Muhammad yg kita imani bukan sekedar Muhammad Historis yg pernah hidup 14 abad silam melainkan juga Muhammad Eksistensial yang sudah ada sebelum ia lahir.
Muhammad yang kita imani adalh Muhammad yg menjadi causa (sebab) kedua terciptanya alam semesta.
Muhammad yang kita imani adalah Muhammad yang merupakan Tajalli (Manifestasi) pertama Allah di alam semesta.
Muhammad yang kita imani adalah Muhammad yang memiliki sisi Divinitas (Rabbani) sekaligus sisi Humanitas (Insani),
beliau Imanen (sangat dekat dengan kita) sekaligus Transenden (melampaui batas-batas manusia biasa).
Muhammad yang kita imani adalah Muhammad yang menjadi Konektor (Wasilah) kita kepada Allah sehingga Shalat tanpa menyebut nama Muhammad, batal dan bukan Shalat.
Muhammad yang kita imani adalah Muhammad sang manusia suci (Maksum) sejak lahir.
Bukan Muhammad yang tidak suci sehingga harus dibelah dadanya oleh Malaikat, dikeluarkan hatinya kemudian disucikan dengan air Zam Zam.
Muhammad yang kita imani adalah Muhammad yang di hadapannya Malaikat Jibril duduk bersimpuh laksana seorang Hamba Sahaya di depan Majikannya.
Muhammad yang ketika akan wafat, Malaikat Izrail sampai harus meminta ijin terlebih dahulu dari beliau untuk masuk ke rumah beliau saw.
Bukan Muhammad yang tidak mengenal Malaikat Jibril pada awal turunnya wahyu, sehingga perlu berkonsultasi dengan seorang Pendeta Kristen yang bernama Waraqah bin Naufal.
Muhammad yang kita imani adalah Muhammad sang Insan Kamil (Manusia Perfect / Sempurna), Muhammad yang merupakan Uswatun Hasanah (sebaik baik teladan).
Bukan Muhammad yang bermuka masam dan memalingkan wajah dari seorang Mukmin yang Buta.
Apakah ini artinya kita mengkultuskan Rasulullah saw..?
Sangat keliru. Karena Kultus itu adalah ketika kita memposisikan seseorang bukan pada tempatnya.
Tapi bila kita menempatkan seseorang sesuai dengan maqamnya (derajat / posisinya) maka itu namanya Proporsional.
Selamat berbahagia bagi seluruh kaum muslim atas peringatan kelahiran baginda Rasul Muhammad saww yang agung
1. Kira-kira 4 tahun silam sekitar pukul 7 malam dalam perjalanan menuju rumah teman saat melintasi sebuah lorong kecil saya menemukan seorang wanita renta
dengan pakaian lusuh dan beraroma pesing depan sebuah rumah menatap saya dengan mata nanar. Sepintas terlihat seperti orang gila tapi akal saya membantah dugaan itu dan mendorong saya untuk menganalisa situasi, waktu dan lokasi sekitar.
2. Kebetulan rumah teman saya tak jauh dari situ. Segera saya bergegas mempercepat langkah untuk menanyakan ikhwal wanita malang itu kepadanya. "Dia diseret dan dibuang oleh keponakannya," jawabnya atas pertanyaanku sesaat setelah menyapanya.
[di notes saya ✍ beliau ini tertgl; 03 Desember 2019, jam 23.19]
~Kelahiran Nabi Muhammad Ditinjau dari Berbagai Aspeknya~
Nadirsyah Hosen
Bagaimana kita hendak menjelaskan peristiwa kelahiran Nabi Muhammad Saw? Kita punya banyak cara melakukannya lewat berbagai perspektif.
Ada perspektif Hadits, dimana sanadnya harus dijelaskan oleh ahli Hadits dan terkadang ada perbedaan pandangan akan status kesahihannya.
Ada cara pandang sejarawan yang mengumpulkan kisah memakai sanad. Namun bukan saja sanadnya tidak sampai ke Rasul, tapi juga sulit diverifikasi dengan kacamata ilmu Hadits.
Imam Ali as t'lah berkata : "Semalam s'blm trjadi perang Badar, saya mimpi berjumpa dg
Nabi Khidir as,
saya bilang pdnya:
'Ajarkan kpdku s'suatu
yg dgnya saya beroleh kemenangan atas musuh.'
Dia berkata kepadaku : 'Ucapkanlah Yâ Huwa yâ man lâ Huwa illa Huwa'
[Wahai Dia, wahai yg tdk Dia slain Dia].
Saat pagi dtg saya cerita mimpi tsb kpd Rasulullah Saw, lalu beliau berkata: 'Wahai Ali, engkau tlah diajari nama yg agung.'
Nama Allah Yang Agung, tiada tauhid selain Dia
Huwa (Dia). Huwa adalah sebuah nama yang ditujukan kepada yang gaib, huruf 'Ha' yang ada pada 'Huwa' adalah
'tanbih' atau peringatan atas makna yang tetap, wawunya isyarat kepada yang gaib yang tidak dapat dijangkau oleh indra, ...
Apakah Muhammad SAW manusia biasa atau manusia luar biasa? Pertanyaan ini mungkin klise bagi sebagian orang, namun meniscayakan dua konsekuensi teologis yang sangat krusial.
Bila biasa disepakati sebagai kata bermakna "tak bebas kesalahan, kelupaan dan keburukan", maka ada lima asumsi jawaban sebagai berikut :
*Jawaban pertama:*
Dia adalah manusia biasa.* Karena biasa (bisa salah dan lupa), maka ajarannya biasa ( dan lupa). Karena ajarannya (biasa) bisa salah dan lupa, maka ajaran Tuhan yang benar tidak bisa disampaikan.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka kembali ke jalan yang benar.
[2:18]
Pandangan seorang Sufi terhadap orang-orang yang menganiaya dirinya,
selalu dalam bingkai pandangan Ilahi.
Aniaya yang dilakukan orang jahat
padanya, akan mengantarkannya berpikir pada kuasa Ilahi, tak kan berpikir
tentang alat yang digunakan si orang jahat itu.
Seperti kata Bayazid Basthami, “Sudah tiga puluh tahun saya bercakap-cakap
dengan Tuhan, dan mendengarkan sesuatu dariNya. Namun orang-orang
menyangka saya berbicara dengan mereka dan mendengarkan mereka.”