Bang Beben Profile picture
May 31 β€’ 35 tweets β€’ 7 min read
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 11 : Mandau Mantikei

Bantu Rt dan QRT ya πŸ˜πŸ™

cc @IDN_Horor #bacahorror #bacahoror #ceritahoror #ceritaseram #parangmaya #santet #borneo #kalimantan #dayak
"Mandau Mantikei?" tanyaku bingung.

Pak Salundik mengangguk.

"Mandau kuno. Kukira hanya dongeng orang tua jaman dulu. Tidak kusangka bisa melihat langsung kehebatannya.
Pegang ini!"

Pak Salundik menyerahkan senter padaku.
Ia lalu berlutut memberi hormat dengan kedua tangan bertangkup di dahi.

Ia lantas berdiri dan memejamkan mata. Aku yang tadi hendak menuntut balas, dibuat terbengong-bengong dengan sikapnya.

Pak Salundik kemudian mencabut senjata pusaka itu dengan sangat gugup.
Penuh hormat, bilahnya ia tempelkan di dahi lalu ia gigit. Mandau Mantikei kemudian ia timang-timang di tangan dengan penuh rasa kagum.

Kalau dilihat dari bilahnya, jelas sekali itu adalah mandau kuno yang dibuat dengan teknik tempa berlapis.
Gagangnya terbuat dari tanduk rusa dengan ukiran yang rumit.

Di ujung gagang ada hiasan rambut menjuntai, konon diambil dari kepala musuh paling sakti yang berhasil dipenggal.

"Kau lihat ada 7 garis di bilah tumpulnya ini?"
Aku mengangguk saat pak Salundik memperlihatkan garis itu.

"Artinya ada tujuh kepala yang sudah dipenggal dengan mandau ini."

Aku bergidik mengetahui mandau di tangan pak Salundik punya sejarah yang mengerikan.
Aku juga punya sebuah mandau di rumah, sudah kusimpan bertahun-tahun. Namun, tak pernah sekali pun kugunakan untuk menghabisi orang lain, apalagi memenggal kepala. Hanya untuk hiasan dan gagah-gagahan saja.
"Pak, tadi bapak bilang akan ada pertumpahan darah. Maksudnya bagaimana?"

Pak Salundik mendadak terdiam. Garis wajahnya seketika berubah jadi tegang.

"Mandau ini tidak boleh jatuh ke tangan yang salah. Akan ada banyak nyawa yang melayang," jawabnya dengan suara bergetar.
"Kata orang tua dulu, bila mandau ini tercabut dari kumpangnya, pertanda akan ada pertumpahan darah. Bencana dan kematian bergelimpangan di atas tanah."

Ia menarik nafas panjang, seolah takut dengan apa yang hendak ia katakan.
"Kuharap tidak terjadi apa-apa. Semoga hanya ketakutanku saja."

"Lalu, kenapa mandau ini ada di pohon itu?"

Pak Salundik menoleh, menatap mataku lekat-lekat.

"Mandau ini hampir saja menebas batang lehermu."

"Hah!?"
Mataku terbelalak dan refleks kedua tanganku memegang leher.

"A-apa salahku pak?"

"Makanya kubilang tidak boleh jatuh ke tangan yang salah. Di suatu tempat yang cukup jauh, ada orang yang mengincar lehermu."
Aku tersentak antara percaya dan tidak. Jika pak Salundik tidak membual, ternyata beberapa saat lalu kematian begitu dekat menghampiriku. Tidak kusangka pak Salundik masih sudi menyelamatkan nyawaku, lelaki yang kadang suka pinjam duit anaknya.
"Mandau ini harus diberi makan."

Tanpa ragu, pak Salundik menggoreskan mandau itu ke tapak tangan kirinya.

Sreett...

Darah segar menetes dari telapak tangan pak Salundik, membasahi bilah mandau senti demi senti.
Melihat itu, aku merinding sendiri. Aku sampai menggigit bibir karena tidak kuat melihat darah.

Mandau pak Salundik tancapkan di tanah. Luka di tangan lalu ia cuci dengan air mineral yang ia bawa, setelah itu ia balut menggunakan kain robekan bajunya.
Mandau kemudian ia balur dengan tanah liat, lalu dibungkus dengan daun pisang yang tumbuh dekat Sandung.

"Sebaiknya kita pulang. Kemarikan senterku!"
Saat menyerahkan senter, sekilas aku melihat seorang perempuan muda berambut panjang berjalan ke tengah telaga. Tubuhnya lalu menghilang ditelan air yang tenang.

"Senternya!" sentak pak Salundik.

"I-iya pak."

*****
Kami berdua kembali menyusuri jalan yang membelah hutan belantara. Selang beberapa waktu, gerbang desa yang kusam akhirnya terlihat.

Dari kejauhan, terlihat ada puluhan cahaya senter dan diikuti suara ribut benda yang dipukul.
Semakin dekat, semakin terlihat banyak warga yang bergerombol. Sepertinya ada keributan di desa, mungkin maling atau orang berkelahi.

"Percepat, ada yang tidak beres," perintah pak Salundik.
Kupacu gas hingga mentok, motor melaju semakin kencang. Pak Salundik memaki karena motor terlalu kencang. Motor akhirnya kupelankan dan berhenti tepat di depan kerumunan warga yang bergerombol.

Warga langsung menghampiri dan mengelilingi kami dengan wajah cemas.
Masing-masing mereka membawa nyiru, alat penampih beras.
Beberapa orang terlihat tubuhnya basah seperti habis tercebur ke sungai. Di antaranya adalah polisi Rudi, petugas polsek. Ia merupakan tetanggaku karena istrinya bu Rahma mengajar di sini.
"Ada apa?" tanya pak Salundik seraya turun dari motor.

Pambakal Bahat dan mantir Tuweh mendekat, sepertinya ada kabar buruk. Aku yang masih duduk di atas motor turut mencuri dengar, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau saja yang menyampaikan," ungkap mantir sambil melirik ke arah pambakal.

Pambakal Bahat sekilas ragu. Setelah menarik nafas, kata-kata akhirnya terucap dari mulutnya.

"Pahari, anakmu hilang."
Pak Salundik terdiam. Ditatapnya wajah pambakal lekat-lekat, hingga pambakal terlihat kikuk.

"Hilang? Siapa yang hilang?" tanya pak Salundik dengan suara serak.

"Keduanya, Agau dan Sarunai."

Pak Salundik tidak bergerak. Tangannya mengepal tinju sangat erat.
Bola matanya menyiratkan kemarahan sekaligus duka mendalam.

*****

Kata pambakal Bahat, awalnya yang menghilang adalah si Agau. Bocah kecil itu langsung pergi ke sungai setelah kami meninggalkan desa tadi sore.
Sudah kebiasaan anak-anak kampung ini, jika sore menjelang mereka akan mandi dan bermai-main di sungai hingga petang datang.

Tiba waktunya pulang, teman-temannya tidak menemukan Agau. Mereka hanya menemukan tumpukan baju yang acak-acakan di tepi sungai.
Anak-anak itu berusaha mencari di sekitar sungai sambil berteriak-berteriak memanggil nama Agau. Namun Agau tetap tidak terlihat sementara langit semakin gelap. Padahal, celah-celah batu dan semak belukar sudah ditelusuri.
Diliputi kecemasan, anak-anak itu bergegas pulang untuk memberitahukan hilangnya Agau pada Serunai. Mengetahui si Adik menghilang, Sarunai yang panik segera meminta bantuan tetangga untuk melakukan pencarian.
Sarunai dan tiga orang tetangga langsung pergi ke sungai dengan membawa senter.

"Setibanya di sungai, Sarunai mendadak bersikap aneh. Sorot matanya kosong seperti orang linglung. Ia hanya menatap lurus ke arah sungai, seolah ada yang memanggilnya" tutur pambakal Bahat.
Masih kata pambakal, Sarunai langsung melangkah menerjang arus sungai yang deras. Dibiarkannya tubuhnya basah hingga mencapai dada.

Para tetangga yang menemani berusaha memanggil-mangil, tapi Sarunai tidak peduli.
Mereka bahkan melempari dengan batu, tapi ia terus melangkah ke tengah sungai.

Di tengah sungai, Sarunai berdiri seperti patung. Air setinggi pinggang menghantam tubuhnya. Warga semakin cemas karena malam semakin gelap dan dingin.
Sarunai tiba-tiba berbalik dengan wajah seram. Gadis itu tersenyum misterius dengan sorot mata menakutkan. Matanya seakan bolong, hitam sempurna. Bahkan yang lebih mengerikan, guru muda itu tiba-tiba tertawa mengikik.
Warga semakin ketakutan, ketika Sarunai melompat dari batu ke batu dan menghilang di balik sebuah pohon besar.

"Mendapat laporan, aku mengumpulkan warga untuk melakukan pencarian. Setiap celah sungai kami telusuri dari hulu hingga hilir, tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka.
Celah di balik air terjun juga kami periksa. Semak belukar dan pohon-pohon angker sudah habis kami susuri, tidak ada tanda-tanda mereka.

Setelah pencarian berjam-jam, kami memutuskan kemari menunggu kedatangan kalian," ungkap pambakal Bahat.
Pak Salundik terdiam sesaat dengan amarah menggelegak. Ia kemudian berjongkok dan menggenggam tanah di tempat kakinya berpijak.

Entah apa yang ia lakukan, tanah itu remas-remas hingga hancur dan telapak tangannya kotor belepotan.
"Rupanya baru saja dimulai," ucapnya lirih dengan amarah terpendam, "perang santet di tanah dayak."

...berkentang...

Makasih masih mengikuti trit ini. Mpe jumpa malam jumat yak, semoga kentangnya renyah πŸ˜πŸ™

β€’ β€’ β€’

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
γ€€

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

May 29
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 10 : Jalan Pulang

Jangan lupa Rt dan Qrt yak, biar semangat nih up nya 😁

Cc @IDN_Horor #bacahoror #bacahorror #CeritaJumatan #ceritahoror #kalimantan #parangmaya #santet #borneo
Motor bergerak tertatih bagai kuda tua yang sakit-sakitan. Perkiraanku, kami akan tiba di desa sekitar pukul 10 malam. Karena jalur yang akan kami tempuh berupa jalan menanjak, perjalanan akan lebih lama.
Bila turun dari desa, perjalanan ke ibukota kecamatan bisa ditempuh dalam waktu setengan jam. Namun, ketika kembali ke desa biasanya antara 40 menit hingga satu jam.

Apabila musim hujan, tidak ada warga desa yang mau pergi dari desa kecuali sangat mendesak.
Read 38 tweets
May 26
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 9 : Amarah Pambakal Dehen

@IDN_Horor #bacahorror #bacahoror #malamjumat #ceritaserem #ceritahoror #ceritasera #ceritamalamjumat Image
"Kasno, jangan melamun!"

Sentakkan pak Salundik di pundak mengagetkanku. Ajaibnya, punggungku terasa ringan. Kulirik di kaca, nenek tadi telah menghilang.

"Sinikan tanganmu, tali sudah siap!" lanjutnya sambil nyengir.

*****
Bagai pesakitan jaman Jepang, aku diseret dengan tali menuju dermaga oleh pak Salundik. Kami berdua kembali menyusuri jalan desa yang sepi bagai kampung hantu. Sesekali tali ditarik, seperti gembala menarik sapi.
Read 36 tweets
May 23
-Full Thread-

PARANG MAYA : PERANG SANTET DI TANAH DAYAK

Saya kumpulkan di utas ini. Selamat membaca.
Read 11 tweets
May 22
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 7 : Kamiyak

@IDN_Horor
#bacahorror #bacahoror #ceritaserem #ceritahoror #ceritaseram
Bruuk..!

Aku hempas ke tanah. Tubuhku menggelepar bagai ikan terdampar di darat. Cengkraman di leher membuat nafasku sesak dan tubuh berguncang-guncang tidak karuan.

Suara parau dengan desah nafasΒ  mulai memanggil namaku.

"Kaaass...nooo....!"
Suara parau itu terus memangil berulang-ulang, hingga ada cahaya terang menyilaukan mataku.

"Kasno...! Kasno...!"

Aku tersentak, ternyata pak Salundik. Cahaya senter ia sorotkan ke wajahku dan tangan kirinya mengguncang pundak.

"Kasno! Kamu kenapa, hah!?"
Read 37 tweets
May 19
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 6 : Hanjaliwan

@IDN_Horor @P_C_HORROR @ceritaht

#ceritahoror #ceritahorror #ceritaseram #malamjumat #kalimantan
"Jangan libatkan dia! Siapa kamu? Kenapa mengenalku!?" hardik pak Salundik.

Mahluk yang bersemayan di tubuh Bawi kembali tertawa melengking.

"Apa yang kau ambil harus dikembalikan. Yang ditawarkan tidak bisa ditarik lagi. Adat diisi, janji dilabuh.
Wahai Salundik, manusia pilihan Sangiang. Kik...kik...kik..."

Pak Salundik tersentak, lalu mundur dua langkah. Matanya melotot-lotot karena kaget.

"Kasno, sudah saatnya kita pulang!"
Read 42 tweets
May 17
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 5 : Behas Bahenda

@IDN_Horor @P_C_HORROR @ceritaht
#bacahorror
#bacahoror
#ceritahorror
#kalimantan #borneo
Jangan lupa bantu retweet yak. Image
Aku gusar dengan perilaku pak Salundik. Sebagai laki-laki, ia terlalu pengecut. Tidak ada sedikitpun perasaan kasihan kepada Bawi.

Gadis kecil itu, pasti berharap ada yang bisa menolongnya.
Saat ini, jiwanya yang rapuh tengah tersesat di belantara yang luas, kedinginan dan ketakutan.

"Pak, tidak bisakah diusahakan sesuatu?" Aku akhirnya angkat bicara.
Read 45 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(