Secara tersirat, judul ini menunjukkan Islam itu sangat menghargai proses bahkan untuk sesuatu yang ujungnya itu diharamkan.
Saya mengambil infografis ini langsung dari instagram @benergitu
Konten ini mengajak kita menyadari bahwa khamar adalah budaya dan kebiasaan Arab Jahiliyah, jauh sebelum kedatangan Rasul.
Dan untuk mengubah suatu kebiasaan itu memang tidak mudah. Prosesnya tidak singkat. Bukan sesuatu yang instan.
Fase pertama.
Ayatnya masih general banget. Disuruh untuk berpikir.
Fase kedua.
Mulai nih ada langkah preventif berupa imbauan.
Ayatnya sering banget dikutip di berbagai forum. Di ayat ini, lagi-lagi, manusia disuruh untuk berpikir.
Fase ketiga
Pembatasan. Sebelumnya sebagian nggak minum khamar krn dosa, fase ini mulai diterapkan larangan pada salat.
Nah spt disebutkan di awal, kebiasaan minum khamar itu pas waktu mau salat (subuh, maghrib, isya). Di fase ini, makin banyak lagi yg nggak konsumsi khamar.
Fase keempat. (Final).
Pada fase ini, khamar sudah benar-benar diharamkan bersamaan dengan judi, kurban untuk berhala, dan mengundi nasib/ramalan.
Dalam salah satu referensi lain yang saya baca, ternyata proses pengharaman khamar ini memakan waktu 15 tahun.
Dan demikian konten menarik dari IG soal sejarah pengharaman khamar ini.
Selalu suka setiap membaca pembahasan ayat itu berdasarkan asbabun nuzul-nya gini. Huehue.
Akhirul kalam
Wallahu A’lam
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Di linimasa, setiap ada kasus kejahatan yang baru diungkap ke publik, selalu muncul tanya: kok baru skrng? Kenapa nggak dilaporkan ke pihak berwajib dulu?
Nah. Di kriminologi, kami mengenal istilah viktimisasi sekunder atau viktimisasi lanjutan/berulang.
Apa sih itu?
UTAS
Secara sederhana, istilah ini merujuk pada penderitaan dan/atau kerugian yang dialami oleh korban setelah menjadi korban dari kejahatan primer.
Kejahatan primer maksudnya kejadian kejahatan yang sebenarnya terjadi.
Nah penderitaan tsb dapat berupa victim blaming yg dapat berdampak pd psikologis dan memicu trauma semakin dalam bagi korban.
Mereka yg dapat melakukan viktimisasi sekunder biasanya merupakan anggota keluarga sendiri, masy sekitar, penyedia layanan sosial, hingga penegak hukum.
Akhirnya hari ini tiba juga
Saya terkonfirmasi positif COVID-19.
Saya tidak sendiri. Kasus saya setidaknya terdiri atas 4 klaster keluarga.
Kisah ini bermula dari kakak ipar saya yang mengeluhkan meriang dan badan ngilu pada Sabtu (23/1) lalu
[UTAS]
Keesokan harinya, Minggu (24/1), kakak ipar saya meminta untuk diurut dan dikerok oleh bapak mertua. Hari Senin, ia sudah merasa sehat dan beraktivitas seperti biasa.
Di sisi lain, pada hari Sabtu (23/1) itu pula Istri mulai mengeluhkan pilek/flu, batuk dan demam.
Gejala yang dialami istri tidak mereda hingga akhirnya diputuskan untuk swab antigen pada Senin (25/1) dengan hasil negatif
Selasa (26/1), gejala mulai bertambah. Istri mulai mengeluhkan dada terasa nyeri/pegal setiap bangun tidur tapi tidak sesak.
Dlm firman-Nya, umat ini harus melakukan sosialisasi massif, membuka perspektif, dan melakukan pembatasan sebelum akhirnya perintah larangan minuman keras itu muncul
Pada masa itu, ada proses yg harus dilewati scr bertahap. Tidak bisa tiba-tiba langsung melarang begitu saja. :)
Sosialisasi Massif
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” an Nahl 67
Membuka Perspektif
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya." Al Baqarah 219
Artikel tersebut sudah ditulis ulang dalam bahasa Indonesia di kolom Tirto berjudul “Dua Jalan Para Habib di Tengah Politik Jakarta”
Dlm artikel tersebut, Habib dijelaskan berperanan penting sbg mediator pengalaman spiritual khususnya dalam ziarah, zikir, salawat dan ritual berjamaah lainnya.
Habib bukanlah cendekiawan dan cenderung enggan melibatkan diri pada perdebatan/diskusi. Habib itu apolitis (harusnya)