Apa susahnya untuk mengakui saja bahwa orang Indonesia memang nggak terlalu berbakat main sepak bola?
Sama seperti orang India nggak berbakat tinju, orang Arab nggak jago renang, atau orang Amerika nggak bisa badminton.
Menyakitkan? Mungkin.
Tetapi jauh lebih menyakitkan suatu negara berpenduduk 275 juta selama BERPULUH TAHUN menaruh tinggi harapan. Dan selalu kecewa.
Kroasia jago sepak bola walau penduduknya cuma 4 juta. Denmark? 6 juta.
Mereka jelas berbakat.
Pernahkah anda perhatikan bahwa Indonesia unggul di olah raga individu atau tim kecil? Badminton, Panahan, Taekwondo, Panjat Tebing, Tinju, dan Bridge. Tidak perlu ada koordinasi ruwet. Cukup keunggulan individu.
Sepak bola pemainnya 11 orang.
Mungkin itu masalahnya.
Ah saya sampai lupa olah raga angkat besi dan angkat berat.
Sangat jauh dari sorak-sorai (dan politisasi) tapi atlet Indonesia bisa berprestasi level dunia.
Kita tahu kok bakat orang Indonesia di olah raga seperti apa. Olah raga individu atau tim kecil.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Berdasarkan artikel majalah National Geographic, pohon Redwood Mark Twain yang ditebang pada tahun 1891 di California, adalah pohon tertua yang pernah ditebang orang.
Pohon setinggi 100 meter tersebut berusia 1341 tahun. Garis tengah bagian batangnya sepanjang 27 meter.
Untuk menebangnya perlu waktu 6 hari dengan menggunakan gergaji raksasa. Sesudah pohon tumbang masih diperlukan pemotongan kayu hingga bagian-bagian lebih kecil yang baru selesai dalam berminggu-minggu.
Pohon bernama Mark Twain ini tumbuh di tempat bernama Millwood.
Kasus Evergrande ini nggak ada yang bahas ya di Indonesia? Padahal ini bisa meledak kayak Lehman Brothers.
Evergrande ini adalah pemilik properti terbesar nomer dua di China. Sempat menjadi nomer satu beberapa tahun lalu. Evergrande anggota Fortune 500 Global.
Masalah ada di utang $100 Miliar yang terancam default. Ada yang jatuh tempo dalam waktu dekat ini. Dan nggak ada duit.
Pemerintah China sudah bilang nggak akan melakukan bailout. Tapi apa iya kalau sudah sebesar Evergrande dampaknya nggak akan menjalar ke sektor properti lain di China?
Dan ini jadi masalah karena banyak perusahaan properti di China adalah cash cow Pemerintah Daerah.
Di antara para ekonom Indonesia yang memperhatikan kenaikan harga beras waktu itu, muncul kelegaan karena harga beras bisa terkendali akibat stok yang cukup.
Indonesia beruntung karena bisa duluan borong beras di pasar internasional sehingga harga bisa stabil.
Hal seperti ini tidak mudah dikomunikasikan kepada masyarakat - karena ada pemahaman umum: "impor pasti buruk", "kita harus bisa swasembada pangan" dll.
Padahal swasembada bisa sangat mahal ongkos ekonominya kalau harga beras naik terlampau tajam. Yang jadi korban: daya beli.
"Bukankah harga beras yang tinggi menguntungkan petani?"
Kata siapa? Nilai Tukar Petani di Indonesia nggak pernah nyambung dengan harga beras di pasar. Mengapa? Karena rantainya sampai ke pasar sangat panjang. Dan tiap mata rantai punya marjin laba tersendiri.
CATATAN: harga beras rata-rata di sekitar 1998 naik lebih dari 2x lipat. Pak @boediono dalam bukunya pernah menulis hal ini.
Kenaikan harga beras ini mendorong kenaikan tajam inflasi karena bobot beras dalam konsumsi masyarakat saat itu mencapai hampir 1/4 belanja masyarakat.
Kalau La Nina mengakibatkan Indonesia sering hujan dan banjir, lalu apa yang terjadi kalau El Nino muncul? Ya ekstreme yang satu lagi: Kekeringan.
Berikut adalah gambaran siklus El Nino vs La Nina sejak tahun 1990 sampai sekarang.
Merah = El Nino
Biru = La Nina
Fenomena El Nino paling parah pernah terjadi pada tahun 1997-1998. Indonesia mengalami kekeringan panjang dan juga kebakaran hutan.
Bersamaan dengan itu terjadi gagal panen karena kekeringan. Akibatnya harga padi naik tajam dalam waktu singkat dan inflasi melonjak.
Padahal di saat yang sama perbankan Indonesia sedang dalam tekanan akibat mulai menjalarnya Krisis Moneter Asia. Gabungan dari dua fenomena terpisah ini yang kemudian menjadi tekanan politik dan di kemudian hari memaksa Suharto turun dari kekuasaannya.
Dalam video ada ilustrasi sederhana bahwa dengan asumsi jumlah anggota 700.000 orang dan masing-masing menempatkan iuran Rp. 10 ribu - maka akan tersedia aset bersama (mutual) yang dapat digunakan untuk menalangi bila ada yang sakit.
700.000 x Rp. 10 ribu = Rp. 7 Miliar.
Lalu ada disebutkan bahwa talangan maksimum Rp. 100 Juta. Ini disebut sebagai klaim maksimum dari aset bersama oleh satu anggota.
Jadi dari dana yang Rp. 7 Miliar - andai ada SATU orang mengambil klaim maksimum - maka dana tersisa menjadi Rp. 6,9 Miliar.