Iya, cepatan. Bpk gak tahan lg!", jwbnya. Aku heran knp dia suruh begitu, apa tujuannya. Masa' sih enak? Itu kan lobang eek! "Cepat syg!", ucapnya.
(99) Dengan ragu aku bangkit dan jongkok. Kuarahkan batangku ke arah lobang milik Om Bob. Lobangnya udah sngt basah akibat jilatanku td. "Kasih ludah dibatangmu!", suruhnya. Akupun melumuri batangku dgn ludah. "Lagi!", katanya. Akupun menambah kagi. "Masukkan!", katanya.
(100) "Srrttt..! Jleb!"
"Owh..! Argghhh!!
Batangku menancap ke lobang camerku. Ku sorong makin dlm. "Oh, enaknya!", kata Om Bob meringis. "Enak apa sakit Om?", tanyaku meliat ekspresi wajahnya. "Enak!", jwbnya singkat. "Sorong terus!", ucapnya lagi. Ku soronglah naik turun.
(101) Om Bob sngt menyukai genjotanku. Dia sngt senang dan bahagia. Akupun merasakannya enak. Iya kayak nyucuk lobang wanita. Kok bs enak ya, pdhl lobang pembuangan!, gumanku. Tp aku enggan berkata enak ke Om Bob. Kalau dia udah ber-kali² menyerukan enak. Pm Bob pun ganti posisi.
(102) "Bentar nak, Bpk mau nungging!", ucapnya. Lalu ku hajarlah lobangnya dr blkg. Itu membuat dia gak henti²nya merintih. Akupun jd merintih pula. Ditambah dgn letihnya menghantam dr blkg itu. Itu butuh tenaga memang. Jd aku mendesah sambil memacunya. "Enak kan nak?", tanyanya.
(103) Gak ada ku jwb, tp gerakanku makin ku percepat. Ku hajar terus ngebor sampai kandas hingga pangkal. "Aduh.. enaknya nak!", ucapnya. Aku baru tau lobang anus di cucuk ternyata enak. Itulah makanya aku terusin menggenjotnya. "Enak sayang!!, ucapnya. "Iya Om!", ucapku.
(104) "Tembakkan di dlm ya syg!", ucapnya. Lalu stlh sekian lama ku genjot, akupun mau keluar. Om, udah mau keluar!", ucapku. "Iya tembakkan syg!", ucapnya. Akupun mendesah. "Ouhh.... ohh..... oh..." Om Bob jg mendesah sehingga kami ber-sahut²an. "Oughhtt... owh...! Ahh...!"
(105) "Oh yeah...! I'm cumming...i'm cumming!", desahku. "Oh yes! Oh...!", seru Om Bob. Seluruh spermaku muncrat di lobangnya. "Tahan terus nak, sampai mati!", katanya. Akupun menggerakkan terus pinggulku hingga spermaku kandas, lalu ku hentikan gerakanku. Kami pelukan erat.
(106) Kutahan batangku terbenam di dlm hingga kurasakan batang itu loyo dan mengecil. Akhirnya tercabut dgn sendirinya. "Udah puas kau nak?", tanya Om Bob. "Udah Om!", jwbku. "Om gimana?", tanyaku. "Udah!", jwbnya. Lalu barulah ku ingat dia blm nembak. Burungnya udah mati jg.
(107) Setengah jam lg kami lanjut ronde kedua. Disinilah Om Bob nembak, dan aku nembak kedua kali. Begitulah kami makin sering ML sampai akhirnya hari pernikahanku pun tiba. Gak jd kami nikah sebulan dr yg kami rencanakan. Melainkan 2 bulan dr situ. Di ulur sebulan.
(108) Sementara aku dan Tini blm prnh ML. Aku memang menghargai dia sbg calon istriku. Aku gak mau merusak mahkotanya walaupun udah pasti dia bakal ku nikahi. Tini adalah cewek baik² yg gak mau jg kalau diajak berhubungan badan sblm resmi menikah. Aku benar² menjaga kesuciannya.
(109) Aku udah boleh bawa Tini jalan² malming. Gak hrs dirumah aja lg. Tapi aku dan Tini palingan cuma cipokan, dan ku isapin kedua payudaranya. Kami sih udah sampai telanjangan jg di hotel. Namun kami komitmen gak sampai bersetubuh. "Abang hrs bs ku percaya!", ucap Tini.
(110) "Aku mau liat Abg bs gak menahan diri!", ucap Tini. Dan akupun buktiin ke dia kalau aku sanggup menahan hawa nafsuku. Kami udah telanjang, namun aku sanggup gak memasukkan batangku ke lobang keperawanannya. Ku jilatin seluruh tubuh Tini dr atas ke bawah.
(111) Ku lakukan spt yg Bapaknya lakukan ke aku. Ku jilat lehernya, telinganya, sekwildanya (sekitar wilayah dada), hingga turun terus ke bawah, keperut, ke pusar, dan ke jembutnya. Lalu tanpa ragu aku menjilati vaginanya. Dari labia mayora hingga labia minoranya, lalu itilnya.
(112) Tini menggelinjang gak karuan. Dia meronta se-jadi²nya. Pertama kali dia merasakan di gitukan laki². Dia sampai kesulitan bernafas ketika lidahku me-nari² di belahan vaginanya. Dia meng-hentak²kan kakinya dan mencengkram linen. "Aduh, Baaang!", erangnya.
(113) Akupun begitu lahap menjilati vaginanya. Di sapu bersih pake lidahku. Kuliat ber-denyut²lah barang itu. Keluarlah cairan yg lengket dr dlm. Nafsunya udah sngt tinggi, kumainkan terus klitorisnya dgn lidahku. Disitulah Tini ampun² dan menggelepar. "Udah, Bang!", katanya.
(114) Perlahan ku mainkan jariku ke lobangnya, namun gak ku cucukkan sampai ke dlm. Tini terus mendesah. "Lagi bang!", ucapnya. Aku menghentikan jariku, kuganti dgn lidah. "Kayak yg td Bang! Pake jari bang!", ucapnya. "Aku gak mau merusak mahkotamu syg!", ucapku.
(115) Nampaknya Tini nyaris terlupa dgn komitmen kami. Justru dia yg kehilangan kendali. Dia nyaris kebablasan. Kalau aku mau bs jd kami bersetubuh saat itu jg. Tp aku bs mengontrol emosiku. Aku sngt bs mengendalikan diriku. "Nantilah syg kalau kita udah menikah!", ucapku.
(116) Lalu kami pelukan, dan kembaki cipokan. Tini lalu menggenggam batabgku dan menggerakkannya maju mundur. "Kocoklah sayang!", kataku. Lalu dia mengocoknya lalu dia mendekatkan kepalanya mencermati burungku. Kuelus rambutnya. Lalu dia mencium batangku dan mengecupnya.
(117) Tanpa ku suruh, Tini menjilat kepalanya. Lalu dia ketawa melihatku dgn gak pede. Akupun tersenyum. Lalu dia hendak menjilat lg tp gak jd. Diliatnya ke aku lalu ketawa gak pede. "Kok malu. Gak papa!", kataku sambil membelai rambutnya. Dia menahannya dan terus menatapku.
(118) "Okelah kalau malu. Aku gak usah liat!", kataku sambil menutup wajahku dgn bantal. Lalu ku rasakanlah dia menjilat kepalanya, dan batangnya. Lalu di isapnya burungku. Kurasakan gerakan mulutnya mengisap batangku. Aku senang! Karna calon istriku mau jg rupanya isap punyaku.
(119) Tapi isapan Tini memang gak enak. Tp maklumlah, baru pemula. Aku jg dulu gt gak pandai ngisap burung Bpknya. Tp lama² jd mahir jg. Semua butuh proses! Kelak akan kuajari Tini cara ngisap yg enak. Yg penting dia punya basic kuliat. Karna dgr² jarang wanita mau isap burung.
(120) Seperti Tante Dina, camer perempuanku. Menurut pengakuan Om Bob, camer laki²ku, istrinya gak prnh menyentuh burungnya pake mulut. Ternyata Tina gak spt Ibunya. Tina udah lbh maju pikirannya. Begitulah kami sering² lakukan berdua. Tp aku gak mau memutuskan perawannya.
(121) Lalu undangan pun kami sebar. Hari pernikahan kami makin dekat. H-1 aku msh ML dgn Om Bob, calon mertuaku. Tp kami cuma seronde. Lalu di hari H pernikahanku, kami sempat cipokan di kamar. Lalu Pak Bob nyuri² ngisap burungku sebentar. "Kasih Bpk sebentar syg!", ucapnya.
(122) Ada dua kali Pak Bob, minta ke aku begituan dikamar yg berbeda. Pak Bob, mertuaku itu sngt bernafsu samaku. Sehingga di hari pernikahanku dgn putrinya aja dia msh nyuri² isap burungku. "Isap bentar syg, asal celup aja!", ucapnya. Dipaksanya jg aku hrs isap punyanya. 😀
(123) Dia segera nurunin reslitingnya dan keluarin batangnya. Akupun mengulumnya sekejap. "Udah ya Pak!", bisikku. "Iya syg, mksh syg. Aduh baiknya mantuku ini. Udah ganteng, baik lg sm mertuanya.", katanya sambil nyipok bibirku. Begitulah ke hari² berikut, kami sering² ML.
(124) Tapi aktifitas seksku dgn Tini, putrinya gak prnh aku beberkan ke dia. Dia jg gak prnh bahas atau nanya itu. Kami cuma menjalani peran kami sbg pacar gelap aja. Bapak mertuaku beradab juga orgnya. Dia tau sopan santun ke mantunya meskipun mantunya kini jd pacar homonya.
(125) Yang gak perlu² gak kami bahas. Akhlak Bapak mertuaku jg bagus. Dia tau menyembunyikan kekurangannya sedemikian rapi. Hingga gak ada yg tau skandalnya dgn aku mantunya ini. Kalau soal aib sih semua org pasti punya aib msg² ya. Gak ada manusia yg sempurna di dunia ini.
(126) Semua manusia punya kekurangan atau kelemahan. Semua manusia berdosa. Yang penting kita bs menutup rapat aib kita sehingga gak terendus org lain. Aku tau Bapak mertuaku orgnya jg sngt baik, sngt terhormat di kalangan masyarakat, sngt terpandang, dan di dengar omongannya.
(127) Akupun gak terlalu mikirin lg nasibku begini. Aku gak prnh menangisi jln hidupku yg begini. Semua ku jalani aja dgn senyuman, dgn tulus ikhlas, dr hati yg paling dlm. Insyaallah semua akan baik² dan lancar² aja ke dpnnya. Aku nikmati aja iramanya sehingga aku gak stress.
(128) Memang gak bs ditampik, kalau Bapak mertuaku udah menjerumuskan aku ke dunia LGBT. Dia udah mengajariku dan memperkenalkanku ke dunia itu. Sehingga kini aku resmi jadi biseks, sama kayak dia. Namun aku gak tersiksa, aku bs enjoy menjalani peran itu.
(129) Toh ke anaknya aku tetap lancar begituan. Bukan berarti jd kurang gairahku ke Tini, istriku. Aku masihlah sbg lelaki perkasa yg sanggup memuaskan istriku diatas ranjang. Gak usah ku ceritakan kisah malam pertamaku dgn Tini atau aktifitas seksku ketika memecahkan perawannya.
(130) Yang jelas setahun nikah dgn Tini, kami lgsg menghadiahi kedua mertuaku dan jg kedua orangtuaku dgn kehadiran cucu. Cucu laki² yg sngt imut. 🥰
Cucu pertama bagi mertuaku, karna Tini adalah anak pertama. Dan cucu kesekian bagi orangtuaku, karna aku adalah anak ketiga.
(131) Pak Bobby, mertua laki²ku dan jg pacar gayku, menimang cucu pertamanya itu dgn sngt gembira dan bahagia. Dia gak henti²nya menciumi cucunya itu. "Gantengnya cucu Atuk ini!", ucapnya. Ya gantenglah, Bpknya jg ganteng. Siapa dulu Bpknya. Wkwkwk
(132) Tahun kedua, hadir lagi cucu kedua buat mertuaku. Seorang bayi perempuan nan cantik jelita. Lagi Bapak mertuaku sngt senang menimang cucu keduanya itu. "Aduh cantiknya cucu Atuk nih!", ucapnya.
"Udah sepasang skrg cucuku!", ucapnya bahagia.
(133) Begitulah sampai thn ketiga pernikahanku. Hadir lagi cucu ketiga, yaitu anak laki². Mereka sngt senang dan gemas menciuminya. Aku dan istriku sepakat gak punya anak lagi. "Cukuplah 3 ya dek!", ucapku. Iya bang!", kata istriku. Aktifitas seksku dgn Bapak mertua tetap jalan.
(134) Sering² dia menelan cikal bakal cucunya. Dia bilang, "Spermamu sngt enak nak!"
Aku jg kini udah ketagihan nelan sperma mertuaku. Bagiku sngt lezat! Lalu tahun ketiga mertuaku pengen nyucuk lobang pantatku pula. 3 tahun lbh kami pacaran, baru kali ini dia minta itu.
(135) "Napa jd minta itu pula Pak?", tanyaku. "Bapak pengen syg!", katanya. "Apa gak sakit itu Pak?", tanyaku. "Gak lah syg!", ucap mertuaku. Jadinya aku iyakanlah. Lalu Bpk mertuaku memulai menjilati lobangku spt biasa. Dia buat aku menggelinjang. Di jilatnya terus menerus.
(136) Lalu mertuaku mengarahkan batang kemaluannya tepat ke lobang sasarannya. Lalu di sorongnya dgn perlahan. "Auh..!", erangku. Dia terus menancapkan batang besarnya ke lobangku hingga makin lama makin terbenam semua hingga pangkal. Lalu dia menariknya dan mendorongnya lagi.
(137) Mertuaku makin mempercepat gerakannya hingga aku gak henti²nya mengerang. "Sakit lho Pak!", kataku. "Sebentar aja tuh!", ucapnya. Mertuaku terus menggoyangkan pinggulnya menancapkan batangnya hingga pangkal. "Owhh... oh.... ach....! Pak!", ucapku. "Iya syg...!", ucapnya.
(138) "Tahan ya syg. Nanti gak sakit lagi tuh!", ucap mertuaku. Benar aja makin lama di kentot, rasa sakitnya perlahan berkurang dan hilang. Kini berganti rasa enak dan nikmat. Aku gak henti²nya mendesah dan mengerang kenikmatan. Lalu mertuaku mencumbuiku dr atas.
(139) Bibirku dan bibir mertuaku saling melumat. Dia sngt pintar menggulung dan menyedot lidahku ke dlm. Akupun makin menikmati permainan mertuaku. Ku apit pinggulnya dgn kedua kakiku. Ku cengkram kuat² pinggul kekar mertuaku. Diapun makin memacu gerakan pinggulnya.
(140) Lalu mertuaku bilang dia mau nembak. "Sayang, Bpk mau nembak syg!", ucapnya. "Terserah Bpklah!", kataku. "Kita tunda dulu ya!", ucapnya. Terserah Bpklah!", kataku. Dia makin menghujamkan batangnya dgn gerakan yg makin cepat. "Keluar lagi dia syg!!", katanya. "Owh...!"
(141) Akhirnya batang kemaluan mertuaku memuntahkan spermanya di dlm goaku. Ditempelkannya mukanya ke mukaku. Nafasnya sngt memburu. Sehingga nafas kamipun beradu. Ku hirup dan kurasakan nafas mertuaku begitu keras dan hangat. Nafasnya harum menambah gairahku. "Owhhhh.....!"
(142) Mertuaku pun terkulai lemas di atas springbed. Dia telentang dgn melebarkan tangannya ke samping. "Cucuk Bpk syg!", ucapnya. Lalu akupun mencucuk lobang anus mertuaku. "Kalau mau nembak bilangin ya nak!", ucapnya. "Iya Pak!", jwbku. Bbrp menit kemudian aku mau nembak.
(143) "Pak, aku mau nembak!!", kataku. "Cabut, cabut! Tembakin ke mukaku!!", ucapnya. Lalu akupun mencabut batangku dr lobang mertuaku, lalu dgn cpt aku menuju ke mukanya. Lalu ku semprotkan disana. Dia memegangi batangku tsb dan mengoleskan kepalanya ke mukanya.
(144) "Enak nak!!", ucap mertuaku. Begitulah selanjutnya, kami selalu lancar ML. Akhirnya aku dan mertuaku kini sama² versatile (vers).
Kirain dulu dia botty, tau²nya pengen nyucuk juga. Aku yg dulu diajarinya jd Topnya, kini jd botnya juga. Oh, mertuaku! Ada² aja memang Bpk ah.
(145) Sekarang sampai tulisan ini kubuat, pernikahanku udah jalan 5 th. Begitu jg dgn skandalku dgn Bapak mertua, jln 5 th juga. Karna waktunya bersamaan, paling duluan 2 bulan pacaran dgn mertua.
.
.
.
.
.

[Selesai]

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with AYAH PENYAYANG

AYAH PENYAYANG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ayahpenyayang

18 Oct
𝐍𝐀𝐌𝐀𝐊𝐔 𝐇𝐄𝐍𝐃𝐑𝐀

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Namaku Hendra. Umurku 52 th. Aku udah berkeluarga, punya anak istri. Tp kini kami pisah ranjang udah ckp lama. Aku pacaran dgn mantan karyawanku. Kebetulan namanya juga Hendra. Umurnya 29 th. Dia jg udah nikah dan punya anak.
(2) Nama lengkapku Hendra Figstone, dan nama lengkap pacarku Hendra Apriadi. Kami pacaran udah cukup lama. Sejak dia jd karyawanku di usaha leasing yg ku rintis bbrp thn yl. Sampai perusahaanku bangkrut, kami tetap pacaran sampai skrg. Orgnya tinggi kurus, dan putih.
(3) Aku dapat warisan dr orangtuaku sebesar 600 jt. Begitu jg saudara²ku yg lain dapat warisan dgn nilai yg sama. Duit itu kugunakan membuka usaha leasing/perkreditan barang² furniture dan barang² elektronik. Singkat cerita usahaku bangkrut. Kini hidupku jd susah.
Read 46 tweets
17 Oct
𝐃𝐈𝐀 𝐌𝐄𝐍𝐘𝐄𝐁𝐔𝐓 𝐃𝐈𝐑𝐈𝐍𝐘𝐀 𝐌𝐀𝐍𝐓𝐀𝐍 𝐑𝐖

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Malam itu sekitar jam 23.⁰⁰ aku melintas di jln yg bnyk mobil truck mampir. Udah ber-jam² keliling² disana gak jg dapat Bpk² supir truck yg bs di isap. Image
(2) Lalu mendekati sebuah bundaran, aku melihat ada Bapak tua mengendarai sepeda motor butut dgn pelan². Aku berusaha melihat wajahnya, wah kesukaaanku. Lalu aku terpikir utk merayunya. Tp posisi tepat di bundaran, aku gak tau dia kemana. Lurus, kekiri, atau ke kanan.
(3) Aku milih ke kanan karna kesitu arahku pulang. Ternyata dia lurus. Aku salah prediksi. Akupun mutar balik dan ngikutin dia. Gampang ngejarnya karna dia jalan pelan². Aku pepet dia dr kanan dan aku berusaha menyapanya dgn mengukir senyum indah di bibir. "Pak, mau kemana?"
Read 25 tweets
17 Oct
𝐊𝐀𝐊𝐄𝐊 𝐆𝐀𝐓𝐀𝐋 𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐁𝐔𝐇𝐀𝐍

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Minggu sore itu aku udah tiba di bekas pelabuhan. Aku udah keliling² liatin org mancing. Gak ada yg menarik perhatianku. Mataku nyari² Bpk² ganteng aja. Entah itu pemancing ataupun penonton.
(2) Aku kesana cuma cuci mata, bukan nyari². Karna aku gak tau bs dapatin Bpk² sakit disana. Mataku menyapu sekeliling melihat di sudut mana ada Bpk² ganteng yg bs memanjakan mata. Kuliatlah ke bagian sudut dekat tangga turun ke bawah, ada Bpk² dgn santainya eek di sungai.
(3) Dia naik ke pohon mati yg yg hanyut di sungai itu. Pohonnya nyangkut dgn posisi tumpang dgn akar² keatas. Diapun manjat kesana pake CD doang dan eek. Asik jg mandangi pantat²nya. Apalagi orgnya seleraku. Tp gak nampak sih burungnya sama sekali. Cuma eeknya nampak jatuh² 😃.
Read 36 tweets
17 Oct
𝐒𝐔𝐀𝐓𝐔 𝐌𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐁𝐔𝐇𝐀𝐍

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Malam itu sekitar jam 22.⁰⁰ WIB aku masuk ke lokasi bekas pelabuhan. Pintu masuk ke lokasi itu sngt gelap, tp di dlm terang karna ada mercu suarnya. Pemancing jg msh bnyk disana di jam segitu.
(2) Kali pertama sih aku kesana malam² apalagi udah jam 10. Awalnya aku sempat ragu apa msh ada org. Dan aku jg takut msk kesana saking gelapnya. Tapi di gerbang masuknya nan gelap gulita itu aku papasan dgn seseorang yg baru aja keluar dari sana. Aku senang dan tambah berani.
(3) "Hey!", demikian sapa org tsb. Lalu aku menoleh ke arahnya, keliatannya udah tua. "Pak!", sahutku. Aku berniat melanjutkan masuk ke dlm pelabuhan karna yakin msh ada org disana. Tp org tsb berhenti dan menyapaku lg. "Kemana tuh?", tanyanya. "Mau ke dlm Pak!", ucapku.
Read 20 tweets
17 Oct
𝐃𝐀𝐏𝐀𝐓 𝐌𝐀𝐍𝐆𝐒𝐀 𝐃𝐈 𝐁𝐄𝐊𝐀𝐒 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐁𝐔𝐇𝐀𝐍

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Biasanya setiap minggu sore aku selalu pergi ke bekas pelabuhan utk melihat org mancing. Tujuan utamaku sih pengen liat sebeng Bpk² yg mancing juga disana.
(2) Karna bnyk diantara mereka yg duduk jongkok ataupun lesehan itu, belahan pantatnya nampak dan pasti menggiurkan sekali kalau orgnya mantap. Tak jarang di antara mereka yg meng-garuk² pantatnya dgn memasukkan sebelah tangannya ke dlm celananya. Itu membuat horni juga.
(3) Aku baru aja sampai di pelabuhan itu, aku menjalankan motorku sampai ke tepi sungai ke dekat org mancing. Dari jauh aku udah dipandangi seorang Bpk² dari atas motornya. Dia melempar senyum yg tak henti²nya ke aku sampai aku tiba di sampingnya. Kok senyam senyum sih, pikirku.
Read 30 tweets
17 Oct
𝐍𝐆𝐎𝐉𝐄𝐊 𝐃𝐈𝐁𝐀𝐘𝐀𝐑 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐁𝐔𝐑𝐔𝐍𝐆

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Suatu malam aku pernah jalan² nyari² Bpk² yg bisa di ajak. Udah jam 3 subuh waktu itu, aku blm jg dapat. Itu tepatnya di jln lintas yg bnyk di lalui mobil² truck. Tp disana jg berserak banci²/waria.
(2) Di kegelapan malam aku melihat jauh didepanku ada seorang lelaki berjalan kaki. Dari postur tubuhnya keliatannya dia udah tua. Benar saja, ketika aku sudah mendekatinya, aku menoleh ke arahnya. Dia seorang Bpk² berkumis tebal dgn tubuh yg kekar dgn kisaran umur 50th lebih.
(3) Bapak itu mengenakan kaos berkerah yg dipadu dgn celana jeans warna biru muda. Aku gak berani berhenti tepat di sampingnya. Aku jln terus dgn lambat². Sekitar 100 mtr lbh didepan akupun berhenti menunggunya. Aku berharap dia gak tau aku yg barusan lwt dr sampingnya.
Read 20 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(