Halo, nama ku Renata. seorang ibu rumah tangga. di podcast spesial horor ini, aku mau berbagi cerita seram dan menakutkan yang pernah kualami. kejadian tersebut bermula saat aku dan suami harus pindahan dari rumah kontrakan yang lama kami ke rumah kontrakan yang baru.
Kami memutuskan pindah rumah kontrakan dengan pertimbangan memilih yang di komplek perumahan, selain itu lebih dekat dengan kantor suami . kebetulan juga masa kontrakan rumah yang lama sudah akan habis satu bulan kedepan.
Rumah kontrakan kami yang baru lebih kecil dari sebelumnya. sebuah rumah type 42 dengan luas tanah 80, lebih dari cukup buat kami berdua. kami menikah sejak tiga tahunan yang lalu tetapi kami belum dikaruniai anak.
Hari itu, aku sendiri pergi ke rumah kontrakan yang baru untuk bersih bersih, persiapan untuk pindahan rumah minggu depan. sedangkan suami masuk kerja. saat membersihkan ruangan kamar utama aku menemukan sebuah buku diary kecil tergeletak di pojokan ruangan.
Pasti pemilik penghuni rumah sebelumnya, pikirku. sekilas kulihat untuk pertama kalinya, didalamnya sudah penuh catatan tangan. Singkat cerita akhirnya kami pindah ke kontrakan rumah baru.
Dan kesan selama hampir sebulan menempati nyaman nyaman saja, bahkan lebih enak dari kondisi di kontrakan yang lama. tapi keadaan mulai berubah menyeramkan setelah aku tergoda untuk membuka dan membaca-baca buku diary yang kutemukan itu.
Terus terang aku memang penasaran dengan isi diary itu. dari tampilan bukunya yang bersih, sampulnya yang lucu bergambar bunga bunga berwarna pink dan tulisan tangan yang bagus dan rapi.
Akhirnya suatu malam, disaat aku sendirian di rumah menunggu suami pulang lembur kerja, akupun mulai membuka diary dan membacanya, meskipun tanpa seijin yang punya tentu saja.
Tapi ya sudah aku tidak perduli, toh aku tidak mencuri diary ini, aku menemukannya, jadi kurasa tidak apa apa kalau aku membacanya.. langsung kurebahkan badanku di atas bantal. untung saja semua pekerjaan rumah sudah ku selesaikan, makan malam suami pun sudah kusiapkan.
Jadi aku bisa leluasa dan fokus membaca diary itu. kulirik sejenak jam di HP, menunjukkan pukul 10 malam, dan sore harinya suamiku sudah mengirim pesan whatsapp kalau dia harus lembur kerja sampai malam, mungkin sekitar jam 11-12an baru sampai rumah.
Kubuka diary itu, di halaman paling depan, tertulis sebuah nama, umur dan zodiaknya. kubaca pelan, dan aku jadi tahu nama pemilik diary ini Diana, umur 25 tahun, dan berzodiak Libra. hemmm.. dua hal terakhir sama denganku.. umur dan zodiaknya..
Dari gaya tulisannya, aku yakin dia seorang wanita. akupun semakin penasaran ingin mengetahui lebih jauh isi diary itu.
lembar demi lembar mulai kubaca diary itu, dan ternyata pemiliknya, Diana, cukup rajin menulis diary setiap hari, dan aku mulai menikmati isi tulisannya.
Mungkin Diana adalah seorang penulis, pikirku. karena gaya penulisannya yang sangat bagus membuatku sangat menikmati membacanya. kadang aku tertawa sendirian saat Diana menuliskan pengalaman lucunya di rumah ini bersama suaminya.
Dan ikut larut sedih saat dia menceritakan hal-hal menyedihkan yang dia alami. ternyata Diana sama denganku, dia tinggal di rumah ini berdua bersama suaminya saja, sepertinya dia juga belum diberi momongan anak.
Dari isi tulisan yang sudah sempat kubaca sebelumnya, tidak pernah satupun dia menyebutkan soal anaknya atau orang lain saat dia menghuni rumah ini.
Oiya suaminya seorang pegawai bank disebuah bank BUMN.. aku baru sadar, ternyata profesi suaminya sama dengan suamiku. suamiku adalah seorang pegawai bank juga, meskipun di bank swasta bukan bank BUMN seperti suaminya.
Tapi sama sama bank. aku mulai merasa heran. setelah ku ingat-ingat ada banyak persamaan antara aku dan Diana. umur kami sama. zodiak kami sama. pekerjaan suami kami sama. bahkan kami sama sama belum mempunyai momongan anak. aneh.
Tapi aku mulai berpikir bahwa semua itu hanya kebetulan belaka.
aku teruskan membaca diary. kulirik sejenak jam dinding di tembok kamar, sudah jam 11 malam. kuambil HPku dan kubuka, siapa tahu ada pesan dari suamiku. tapi belum ada. yaudah, berarti belum selesai lembur kerjanya.
Soalnya suami bilang kalau sudah selesai dan siap siap pulang rumah, dia akan menelponku.
kuraih kembali buku diary yang sempat kutaruh di atas meja rias. aku kembali asyik membaca. tiba-tiba aku berhenti membaca, pandanganku heran melihat tulisan di diary.
Aku ragu, dan membalikkan lembaran kertas ke halaman sebelumnya, sebelumnya bahkan sampai halaman awal. dan benar, ada yang aneh dan tidak biasa. sebelumnya tulisan di buku diary ini menggunakan tinta bolpoint warna hitam.
Tapi di halaman yang baru saja kubuka itu, dan selanjutnya sampai ke halaman paling belakang, menggunakan tinta bolpoint warna merah. mungkin tintanya pas habis pikirku.
Tapi tetap saja aneh dan tidak biasa, setidaknya buatku, menulis sesuatu, seperti diary, pakai tinta bolpoint warna merah. bikin mata nggak nyaman saat membacanya.
Tapi, keingintahuanku mengalahkan rasa tidak nyaman di mataku saat harus membaca tulisan bertinta warna merah. dan akupun melanjutkan kembali membaca. tapi perlahan aku mulai bertambah tidak nyaman bahkan cenderung mulai gelisah dan merasa takut.
Bukan karena tulisan bertinta bolpoint wrna merah, tapi karena isi tulisannya. begini tulisan Diana yang membuat jantungku mulai berdebar-debar:
"13 Maret 2020.. hai Diary, sudah hampir satu tahun lamanya kami mengontrak di rumah ini, baru kali ini aku merasakan ketakutan tinggal di rumah ini. bahkan ketakutan ini terus menerus datang menggangguku. seakan ingin mengusirku dari rumah ini..
Padahal kamu tahu sendiri Diary, sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal-hal itu.. aku mulai sering mengalami kejadian kejadian horor yang menakutkan dan menyeramkan.. dan anehnya kejadian itu hanya muncul saat aku sendiri dan Mas Johan tidak ada di rumah..
Entah itu sedang kerja atau sedang keluar rumah.." aku menghela nafas dan berhenti sejenak membacanya, dan entah kenapa aku mulai merasa gelisah dan takut. oiya, MAs Johan itu suaminya Diana.. aku kembali melirik jam dinding. tidak terasa sudah pukul 12 malam.
Tapi suamiku belum juga menelponku. aku meraih HP dan berniat menelpon suamiku, tapi langsung aku urungkan niat itu, aku tidak mau mengganggu suamiku yang sedang lembur kerja. aku hanya mengirim pesan whatsapp: pah, nanti kalo dah selesai jangan lupa telpon ya.
Tak berapa lama, suamiku membalasnya: oke sayang, sabar ya, semoga kerjaan cepat selesai.
akupun mulai tenang. dan kulanjutkan membaca diary itu. entah kenapa waktu itu aku tidak berhenti membaca saja biar rasa gelisah dan takut itu hilang.
Tapi sepertinya rasa penasaran dan keingintahuanku lah yang membuatku memutuskan untuk terus membaca. 14 Maret 2020.. hai Diary.. aku mau cerita kejadian seram tadi malam..
Kejadian seram yang hampir sama dengan sebelum sebelumnya.. tadi malam Mas Johan harus kembali pulang malam, karena ada meeting dengan pimpinan dari pusat. kata Mas Johan bisa sampai tengah malam meetingnya, maklum ada program penting yang harus dibahas, begitu kata Mas Johan..
Akupun mulai cemas saat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. cemas karena di jam jam segitulah aku sering mengalami peristiwa horor di rumah ini.. dan betul saja.. tadi malam peristiwa itu kembali terulang..
Ada suara ketukan pintu, kupikir Mas Johan, tapi saat kubuka, tidak ada orang..
Dan diluarpun suasana tampak sepi, semua pintu rumah di komplek perumahan yang satu blok dengan rumahku sudah terkunci dan tidak ada siapapun.. akupun masuk kembali.. tapi beberapa menit kemudian terdengar ketukan pintu lagi, dan kubuka, tidak ada orang lagi..
Kejadian itu terulang hampir sepuluh kali, sampai akhirnya Mas Johan pulang dan memanggil manggil namaku..
15 Maret 2020.. hai Diary, akhirnya aku menceritakan semuanya ke Mas Johan, aku mulai tidak betah di rumah ini..
Karena setiap malam saat Mas Johan tidak ada di rumah aku selalu mengalami kejadian-kejadian horor yang membuatku sangat ketakutan.. ada ketokan ketokan pintu yang menyeramkan.. untung Mas Johan memahami dan kamipun memutuskan untuk mulai mencari kontrakan baru..
Aku berhenti membaca, dan pikiranku melayang kemana mana.. aku mulai merasakan cemas, gelisah dan takut. sama seperti yang dirasakan Diana waktu itu..
"Tok tok tok..." suara ketokan pintu membuyarkan lamunanku.. entah kenapa, tiba tiba aku merasa takut, bulu kudukku berdiri.. aku hanya terdiam di atas tempat tidur bukannya beranjak menuju pintu depan.. aku terbayang isi tulisan Diana di dalam diary yang baru saja kubaca..
Apakah ini ketokan pintu yang Diana maksud.. "tok tok tok.." suara ketokan pintu muncul kembali.. untung kamar utama kami menghadap langsung ke halaman depan, jadi cukup dengan membuka sedikit korden aku bisa melihat kondisi diluar..
Dalam kondisi masih sedikit takut, aku membuka sedikit korden jendela dan mengintip dari celah celah bukaannya.. aku melihat sosok lelaki di depan.. tiba-tiba terdengar lagi suara ketokan pintu dan sebuah suara tok tok tok.. mama sayang.. ini papa..
Persis suara suamiku.. sekali lagi aku mencoba melihat lagi sosok orang di depan pintu, dan akhirnya aku lega, dan aku yakin sosok itu adalah suamiku.. aku bergegas lari turun dari tempat tidur dan menuju ruang depan.. kubukakan pintu.. kenapa nggak nelpon dulu pa?
Tanyaku mengingatkan janji suamiku kalau sudah selesai lembur kerja dan mau pulang.
Maaf ma, papa lupa. jawab suamiku singkat. loh? dimana mobilnya pa? mogok ya. kok tidak dibawa pulang. akupun baru sadar bahwa sedari tadi aku tidak melihat mobil suamiku. iya mogok, tadi papa naik ojek, yuk masuk.. jawab suamiku pelan.
Sepertinya capek sekali. perlahan kutatap wajah nya yang tampak sayu dan lelah. kasihan suamiku lembur kerja sampai jam segini, kataku dalam hati. suamiku tampak tersenyum dan menggandengku masuk. sesaat yang lalu, saat aku menatap wajah suamiku, aku merasa ada sesuatu yang aneh.
Tapi apa itu, aku sendiri tidak tahu. papa mandi dulu ya ma. ucap suamiku pelan. aku menganggukkan kepala, mengunci pintu depan dan menuju ke meja makan bersiap menghangatkan masakan untuk makan malam suamiku. baru saja melangkah,Hp ku berbunyi, nada dering tanda ada pesan masuk.
Kubuka, ada pesan whatsapp masuk, dari suamiku. aneh mungkin pesan yang terpending dan telat masuk, kubuka dan isinya: "maaf ma, papa masih lembur, pekerjaan belum bisa selesai sesuai jadwal, mungkin bisa sampai jam 3 an..
Mama tidur duluan saja.. ayah bawa kunci cadangan kok, love you mama.." aku langsung terdiam, berdiri kaku di depan pintu yang baru saja aku kunci. jantungku seperti berhenti berdetak. rassa takut, ingin menangis, ingin menjerit, jadi satu..
Dan mendadak aku teringat hal aneh yang kulihat tadi saat menatap wajah suamiku.. aku hafal betul suamiku.. dia punya tahi lalat besar di bawah bibirnya, dan tadi yang kulihat sebuah wajah seperti suamiku dengan tahi lalat... di atas bibirnya.
-TAMAT-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Pramono adalah seorang penjual cilok keliling yang biasa berkeliling desa dengan sepeda ontelnya. Setiap hari, ia berangkat pagi dan pulang menjelang senja, berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya untuk menjajakan cilok buatannya yang terkenal lezat.
Namun, malam itu berbeda. Karena pesanan khusus untuk sebuah acara keluarga, Pramono harus bekerja lebih lama dari biasanya.
Ketika ia akhirnya menyelesaikan pesanan terakhirnya, langit sudah gelap dan malam mulai terasa mencekam.
Sudah menjadi rutinitas harian bagi Marni dan suaminya, Joko, untuk berangkat ke pasar sebelum subuh. Sejak mereka menikah, kegiatan berdagang sayur-mayur ini telah menjadi mata pencaharian mereka.
Setiap hari, mobil pickup tua mereka berderak membelah keheningan pagi, menuju pasar untuk membeli dagangan yang akan dijual kembali di kampung. Selalu ada kebersamaan dalam perjalanan itu, canda tawa ringan atau obrolan hangat yang menemani mereka melintasi jalanan sepi.
Malam itu, hujan turun dengan deras. Kilat menyambar di langit, seakan-akan memperingatkan sesuatu yang tidak diinginkan. Di sebuah kafe kecil di pinggiran kota, dua sahabat, Ardi dan Bima, sedang menikmati kopi hangat mereka.
Mereka baru saja pulang dari perjalanan bisnis yang melelahkan, dan rencana mereka adalah untuk kembali ke rumah secepat mungkin. Namun, ada satu hal yang mengganggu mereka: jalan pintas yang bisa memotong waktu perjalanan hampir setengahnya.
Joko baru saja tiba di Jakarta dengan harapan besar. Setelah bertahun-tahun membantu ayahnya di desa membuat bakso, ia memutuskan untuk merantau ke ibu kota. “Jakarta itu kota dengan sejuta peluang,” kata tetangganya ketika Joko berpamitan.
Namun, di balik harapan itu, Joko tidak bisa menghilangkan perasaan ragu yang menghantuinya. Bagaimana kalau dia tidak berhasil? Bagaimana kalau baksonya tidak laku?
Setelah beberapa hari di Jakarta, Joko akhirnya menemukan gerobak bekas yang dijual dengan harga terjangkau.
Di Desa Sukawani, malam tirakatan menyambut Hari Kemerdekaan selalu menjadi momen yang dinanti-nanti. Sejak pagi hari, seluruh warga desa, dari anak-anak hingga orang tua, bergotong royong menyiapkan segala hal untuk perayaan tersebut.
Tenda-tenda dipasang di lapangan utama desa, bendera merah putih berkibar dengan gagah di setiap sudut, dan panggung sederhana dihiasi dengan kain merah putih serta lampu-lampu kecil yang berkedip-kedip.
Malam sudah larut, dan udara dingin perlahan menyelimuti desa. Paijo, seorang penjual nasi goreng yang setia pada profesinya, memulai rutinitas malamnya. Setiap malam, ia mendorong gerobak kayu tuanya yang sudah setia menemaninya selama bertahun-tahun.
Roda gerobaknya berdecit halus, mengiringi langkah-langkahnya di jalanan desa yang sepi. Suara-suara malam, seperti serangga dan angin yang berdesir di pepohonan, menjadi teman setia dalam perjalanannya.