Bang Beben Profile picture
Jun 28 50 tweets 8 min read
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 25 : Tipuan Penghuni Sungai

Jangan lupa retweet dan quote tweet ya. Selamat membaca

@IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR
#ceritaserem #ceritahoror #threadhorror Image
Tepat pukul lima sore, aku dan pak Salundik ditemani pambakal Bahat dan mantir Tuweh sudah berada di tepi sungai Barito. Kami juga berhasil mendapatkan sebuah perahu jukung milik warga yang bersedia disewa untuk kepentingan ritual di tengah sungai.
"Ada pelampung, mang?" tanyaku.

"Kalau mau, ada ban dalam yang bisa dijadikan pelampung. Biasa digunakan anakku. Kayaknya muat dengan badan pian," sahut pemilik jukung.
Aku mengernyitkan dahi mendengar jawabannya. Aku ingin menolak, tapi pak Salundik justru memaksa. Karena tidak ada pilihan, terpaksa kukenakan pelampung ban dalam itu. Memang agak sesak, tapi lebih baik daripada tidak ada pelampung sama sekali.
Apabila naik kelotok, aku tidak ada rasa khawatir. Namun kalau naik perahu jukung, entah kenapa aku benar-benar takut terjatuh ke sungai.

Di langit, senja kuning kemerahan telah muncul pertanda hari akan gelap.
Sayup-sayup suara mengaji di mesjid kecamatan terdengar berkumandang, menandakan sebentar lagi akan memasuki waktu sholat magrib.Tidak jelas alasan pak Salundik memaksaku untuk menemaninya melakukan ritual di tengah sungai.
Katanya karena aku memiliki tanda kamiyak, maka komunikasi dengan mahluk dari alam sebelah akan lebih mudah.
Sementara kami mendayung jukung ke arah hulu, pambakal dan mantir menanti di teras lanting atau rumah apung milik haji Badri.
Sewaktu tadi mau berangkat, haji Badri yang bersiap sholat magrib di mesjid terlihat heran dengan tingkah kami yang ganjil.

"Pahari, kenapa tidak tunggu setelah sholat magrib saja, lebih aman. Sarak saru seperti ini banyak mahluk halus berkeliaran," tegur haji Badri.
"Kali ini masalah kami cukup berat, pak haji. Tidak ada pilihan, ritual harus dilakukan tepat setelah adzan magrib selesai berkumandang," terang pak Salundik sembari menghela nafas pendek.
Haji Badri tak kuasa menahan walau ia tampak tidak setuju. Ia hanya mengangguk dan membiarkan kami melanjutkan rencana yang telah disusun dengan matang.

Aku di bagian depan agak kesulitan mendayung karena ban dalam yang melingkar di badan membuat tidak leluasa bergerak.
Aku hanya bertugas mendayung, sementara yang mengarahkan jukung adalah pak Salundik yang duduk di buritan.

Kami membawa jukung sangat hati-hati agar sesaji yang ditaruh di bagian tengah tidak terjatuh ke sungai.
Perahu bergoyang-goyang diterpa arus deras, sementara langit semakin gelap dan gema adzan magrib sayup-sayup terdengar.

Jantungku berdebar-debar melihat air sungai yang hampir sejajar dengan tinggi perahu jukung.
Kutaksir hanya dua jari dari bibir jukung, maka air akan masuk dan menenggelamkan perahu kecil ini ke dasar sungai.

Aku semakin khawatir saat langit sepenuhnya gelap, tidak ada yang terlihat kecuali cahaya dari headlamp yang kami pakai.
Sejauh mata memandang, sungai Barito benar-benar diselimuti gelap pekat, tidak ada cahaya lampu dari perahu nelayan maupun cahaya kelotok yang lalu lalang.

Saat sarak saru seperti ini, memang tidak ada orang yang berani berkeliaran.
Konon, saat perpindahan terang ke gelap, adalah waktunya mahluk halus keluar dari sarang. Hanya saja, pasti ada hal yang sangat mendesak sehingga pak Salundik berani berbuat nekat.
Tubuhku mulai basah karena keringat bercampur percikan air sungai. Barulah sekarang kusadari kalau arus air Barito begitu deras, padahal permukaannya terlihat tenang.
Ketika kami telah benar-benar berada di tengah sungai, pak Salundik menyuruh untuk berhenti mendayung.
Suara kumandang adzan kini telah lenyap, hanya terdengar suara arus sungai yang menerjang dinding jukung. Sementara pak Salundik menyiapkan segala sesuatu untuk ritual, perahu mulai hanyut terbawa arus deras.
Aku benar-benar merasa gugup karena jukung mulai bergetar dan terombang-ambing dihantam gelombang. Apalagi, air sungai sesekali masuk ke dalam jukung membuatku semakin cemas. Udara dingin yang menerpa kulit juga membuat perasaan semakin was-was.
Di tengah sungai saat ini hanya ada kesunyian, benar-benar mencekam. Di dalam hati, aku selalu mengucap dzikir dan shalawat tanpa henti.

Selang beberapa saat, Pak Salundik yang tadi di buritan kemudian mendekat, lalu mengoleskan kapur sirih di tengkukku.
"Tenang saja, mungkin tanda kamiyak ini akan berguna," selorohnya.

Aku hanya mengangguk tanpa membantah sedikit pun.

"Tutup matamu, dan jangan menoleh ke belakang," perintah pak Salundik seraya menyerahkan sehelai kain hitam.
"Ke-kenapa pak?"

"Sudah, kerjakan saja. Mahluk halus penghuni sungai lebih sensitif dari yang di darat."

Sekali lagi kuturuti kemauannya. Kemudian terdengar suara korek gas, mungkin ia sedang menyalakan lilin.
Setelah menyuruhku mematikan headlamp, senandung doa dari mulut pak Salundik kembali terdengar.

Tepat setelah adzan magrib berhenti, pak Salundik melakukan ritual pakanan batang danum. Yaitu ritual untuk memanggil makhluk halus penghuni sungai.
Entah apa yang terjadi, kurasa angin semakin sepoi-sepoi berembus dan perahu mulai berputar pelan di tengah sungai. Dalam keadaan mata tertutup, aku mencengkram kedua sisi jukung sangat erat.
Bulu kudukku mulai merinding saat terdengar suara cipratan air, seolah ada yang muncul dari dalam sungai. Di belakang, lantunan doa-doa Pak Salundik menggema, bersahutan dengan suara air yang mulai bergemuruh.
Tanganku mencengkram sisi jukung semakin erat ketika badan jukung mulai bergetar. Gigiku bergemeretak karena badan jukung mulai miring ke kiri dan kanan seolah ada yang menggoyang dari dalam sungai.
Aku semakin khawatir dan membaca surah-surat pendek dalam hati sewaktu cipratan demi cipratan air menerjang wajahku. Entah apa yang dilakukan pak Salundik, sepertinya mahluk-mahluk halus penghuni sungai mulai bermunculan.
Ada keinginan untuk mengintip, tapi ketakutan terjatuh ke sungai lebih menguasai. Kian detik, jukung kami semakin bergoyang seperti ayunan.

Setelah beberapa saat, lantunan doa pak Salundik berhenti seiring jukung yang kembali tenang.
Suasana benar-benar hening kecuali deru nafas pak Salundik yang terdengar kencang. Untuk beberapa saat aku terdiam dicekam ketakutan hingga kemudian terdengar makian dari mulut pak Salundik.

"Penipu! Dasar mahluk halus penipu!"
Pak Salundik memaki yang kemudian dibalas suara tawa yang sangat berat. Aku terhenyak dan menutup mata rapat-rapat walau sudah ada kain hitam yang membekap erat kedua mata. Buluh kudukku mulai merinding dan tubuhku gemetaran.
Suara mahluk itu benar-benar menciutkan nyali dan membuat jantung deg-degan. Untuk sesaat aku mematung dan tidak bisa bergerak, antara kaget dan takut mendengar suara tawa yang menggema.
Byuurr...

Terdengar suara sesuatu terjatuh ke dalam sungai, sepertinya sesaji yang dilempar pak Salundik.

"Kasno, kita kembali!" seru pak Salundik lantang.
Dengan sigap kubuka penutup mata dan kembali mendayung menuju pinggir. Tidak jelas apa yang terjadi, raut cemas bercampur amarah terpancar jelas di wajah pak Salundik. Matanya bahkan melotot karena emosi.

"Kasno, jangan menoleh! Dayung saja!" bentak pak Salundik.
Mendengar nada pak Salundik yang panik, aku jadi ikutan panik. Aku mulai mendayung bagai orang kesurupan hingga nafasku ngos-ngosan dan tubuh banjir keringat.

Aku benar-benar tegang karena jukung yang kami bawa mulai tidak stabil.
Entah apa yang terjadi, arus sungai terasa bagaikan ombak di laut. Arus sungai semakin liar, terus menghantam badan jukung bertubi-tubi. Badan jukung miring ke kiri dan ke kanan, hanya beberapa senti dari garis air.
Beberapa saat aku tercekat, saat di depan air tiba-tiba bergerak membuat arus berputar.

"Kasno, jangan melamun! Di depan ada lesung undang!" teriak pak Salundik di buritan.
Dengan gugup aku kembali mendayung, berusaha membawa perahu menghindar dari isapan arus berputar yang mulai menyeret perahu. Di samping, gelembung air bermunculan diiringi suara gemuruh, persis seperti air mendidih.
Gelembung perlahan menghilang, berganti dengan munculnya wajah pucat yang sangat lebar.

"Astagfirullahul azim!" Aku menjerit kencang.

Wajah di permukaan air itu terlihat sangat lebar, selebar nyiru penampi beras. Aku terhenyak, kaget bercampur takut jadi satu.
Tanganku yang memegang dayung gemetar dan tidak bisa digerakkan.

"Kasno, jangan dilihat! Terus mendayung!"

Teriakan pak Salundik di belakang menyadarkanku. Sekuat tenaga kami mendayung, berusaha menjauh dari isapan arus berputar.
Aku menatap lurus ke depan, mengerahkan seluruh tenaga untuk membawa jukung ini ke lanting haji Badri. Namun, godaan untuk melihat ke samping perahu terus bergelayut di pikiranku. Aku berusaha menepis, tapi godaan untuk menatap wajah itu terasa sangat sulit dilawan.
Tak tahu datang darimana, aku nekat kembali menatap wajah mahluk yang samar-samar mengambang di permukaan sungai.

"Astagfirullahul azim!" ucapku dengan nada kencang.

"Kasno goblok!" pekik pak Salundik penuh amarah.
Namun terlambat, tubuhku mematung dan tak bisa bergerak. Dayung di tanganku pun telah terlepas, hanyut di bawa arus dan hilang entah dimana. Aku benar-benar bagaikan kena hipnotis, hanya berdiam diri menatap mahluk mengerikan itu.
Di hadapanku, terpampang jelas wajah pucat dan lebar mengambang di permukaan air. Wajahnya sangat kontras dengan malam yang gelap. Disorot cahaya headlamp, terlihat kalau wajah itu memiliki mulut vertikal.
Rambutnya yang hitam pekat bergoyang-goyang dibawa gelombang, terurai bagaikan tikar yang hanyut di permukai sungai.

Aku bergidik ngeri sewaktu mahluk aneh itu membuka mulutnya lebar-lebar. Arus air mulai berubah, tersedot ke dalam mulut mahluk itu.
Kemudian terdengar suara gaduh di belakang, rupanya pak Salundik mendekat dalam keadaan panik.

"Kasno, sadar!"

Pak Salundik menepuk pundakku berkali-kali, tapi aku tetap bergeming. Tubuhku benar-benar kaku dan mati rasa.
Di permukaan air, mahluk itu menghilang ke dalam sungai diikuti isapan arus.

Jukung semakin bergoyang-goyang, sedangkan pak Salundik terus berusaha menyadarkanku yang tidak bisa bergerak.
Semakin lama, perahu semakin bergerak tidak terkendali dibawa arus, terombang ambing kesana kemari. Bagai sedang arum jeram, jukung terhentak-hentak diterjang arus liar.
Tiba-tiba pak Salundik memekik tertahan, sewaktu gumpalan rambut dari dalam sungai membelit tubuh dan mencekik lehernya dengan kencang. Gumpalan demi gumpalan terus berdatangan menutupi tubuhnya, hingga hanya mata dan mulutnya yang terlihat.
Jukung bergoyang-goyang di tengah sungai karena pak Salundik berusaha berontak.

Pak Salundik melotot dengan mulut menganga, gumpalan rambut itu mencekik lehernya sangat kencang. Pak Salundik bergelojotan mencari napas, seolah berteriak meminta tolong.
Tangannya bergerak-gerak, tapi rupanya rambut-rambut itu membelit tubuhnya sangat kuat.

Byuuurr...!
Aku ternganga, pak Salundik terjatuh ke sungai. Aku hanya bisa menahan nafas dalam diam, melihat gumpalan rambut itu menyeret tubuh pak Salundik semakin dalam ke dasar sungai yang gelap.

...berkentang...

Sampai jumpa malam Jumat. Tabe😇🙏 Image

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Jun 30
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 26 : Hantu Banyu

Bantu Retweet dan Quote tweet ya.

@IDN_Horor
#ceritaserem #ceritahoror #ceritamalamjumat #malamjumat #kasnoout Image
Aku tercekat beberapa saat menyaksikan pemandangan mengerikan di depan mata. Tangan pak Salundik melambai-lambai di permukaan, gelagapan meminta tolong. Helai demi helai terus membungkus badannya tanpa ampun.
Tubuhnya timbul tenggelam diseret arus sementera jeritnya semakin melemah.

Aku ingin meminta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa. Hati kecilku merasa bersalah tapi memang tidak ada yang bisa kulakukan kecuali terdiam mematung.
Read 58 tweets
Jun 26
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 23 : Rahasia Di Balik Rahasia

@IDN_Horor #bacahorror #bacahoror #ceritaserem #ceritaseram #threadhorror #kalimantan #dayak #banjar #melayu #santet
"Gerson, apa yang kau sembunyikan," ujar pak Salundik lirih, hampir tidak terdengar.

"Sepertinya aku harus bertemu Gerson. Firasatku mengatakan ada yang ia sembunyikan. Mungkin, ada jawaban siapa pengirim parang maya misterius itu," lanjutnya.
Setelah pamit, rombongan kami lantas meninggalkan rumah duka, menyusuri jalan desa menuju rumah pak Gerson. Kali ini, pak Sekdes juga ikut, entah apa tujuannya.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya kami tiba di rumah pak Gerson.
Read 90 tweets
Jun 23
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 22 : Banjir Darah di Belantara

Siapkan menthal untuk menikmati kentang kali ini. Jangan lupa Retweet dan Quotetweet ya 😇

#ceritaserem #ceritahoror #threadhorror #ceritamalamjumat #malamjumat #kalimantan #dayak #banjar #melayu Image
Pria itu lantas memperkenalkan dirinya dengan nama Rinto, yang ternyata masih sepupunya mendiang pambakal Dehen. Keterangan itu sontak membuatku dan pak Salundik kaget sekaligus waspada. Rupanya, Rinto adalah calon pambakal bohongan yang diceritakan pak Gerson tempo hari.
Kendati demikian, aku dan pak Salundik berusaha menahan diri dan bersikap biasa. Apalagi Rinto lantas meminta maaf atas kesalah pahaman beberapa malam kemaren.
Read 46 tweets
Jun 21
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 21 : Kematian Dehen

Jangan lupa Retweet dan Quotetweet yak, supaya den mas Kasno bahagia 😇

#ceritaserem #ceritahoror #kalimantan #threadhorror #bacahoror #kasnoout #savekasno
Aku menggigil dan tanganku gemetar, saat dinginnya bilah mandau yang tajam menyayat-nyayat tenggorokan hingga jakunku terasa sangat sakit. Belum cukup, pak Salundik kini menyayat punggungku seperti memotong roti. Namun, anehnya tidak ada darah yang keluar.
Hanya perih yang terasa di punggung meski tidak ada luka segores pun."Sinikan tanganmu!" sentak pak Salundik.

Masih terheran-heran, kubiarkan pak Salundik menyayat lenganku. Aku merasa ngeri saat mandau itu berusaha merobek kulit dengan kuat.
Read 55 tweets
Jun 14
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 18 : Palas Mandui

Bantu Retweet dan Quotetweet ya. Selamat membaca.

@IDN_Horor @P_C_HORROR @ceritaht
#ceritaserem #ceritahoror #bacahoror #threadhorror #santet #dayak #kalimantan #banjar Image
Aku tertegun mendengar ucapan pak Salundik. Aku bahkan tidak berani menatap matanya yang menyala-nyala disulut amarah.

"Maksud bapak, bapak akan membalas perbuatan Dehen?" tanyaku.

Pak Salundik hanya menghela nafas dan menatap kosong ke arah lain. Matanya redup menahan tangis.
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang ayah, apapun resikonya," balasnya dengan suara bergetar.

Kata-kata pak Salundik membuat yang lain saling lirik. Semua bungkam antara setuju atau tidak.
Read 42 tweets
Jun 12
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 17 : Nenek di Atas Atap

Jangan lupa reply, retweet dan quote tweet ya.
Selamat membaca, tabe 🙏

@IDN_Horor @P_C_HORROR @ceritaht
#ceritaserem #ceritahoror #bacahoror Image
Kulihat, ada puluhan patung kayu ulin yang bergerak-gerak di tiang penopangnya. Satu-satu mereka berhasil lepas dan mengelilingiku sehingga tidak ada celah untuk kabur.

Aku benar-benar gila, tidak bisa membedakan antara mimpi atau kenyataan.
Yang paling mengerikan, patung prajurit Dayak yang menghunus mandau terus bergerak mendekat.

Aku ingin lari tapi rasa takut lebih menguasai. Rasa takut membuat kakiku tidak bisa melangkah. Tubuhku terdiam, berdiri dengan lutut gemetar.
Read 44 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(