Abu Hanifah menyodorkan uang kepada seseorang yg duduk di majelisnya dgn pakaian kumal. "Belilah pakaian bagus, perbaguslah penampilanmu."
Orang itu menjawab, "Aku tak butuh pakaian bagus, ini sdh cukup sbg zuhudku."
Beliau berkata lg, "Tidakkah engkau pernah mendengar hadis bhw Allah Ta'ala suka melihat jejak karunia rezekiNya pada hambaNya?"
(iki sanad leh macak tsakep, keren, mbois)
Abu Hanifah menyebut bid'ah (dan mengecamnya) perilaku membagus-baguskan kesengsaraan hidup dan ketidakacuhan kpd urusan² duniawi.
Beliau memandang bhw menikmati kehidupan duniawi sbg karunia rezeki dr Allah Ta'ala, apa pun itu sepanjang halal hukum pokoknya, adalah kebenaran dan kebaikan.
Maka beliau mengenakan pakaian² bagus, memakai wewangian, makan minum dgn lezat, dsb, sbg praktik atas syukur trsebut.
Nampaknya, pandangan Abu Hanifah dlm hal ini tersambung dgn sosok sahabat terkemu Kanjeng Nabi Saw, yakni Sayyidina Abdullah bin Abbas. Beliau pun mengenakan pakaian² bagus.
Saat beliau dicela oleh pemuka² Khawarij soal berpakaian bagus ini, beliau berkata:
Mengapa kalian mencelaku? Sungguh aku pernah melihat pakaian Rasulullah Saw lebih baik dibanding kain Yamaniah."
(Kain Yamaniah adalah kain dr Yaman dgn kualitas bagus)
Beliau lalu menikil surat al-A'raf 32: "Katakanlah, siapa yg mengharamkan perhiasan Allah Ta'ala yg dikeluarkan bg hamba-hambaNya dan kebaikan dari rezeki."
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Imam Malik bin Anas menyukai makanan minuman lezat, jg buah-buahan. Dalihnya adalah untuk menjaga dan menguatkan kesehatan tubuhnya dan kesehatan tubuh mrpakan pendukung bg kecerdasan akal dan ilmu (thalabil 'ilm).
Buah yg amat digemarinya adalah pisang. Ya, gedang.
Beliau berkata: "Tidak ada buah yang lbh mirip dgn buah penghuni surga selain pisang. Buah ini bisa didapat dlm musim dingin dan panas (segala musim)."
Beliau mendasarkan pandangan ini pd surat ar-Ra'd 35: "Buahnya tak kenal henti dan (begitupun) rindangnya."
(sanad gedang)
Ada dua karakter personaliti Imam Malik yg, jareku, sgt mantap, inspiratif, bs dijadiin sanad ilmunya.
Satu, beliau gemar berpenampilan indah: mengenakan pakaian bagus, bhkan terbaik, pakai wewangian, merawat rambut, jenggot, dan kumis tipisnya, hingga performnya sgt mempesona.
Hal terbaik adalah melakukan perbuatan baik, sekecil apa pun kita melihatnya; semua perbuatan baik tidak pernah kecil (walau bentuk dan dampaknya kecil), sbb semua perbuatan baik berarti nyelarasi perintah Gusti Allah Ta'ala dan Kanjeng Nabi Saw,
dan senantiasa menarik kebaikan² yg lebih besar dan lebih besar lagi, sampai tak terbatas, bahkan hingga ke akhirat.
Menyingkirkan batu dr jalan bisa jadi sebab bagi selamatnya seseorang dr kecelakaan. Betapa besarnya itu!
Sapa dan senyummu pd seseorang bisa jadi membuat hati seseorang gembira, lalu terjalinlah hubungan yg karib dan maslahat, dst. Betapa besarnya itu!
Maka semua perbuatan baik adalah hal terbaik, hal utama. Begitulah amal ihsan berbuah ihsan yg lbh besar lagi, lagi, lagi.
Imam Syafii rahimahuLlah Ta'ala menasihatkan dgn takwilnya pd hadis "siapa yg beriman kpd Allah Ta'ala dan hari akhir, maka berkatalah yg baik atau diamlah" begini:
(Hadis tersebut dari Abu Hurairah Ra dgn disahihkan Imam Bukhari dan Muslim)
1. Jika engkau hendak menyampaikan suatu nasihat (ilmu, kebaikan) pd liyan, pastikan kondisi dan caranya berjalan dgn baik. Pikirkan dan pertimbangkan dgn saksama sblm melakukannya, semata demi terpeliharanya kebaikan (harmoni, kedamaian).
2. Harus dipastikan bhw engkau memiliki pengetahuan dan pemahaman yg baik terhadap apa yg hendak engkau nasihatkan. Jk ada keraguan ilmu padamu, maka tinggalkanlah.