Malem sob!
Karena lagi suntuk,ane akan menuliskan satu cerita pendek buat nemenin akhir pekan kalian.
Seperti biasa, sebelum mulai yuk ramein tritnya dengan rt dan like sekalian.
Kalo udah so let the haunt begin!
*****
Hotel kumuh yang berada di pinggiran kota itu lengang dan sangat sunyi.
Sonya berjalan pelan menyusuri lorong di lantai tiganya yang sepi.
Hanya dia sendirian di sana, tak ada seorangpun yang melintas, entah itu karyawan atau tamu yang sedang menginap.
Sesaat Sonya ragu, kalau ia akan bertemu dengan kliennya di sini.
Tapi berdasarkan alamat yang dikirim oleh Johan,mucikarinya, jelas bahwa lokasi tempat mereka akan bertemu berada di dalam hotel ini.
Sampai juga ia di kamar no.69.
Sesuai dengan isi pesan, si klien telah menunggu di dalam. Sonya mengetuk pintu sekenanya, lalu masuk sambil mengucap salam.
"Selamat malam.. ".
Seorang lelaki tua sedang duduk di bangku dekat ranjang. Kepalanya menoleh saat melihat kehadiran Sonya.
"Yah, selamat malam! ", kata orang itu, parau.
Sonya sedikit terkejut ketika melihat calon kliennya tersebut. Ia setengah tak yakin akan sanggup melayani orang yang sudah terlalu tua.
"Hei, kenapa melamun? Ayo mendekatlah kesini!", sapanya dengan ramah.
Sonya pun menghampiri orang tua itu walau uring-uringan.
Ia masih merasa ragu.
"Namamu Sonya,kan? Betul? ", tanyanya.
" Betul! Dan anda tuan Pedro? " , balas Sonya, berusaha tenang.
Si pak tua tertawa pelan.
"Yah, kau bisa memanggilku dengan nama itu.. " jawabnya.
Sebenarnya ada perasaan sungkan di hati Sonya untuk melayani orang tua semacam Pedro ini. Terlebih lagi usianya yang sudah terlalu lanjut. Sonya tak mau menanggung resiko bila ada kejadian diluar dugaan.
Tubuh Pedro sangat gemuk dan agak berbau tak sedap. Rambut di kepalanya menipis dan anehnya ia tak mau melepas kacamata hitamnya, padahal ia sedang berada di dalam ruangan. Mungkin saja matanya rusak, pikir Sonya.
"Ehmm, bagaimana kalau kita langsung mulai saja? ", tukas Sonya. Ia malas untuk berbasa-basi dan ingin urusan ini lekas selesai.
Pedro tersenyum.
" Tentu, tentu saja! Lebih cepat malah lebih bagus! Bukan begitu? ", katanya, senang.
Pedro mulai melepas semua pakaiannya yang kebesaran. Lalu ia menelungkupkan tubuhnya yang bugil di atas ranjang.
Kulit dibadannya dipenuhi dengan bercak-bercak putih dan kecoklatan. Sonya berjengit jijik melihatnya.
Akan kulabrak Johan nanti, tega sekali dia memberikanku klien yang buruk macam ini, ancam Sonya dalam hati.
Dengan enggan, ia juga mulai melepas busana yang dikenakannya.
"Ohoho, kau tak perlu sampai telanjang seperti itu, manis! ", kata Pedro, ketika Sonya hendak menurunkan celana dalam.
" Tapi, ini termasuk servis dari saya.. ", jawab Sonya, sedikit heran.
"Alah, tak usah! Kau sudah cukup menggairahkan tanpa harus membuka seluruh pakaian! ", ucap orang tua itu.
Aneh, batin Sonya. Biasanya para lelaki yang memakai jasanya sangat menuntut kalau ia harus tampil benar-benar polos saat melayani. Namun, Pedro ini berbeda.
Tak berlama-lama, ia pun ikut naik ke atas ranjang. Dengan sebotol minyak pelumas, ia mulai memijat tubuh Pedro yang lebar.
Proses memijat dan mengurut ini dilakukan sebagai pemanasan sebelum masuk ke sesi yang berikutnya.
Namun, memijat badan Pedro yang dipenuhi lemak membutuhkan energi besar, Sonya jadi agak kewalahan.
Pedro mendesah.
"Enaknya! Terampil sekali tanganmu mengurut! ", katanya dengan mata terpejam, menikmati setiap sentuhan.
" Terima kasih.. ", Sonya menjawab ringkas.
Mereka diam sesaat, sementara tangan Sonya terus memijat-mijat bagian tubuh Pedro.
"Sudah lama kau bekerja? ".
Sonya terpaku sejenak.
" Aku tak ingat, sepertinya sudah cukup lama! ", ia menjawab.
"Oh ya? Pantas saja sepertinya kau sudah sangat menguasai bidangmu", ungkap Pedro. " Jujur, aku salut! ".
" Sudah memang seharusnya, kan? ", ucap Sonya, dingin.
Pijatan di tangannya berpindah ke bagian pinggang Pedro. Karena perutnya yang membuncit, pinggang itu jadi ikut melebar. Lagi-lagi, ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengerjakan daerah tersebut.
"Kalau aku boleh tahu, kenapa kau memilih profesi yang seperti ini? ", tanya Pedro lagi. " Sayang sekali, wanita secantik dirimu bisa jatuh ke dalam pekerjaan hitam semacam ini! ".
Sebetulnya, Sonya jengah untuk menjawab hal-hal tentang kehidupannya karena itu semua bersifat pribadi.Tapi demi kepuasan pelanggan, ia mau bicara juga.
"Yahh, mau bagaimana lagi!Aku tak sempat mengenyam pendidikan tinggi dan tak punya keahlian atapun kemampuan lain selain ini!"
"Itu karena kau tak pernah mau mencoba! ", tukas Pedro, enteng.
Sonya diam.
Risih rasanya harus melayani klien yang serba ingin tahu dan suka ikut campur urusan orang lain.
" Maaf, tuan!Tapi aku tak mau membahas apapun lagi! ", kilahnya, sebal.
Si pak tua terkekeh.
"Tidak!Bukan itu maksudku, manis! Aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat saja! Kau tahu.. ", katanya.
" Ada sesuatu di matamu!Kau menyimpan duka yang berat di dalam hati dan matamu itu tak bisa membohongi!".
Duka? pikir Sonya. Kok dia bisa tahu?
Siapa orang tua ini?
Pedro bangun dari posisinya, lalu ia duduk di sebelah Sonya yang terlihat gamang.
"Engkau memang ahli di bidang ini, namun sayang semuanya kau lakukan dengan terpaksa, dengan setengah hati.. "
".. tiada kegembiraan dan kepuasan di dalam batinmu. Bahkan senyummu sendiri pun sering kau palsukan. Apa aku benar? ", ucap Pedro dengan lugas.
Benar, batin Sonya berkata.
Profesi kotor ini sudah lama dilakoninya, tapi memang tak pernah sungguh-sungguh ia jalankan. Bahkan, ia muak dan jijik pada pekerjaannya, juga pada diri sendiri.
Ingatannya melanglang kembali ke masa lalu, ketika ia mulai beranjak remaja. Karena keterbatasan ekonomi, terpaksa ia harus berhenti bersekolah. Saat ayahnya terlilit hutang gara-gara hobi berjudi, ia nyaris dijual si ayah kepada lelaki hidung belang.
Untungnya ia sempat diselamatkan oleh sang ibu. Namun, kemalangan masih belum puas untuk menyertainya. Dengan biadab, suami baru ibunya malah memperkosanya, padahal waktu itu ia baru berusia 15 tahun.
Setelah semua kejadian yang menghancurkannya, Sonya memutuskan untuk minggat. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan Johan, pria yang sekarang menjadi mucikarinya. Dan si Johan juga yang bertugas mencarikan pelanggan yang mau dilayani olehnya,dengan kata lain ia menjual diri.
Tak pernah terbersit dalam benak Sonya, kisah hidupnya akan tragis seperti ini. Air matanya bersimbah mengingat semua momen mengerikan tersebut.
"Maaf, aku tak bermaksud untuk membuatmu sedih, manis! Namun tak masalah untuk mengingat kembali masa lalu, seburuk apapun itu! ", ucap Pedro,menenangkan.
" Aku.. aku tak tahu harus apa.. *, tukas Sonya tersedu-sedu. Entah kenapa, perasaannya serasa hancur.
"Tanpa kau katakan pun aku sudah dapat melihat semuanya, cantikku. Mungkin kau hanya butuh teman untuk bicara! ",ungkap Pedro lagi.
Teman?
Ah, aku sudah lupa rasanya punya teman, batin Sonya, sesak. Tak pernah ada seorangpun yang bisa ia anggap sebagai teman.
Johan? Bukan, yang Sonya tahu, pria licik itu hanya memanfaatkan dirinya saja.
Rekan-rekan seprofesinya? Mereka juga bukan, mereka bahkan selalu iri dan menganggapnya sebagai rival yang harus disingkirkan.
Ia selalu sendirian, selalu kesepian, tanpa teman, tanpa sahabat.
Tangis Sonya makin kencang. Batinnya makin pedih.
"Aku ingin mati saja.. ", raungnya.
Pedro malah tertawa.
"Sudah beberapa hari ini kau memikirkan tentang kematian, benar begitu sayang? ".
Sonya mengangguk.
" Aku.. memang ingin semuanya berakhir. Sungguh aku tak sanggup lagi harus hidup seperti sekarang... ", isaknya.
Pedro tersenyum penuh makna.
"Tenanglah manis! Karena itulah aku ada disini. Untuk membebaskanmu dari segala kesulitan.. ", imbuhnya.
Tangannya meraih sebotol anggur dan dua buah gelas kristal yang tersedia di meja.
"Sungguh suatu kisah yang sangat berharga. Untuk itu, manisku, akan kita rayakan malam ini. Marilah bersulang bersama! ", kata Pedro sambil menyerahkan segelas anggur merah kepada Sonya.
Namun, sekilas ia tampak ragu.
"Tapi, apa mungkin aku akan mendapat kesempatan untuk bertobat sebelum mati? ", desisnya.
Pedro menggelengkan kepala.
" Kenapa harus kau pusingkan tentang tobat? Tuhan telah melihat semua penderitaanmu. Ia pasti akan mengampuni! "
"Benarkah? ", tanya Sonya, lirih.
Dicecapnya sedikit anggur di dalam gelas. Rasanya yang segar memaksa dia untuk meminumnya lebih banyak lagi.
Wajah Pedro menyeringai.
Pandangan Sonya mulai berputar-putar.
Satu panggilan masuk di ponsel Sonya yang tergeletak di atas kasur.
Dari Johan.
Dengan gerak tertatih, Sonya menjawab panggilan tersebut.
"Jo..Johan.. "
"Hei Sonya! Brengsek! Kemana saja kau? Tuan Pedro sudah lama menunggumu di kamarnya, tapi kenapa kau tak muncul-muncul juga heh?! Cepat temui dia atau kalau terlambat, kau akan tahu akibatnya!! ", bentak Johan di ujung telepon sana.
Kembali Sonya terperangah. Ia menatap ke Pedro yang kini sedang tersenyum mengerikan.
Ia hendak menjawab perkataan Johan, namun entah kenapa tenggorokannya seperti tersumbat. Batang lehernya tercekik.
"Sepertinya sudah ketahuan ya.. ", ujar Pedro sambil tergelak pelan.
" Sayangnya, sudah terlambat untuk mencabut keputusan! Kau sudah meminta untuk mati bukan? ".
Nada suaranya menggidikkan.
"Kau.. kau bukan Pedro! Sebenarnya kau ini..siapa?", kata Sonya dengan suara tercekat.
Pedro melepas kacamata yang terus melekat di wajahnya.
"Aku bisa menjelma sebagai Pedro atau siapapun yang engkau mau! Namun, sesungguhnya aku adalah Iblis! Iblis yang akan membawa jiwamu lenyap dari dunia ini! Hahahaha!! ".
Mata itu bersinar merah seiring dengan berubahnya wujud Pedro menjadi sosok yang menakutkan.
Dua pasang tanduk mencuat dari sisi kepalanya, disertai dengan munculnya taring yang menonjol dari celah bibir. Liurnya menetes menjijikkan.
Sonya terpekik tertahan, ia tak dapat mengeluarkan jeritan. Ia sungguh ketakutan.
Bola matanya mendelik keatas. Tubuhnya mengejang dan mulutnya menyemburkan busa. Ia terjengkang ke lantai sambil kelojotan.
"Kau... kau... ", desisnya, namun ia tak dapat menyelesaikan ucapannya.
Matanya membeliak penuh ekspresi ngeri, sampai akhirnya ia harus meregang nyawa.
Sonya pun telah tiada.
Ia telah tewas.
Si Iblis terkekeh-kekeh menyaksikan tubuh Sonya yang setengah telanjang tergolek lemah di lantai. Ia tertawa puas. Sebelum beranjak ia membisikkan sesuatu.
"Berhati-hatilah dengan keinginan burukmu! Karena jika sampai terdengar olehku, maka aku akan segera datang untuk mengabulkan keinginanmu itu! Hehehehe... "
Sosok misterius itu lalu menghilang, meninggalkan jasad Sonya yang jiwanya berhasil ia rampas.
Kamar di dalam hotel itu kembali sepi dan lengang seperti sediakala.
*****
'Seorang wanita penghibur ditemukan tewas dalam kamar di suatu hotel di pinggir kota. Tak ada tanda-tanda kekerasan yang terdapat pada jasad korban. Diduga korban tewas karena bunuh diri dengan cara meminum racun yang dicampur dengan anggur. Dan kasus ini masih terus ditelusuri'.
Johan terdiam melihat isi berita di TV. Ia menahan amarah. Tak disangka kalau Sonya akan nekat menghabisi nyawanya sendiri. Ia pasti sangat tertekan.
Dimatikannya televisi , kemudian cepat-cepat ia pergi dari apartemennya sebelum pihak berwenang datang untuk menanyai tentang kasus tewasnya Sonya.
- Selesai -
Sekian untuk cerita malem ini sob! Jumpa lagi kita di trit ane yang berikutnya.
Good night en sleep tight!
*****
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Malem sob!
Kisah berikut ini terjadi di sekitar awal tahun 90 yang silam.Bagian dialognya akan ane tuliskan dengan menggunakan bahasa melayu sesuai dengan latar asli ceritanya namun tanpa ane cantumin terjemahan karena masih bisa dipahami dengan mudah.
Nama tokoh yang bersangkutan dan tempat seperti biasa akan ane samarkan demi kenyamanan bersama. Dan seperti biasanya juga yuk ramein tritnya dgn like dan rt sekalian.
Malem sob!
Kisah yg akan ane tulis di bawah ini merupakan sebuah peristiwa yg pernah terjadi beberapa waktu yang lalu. Nama-nama tempat dan tokoh yg bersangkutan akan akan ane samarkan demi kenyamanan bersama.
Sebelum kita mulai, yuk ramekan tritnya dgn like rt dan komen sekalian.
Malem sob!
Kisah yg akan ane tulis di bawah ini merupakan sebuah peristiwa yg pernah terjadi di kota ane beberapa waktu yg lalu. Nama dan tempat akan ane samarkan utk menjaga nama baik pihak yg bersangkutan.
Sebelum mulai, yuk ramein tritnya dgn like rt dan komen sekalian.
Kalo udah, so let the haunt begin!
Jadi ini semak-semak di sebelah rumah ane. Sebulanan yg lalu kira2, pas ane lagi diluar rumah ada suara anak-anak ketawa dri arah semak ini.Padahal baru sekitar jam 8an gtu. Masih gak malam2 amat. Beberapa harinya pas emak ane lgi makan malam di dapur, blio juga denger ada-
-suara tangisan gtu,tpi yg nangis ini kata blio kyak suara anak bayi. Berdasarkan dari pengalaman diatas, jadilah kisah berikut yg idenya ane dapet dari suara di semak-semak tadi.
Sewaktu ane lagi ngerjain naskahnya, ada juga satu kejadian. Sekitar jam 10 malem saat ane sibuk nulis tu kisah, ada suara emak ane manggil ane dari arah luar jendela kamar. Udah jam 10 malem dan emak ane manggilin dri jendela? Padahal emak ane lgi nyante dikamarnya.