Imam Malik bin Anas menyukai makanan minuman lezat, jg buah-buahan. Dalihnya adalah untuk menjaga dan menguatkan kesehatan tubuhnya dan kesehatan tubuh mrpakan pendukung bg kecerdasan akal dan ilmu (thalabil 'ilm).
Buah yg amat digemarinya adalah pisang. Ya, gedang.
Beliau berkata: "Tidak ada buah yang lbh mirip dgn buah penghuni surga selain pisang. Buah ini bisa didapat dlm musim dingin dan panas (segala musim)."
Beliau mendasarkan pandangan ini pd surat ar-Ra'd 35: "Buahnya tak kenal henti dan (begitupun) rindangnya."
(sanad gedang)
Ada dua karakter personaliti Imam Malik yg, jareku, sgt mantap, inspiratif, bs dijadiin sanad ilmunya.
Satu, beliau gemar berpenampilan indah: mengenakan pakaian bagus, bhkan terbaik, pakai wewangian, merawat rambut, jenggot, dan kumis tipisnya, hingga performnya sgt mempesona.
Masa mudanya memang pernah susah, tp ia lalu jd orang mapan, sgt mapan, berkat bisyarah (gaji dr khalifah (Baitul Mal), hadiah orang² (sepadan 'salaman tempel'), dan berbagai fee lainnya. Di antara penyokong finansialnya yg besar adalah sahabat karibnya, ahli fiqh dr Mesir,
Namanya Al-Laits bin Sa'ad (beliau faqih yg kaya raya, tentu saja).
Imam Malik gemar berpenampilan bagus nan indah bgtu jelas bkn sealiran sama para hedonis-kang-spill lho yo. Bukan! Beliau punya dasar dalih dan dalilnya.
1. Beliau menjunjung n memuliakan keagungan al-Qur'an, Kanjeng Nabi Saw, hadis n sunnah²nya. Kubayangkan: bagaikan beliau ini memberikan pemuliaan yg terbaik, terindah, kpd Allah Ta'ala dan NabiNya Saw, serta nash² dalil semuanya, dan khazanah ilmunya (ya thalabnya, ya majlisnya)
sehingga beliau sjk masa remaja hingga sepuhnya setiap hadir di majlis ilmu dan nerima tamu selalu dgn penampilan² terbaiknya. Literally which is penampilan² lahiriahnya.
Tentulah ada saja pengkritiknya dlm soal perfom wangun begtu.
Beliau menjawab mereka: "Saya tidak suka melihat orang yg mendapat nikmat Allah Ta'ala kecuali bila tanda² nikmat itu tampak pada dirinya, apalagi bg ahli ilmu."
Tentu saja beliau sbg imam mazhab terkemuka, pernah bergaul dan berguru intensif kpd Sayyidina Muahammad Baqr dan putranya, Imam Ja'far ash-Shadiq, ahlinya ahli dalil ayat n hadis, tentulah detail pada ayat berikut (walau tak disebutkannya langsung):
Dua: beliau sgt memuliakan hadis dan sunnah Nabi Saw. Bukan hanya dlm bentuk ngamalinnya, kehati-hatiannya menelisik khazanah hadis dlm al-Muwaththa', tp bahkan dlm bertawadhu' scr lahiriah kpd hadis-hadis. Literally lahiriahnya tunduk pd hadis seolah sdg menghadap beliau Saw
Bila ada tamu datang, pendereknya nemuin duluan dan bertanya: "Apakah hajatnya ttg fatwa ataukah ayat dan hadis?"
Jk jawabnnya soal fatwa, Imam Malik segera keluar menemui dan membahasnya sampe selesai.
Jika ttg hadis, beliau punya ritualnya khusus: mandi, wudhu, pakai baju bagus, berserban, membakar gaharu (wewangian, dupa), lalu menemui tamu n menerangkan perihal hadis² sampai selesai --dgn aroma wewangian gaharu dibakar trus semiweran sampe selesai hajat tamu trsebt.
Keren!
Kubayangkan: betapa beliau amat sgt menghormati, memuliakan, dan menyucikan Kanjeng Nabi Saw, beserta seluruh hal terkaitnya. Kiranya, ini dprlt kujadikan landasan bg gumaman lamaku: rasanya, afdhalnya, sbg ta'dhiman, kala aku bershalawat kpd Kanjeng Nabi Saw seyogianya....
...dlm keadaan punya wudhu. Ya, dlm keadaan suci secara keseluruhan lahiriah. Ini min babil aula.
Walau tentulah ideal ini tk usah jd beban berat berlebihan, apalagi halangan, buat bershalawat dlm segala keadaanmu. Mungkin bs dijadikan niatan, keinginan, impian tuk bs begitu.
ShallaLlah 'alaih wa alih wa shahbih wa ummatih ajma'in.
Hal terbaik adalah melakukan perbuatan baik, sekecil apa pun kita melihatnya; semua perbuatan baik tidak pernah kecil (walau bentuk dan dampaknya kecil), sbb semua perbuatan baik berarti nyelarasi perintah Gusti Allah Ta'ala dan Kanjeng Nabi Saw,
dan senantiasa menarik kebaikan² yg lebih besar dan lebih besar lagi, sampai tak terbatas, bahkan hingga ke akhirat.
Menyingkirkan batu dr jalan bisa jadi sebab bagi selamatnya seseorang dr kecelakaan. Betapa besarnya itu!
Sapa dan senyummu pd seseorang bisa jadi membuat hati seseorang gembira, lalu terjalinlah hubungan yg karib dan maslahat, dst. Betapa besarnya itu!
Maka semua perbuatan baik adalah hal terbaik, hal utama. Begitulah amal ihsan berbuah ihsan yg lbh besar lagi, lagi, lagi.
Imam Syafii rahimahuLlah Ta'ala menasihatkan dgn takwilnya pd hadis "siapa yg beriman kpd Allah Ta'ala dan hari akhir, maka berkatalah yg baik atau diamlah" begini:
(Hadis tersebut dari Abu Hurairah Ra dgn disahihkan Imam Bukhari dan Muslim)
1. Jika engkau hendak menyampaikan suatu nasihat (ilmu, kebaikan) pd liyan, pastikan kondisi dan caranya berjalan dgn baik. Pikirkan dan pertimbangkan dgn saksama sblm melakukannya, semata demi terpeliharanya kebaikan (harmoni, kedamaian).
2. Harus dipastikan bhw engkau memiliki pengetahuan dan pemahaman yg baik terhadap apa yg hendak engkau nasihatkan. Jk ada keraguan ilmu padamu, maka tinggalkanlah.