Ada video menarik di Youtube yang menjelaskan kenapa testing yang sensitivitasnya lebih rendah dari PCR itu lebih baik dalam kondisi pandemi
Jawabannya adalah waktu
Dalam kondisi pandemi, perspektif yang dilihat adalah kesehatan masyarakat/komunitas. Bukan kesehatan per individu
Artinya testing bukan sekadar untuk diagnosis personal, tetapi khusus untuk mencegah penularan
Testing menjadi kunci dalam menekan penularan. Semakin cepat (dan murah), maka semakin cepat dan mudah juga pandemi dapat terkendali
Jika testing saja membutuhkan waktu lama sejak pengambilan sampel hingga keluar hasil, penularan wabah bisa jadi semakin tidak terkendali
Dalam video itu, penjelasannya cukup baik. Dengan sensitivitas yg rendah namun bisa massif, testing antigen bisa dipakai sebagai alternatif utama dalam pengendalian wabah
PCR memang gold standar, tetapi dia punya kelemahan yaitu waktu.
Ketika PCR menunjukkan hasil positif, maka rentang waktu infeksinya panjang. Bisa jadi saat awal sebelum bergejala hingga melewati masa menjelang sembuh yg potensi menularkannya sudah rendah
Test rapid antigen bisa menutupi kelemahan itu
Sensitivitas antigen memang rendah tapi ia bisa dilakukan secara massif.
Apalagi WHO telah membuat definisi baru: hasil positif dari antigen harus dicatat sebagai konfirmasi positif COVID-19
Kalau mau mengendalikan wabah, testing menjadi kunci. Selanjutnya? Lacak dan Isolasi. Siapapun yang positif seharusnya mulai melakukan pelacakan atas interaksi kontak erat yang terjadi selama 10-14 hari terakhir.
Masalahnya terkadang pelacakan hanya berakhir di keluarga
Padahal kuncinya adalah di aktivitas yg berpotensi menularkan. Memang ada beberapa kasus dari aktivitas yang akhirnya membentuk klaster.
Tapi sekarang faktanya tetap saja klaster keluarga yang paling besar khususnya di Jakarta
Selain pelacakan, isolasi menjadi penting. Meskipun ada opsi isolasi mandiri, kekhawatiran timbul klaster keluarga tetap bisa terjadi. Ruang rumah yang terbatas, ventilasi udara yang minim, peralatan makan yg masih sama mjd tantangan isolasi mandiri tsb
Di sisi lain, isolasi terpusat juga menghadapi tantangan yg tak kecil. Sekarang sudah berapa banyak bed dan hotel yang terus ditambah karena pasien semakin banyak?
Pada akhirnya. Kalau mau cepat dalam penyelesaian pandemi ini memang butuh testing yang massif. Temuan kasus positif pasti akan meningkat signifikan. Tapi sejatinya itu tidak akan masalah karena penularan bisa ditekan dalam satu waktu.
Kalau kondisi sekarang dg testing yg relatif stagnan, ya... penularan makin tidak terkendali.
Sekarang 1 kasus positif akan ditemukan dari 3-4 orang yg menjalani tes. Beberapa daerah bahkan positive rate-nya menyentuh angka lebih dari 50%
Pandemi ini akan berlangsung lama.
Vaksin memang kunci. Tetapi sekarang semua negara dunia membutuhkannya. Yang masalah adalah ketersediaan vaksin itu sendiri.
Selama vaksin blm tersedia utk sluruh masyarakat, kombinasi 3T dan 5M tetap menjadi kunci mengendalikan wabah
Apalagi banyak contoh negara yang berhasil mengendalikan pandemi ini meskipun vaksin belum ditemukan
Demikian pergulatan pikiran hari ini
Akhirul kalam
Wallahu A’lam
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Akhirnya hari ini tiba juga
Saya terkonfirmasi positif COVID-19.
Saya tidak sendiri. Kasus saya setidaknya terdiri atas 4 klaster keluarga.
Kisah ini bermula dari kakak ipar saya yang mengeluhkan meriang dan badan ngilu pada Sabtu (23/1) lalu
[UTAS]
Keesokan harinya, Minggu (24/1), kakak ipar saya meminta untuk diurut dan dikerok oleh bapak mertua. Hari Senin, ia sudah merasa sehat dan beraktivitas seperti biasa.
Di sisi lain, pada hari Sabtu (23/1) itu pula Istri mulai mengeluhkan pilek/flu, batuk dan demam.
Gejala yang dialami istri tidak mereda hingga akhirnya diputuskan untuk swab antigen pada Senin (25/1) dengan hasil negatif
Selasa (26/1), gejala mulai bertambah. Istri mulai mengeluhkan dada terasa nyeri/pegal setiap bangun tidur tapi tidak sesak.
Dlm firman-Nya, umat ini harus melakukan sosialisasi massif, membuka perspektif, dan melakukan pembatasan sebelum akhirnya perintah larangan minuman keras itu muncul
Pada masa itu, ada proses yg harus dilewati scr bertahap. Tidak bisa tiba-tiba langsung melarang begitu saja. :)
Sosialisasi Massif
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” an Nahl 67
Membuka Perspektif
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya." Al Baqarah 219
Artikel tersebut sudah ditulis ulang dalam bahasa Indonesia di kolom Tirto berjudul “Dua Jalan Para Habib di Tengah Politik Jakarta”
Dlm artikel tersebut, Habib dijelaskan berperanan penting sbg mediator pengalaman spiritual khususnya dalam ziarah, zikir, salawat dan ritual berjamaah lainnya.
Habib bukanlah cendekiawan dan cenderung enggan melibatkan diri pada perdebatan/diskusi. Habib itu apolitis (harusnya)
Laporan WHO terbaru (7/10) menegaskan kegiatan testing yg menurun padahal jumlah suspek terus meningkat. Hal ini mengakibatkan laporan kasus konfirmasi positif mjd menurun di awal Okt
WHO juga menyoroti risiko penularan kpd kelompok balita dan lanjut usia di Indonesia
{UTAS}
ZONASI
Penambahan kasus Indonesia sepekan pertama bulan Oktober menunjukkan hasil demikian
Zona kuning >> zona orange: Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah
Zona orange >> zona kuning: Bengkulu, Sulawesi Barat
KOTA-KABUPATEN
Kota/Kab yang memiliki kasus positif bertambah. Sekarang 498 dari total 514 Kota/Kab di Indonesia mencatatkan kasus konfirmasi positif.