Creepylogy Profile picture
Dec 10, 2022 37 tweets 7 min read Read on X
-Bagian 7-

Akhir pekan akan terasa lebih panjang bagi siapa yang tidak punya rencana cukup baik. Demikian yang dirasakan Kenduri. Dua hari tersebut selalu menyebalkan karena ia tidak pernah tahu cara melewatkannya dengan baik.
Meskipun menurutnya akhir pekan tak ada sangkut pautnya dengan isu gejolak kawula muda, yaitu pacaran, tetap saja ia tidak suka.
Sebab ia lebih banyak membuang waktunya dengan cara yang membosankan; Menaruh baju kotor di laundry, beberes kamar, membaca, dan selebihnya bermalas-malas.

Untuk selanjutnya Kenduri akan melewatkan Sabtu-Ahad dengan cara yang sama.
Kenduri bangun pagi. Berjalan-jalan mengitari lingkungan lalu pulang dengan sebungkus sarapan. Makan pagi dikerjakan di ruang makan. Mulanya sendiri, tetapi tidak begitu lama datanglah satu orang penghuni, menyapa Kenduri dengan hangat.
Gadis itu menoleh untuk membalas sapa alakadarnya. Senyum pria itu agaknya mengingatkan Kenduri pada seseorang, tetapi ia tidak begitu yakin. Tetapi sebentar kemudian ia terkilas sesuatu; Lelaki itu adalah penghuni kamar nomor 16.
Pria itu duduk di depan Kenduri dengan sebelumnya bertanya, apakah ia tidak keberatan duduk berdua. Kenduri tak berberat hati.
"Bagaimana menurutmu selama tinggal di sini?" pertanyaan pria itu menjadi awal mula pembicaraan pagi.

"Biasa saja," sahut Kenduri. "Maksudnya, aku belum punya pengalaman menjadi anak kos.
"Ya," ujar lelaki itu, "Pasti ada yang pertama dalam setiap hal."

"Sudah lama tinggal di sini?"

Jawab lelaki itu, "Tujuh tahun."

"Itu termasuk lama," kata Kenduri, "kakak pasti sudah kenal setiap sudut tempat ini."
Pria itu tertawa enteng, "Kupikir aku bisa lebih lama lagi di rumah ini."

Kenduri melahap sarapannya tanpa merasa terganggu apa pun.

"Kamu bisa panggil aku Barry," kata lelaki itu.
"Seperti nama aktor laga," timpal Kenduri.

"Sebetulnya papaku juga sudah beberapa kali bekerja dalam produksi film Barry Prima."

Kenduri tertawa enteng saja. Untuk kali pertama sejak berada di Jakarta akhirnya dia bisa tertawa.
"Begitukah asal mulanya?"

"Tentu saja itu cuma kebetulan. Aku lebih dulu lahir sebelum film pertamanya."

Hasana muncul dari dalam sehingga pembicaraan itu terhenti sementara. Ibu kos segera menyirami tanaman, menyapu, dan memeriksa beberapa sudut ruangan itu.
Kenduri sesekali mengamati Hasana dan kagum, karena ia mengerjakan banyak hal dengan cepat walau pincang kaki sebelah.

Setelah ibu kos kembali ke rumahnya, Barry melanjutkan, "Bagaimana ceritanya kamu sampai kemari?"
"Seseorang memberitahuku tempat ini."

"Oh, begitu. Mungkin dia kenalan lama Bu Hasana atau Pak Nasikhin. Atau aku salah?"
Kenduri memicingkan mata sambil menerka, "Bagaimana dia begitu tepat menebak? Oh, sudah tentu diberitahu tuan tanah."

"Berarti aku benar," kata Barry diiringi senyum.
"Sebenarnya dia..."

"Tak penting lagi dia siapa, intinya seperti itu."

Kenduri sudah selesai dengan sarapannya, kemudian pergi ke pancuran air di dapur untuk membilas piring kotor, lalu kembali ke kursinya.
"Bolehkah aku berpendapat tentang sesuatu, ehm, tapi mungkin saja sensitif," kata gadis itu.

"Tentu."

"Menurutku semua orang di sini terlalu penyendiri, oh, atau mungkin aku saja yang belum terbiasa dengan keadaan."
"Seperti itulah kata pendatang."

"Maksud kakak, semua kos di Jakarta begini atau..."

"Seperti itulah di sini. Orang-orang banyak berubah beberapa tahun belakangan."
Kenduri tak mengerti maksud perkataan itu. Hanya seakan-akan ada sesuatu yang menyebabkan orang-orang itu berubah.

"Kamu boleh bertanya kalau tidak mengerti," ujar Barry.

"Ah, bukan itu. Maksudku, lupakan saja. Ehm..."
"Tapi kami saling mengenal dan mengerti satu sama lain."

"Oh, begitu, ya."

"Apakah kamu cukup betah di tempat ini?"
Kenduri merasa tidak cukup cepat menyesuaikan perasaanya dalam pembicaraan yang berlompat-lompat.

"Menurutku rumah ini seharusnya menjadi hunian yang menyenangkan, bukan?"
"Ya, aku setuju. Tetapi kamarnya terlalu besar untukku," ujar Kenduri.

"Benar juga. Itu pendapat yang umum. Karena itu sebagian kamar kos diisi berdua."
"Jadi, penghuni kos ini lebih dari 21 orang?"

"Seharusnya 26. Tetapi aku tidak yakin. Aku sendiri menyewa kamar untuk berdua."

"Kupikir kakak belum menikah."
"Bukan," tepis Barry, "satu lagi adikku."

"Dia kuliah?"

"Sesuai ingatanku, seharusnya masih."
Kenduri tertawa lagi dan Barry menimpalinya dengan tawa yang lebih kaku. Masih belum ada penghuni kamar lain yang muncul, tetapi Kenduri tak mempermasalahkan hal itu. Baginya, ada orang di rumah itu yang bisa diajak bicara sudah cukup melegakan.
Padahal Kenduri tidak terlalu mudah bergaul. Namun, keadaan kos yang terlalu sepi dan penyendiri telah mengubah pembawaannya, paling tidak untuk pagi ini.
"Seingatku, kamarmu cukup panas siang hari dan tangganya sempit," lanjut Barry.

"Itu benar! Tapi aku cepat menyesuaikan diri."

"Belum tentu. Kamu butuh waktu lebih lama beradaptasi di sini."
"Yang paling penting sewanya sangat murah," kelakar Kenduri. "Ya, omong-omong, kakak sepertinya kenal kamarku. Pernah tinggal di sana?"

"Semua orang mengenal kamar itu, bahkan kami seakan-akan lebih peduli pada kamar pojok daripada kamar kami sendiri."
Itu adalah sejenis jawaban yang membuat Kenduri tak nyaman. Hanya, di saat yang sama, ia ingin menanyakan beberapa hal yang berurusan dengan kamarnya.

Lantas bertanya gadis itu, "Apa sebenarnya rahasia yang tersimpan di kamarku?"
Begitu pun sebaliknya. Saat Kenduri bertanya tentang itu, berubahlah garis wajah Barry. Pipinya menoleh ke kanan ke kiri dan seketika ia berubah canggung.

"Benarkah kamarku berhantu?"
Barry terdiam sambil menggerakkan tangannya tidak karuan.

"Siapa sebenarnya gadis berambut ikal yang hampir kalian habisi kemarin malam?"

Perubahan sikap Barry makin karuan. Ia hendak pergi secepatnya. Tetapi baru saja berdiri, gadis itu menahan tangannya.
Barry melirik ke kiri dan Kenduri langsung melacak ke arah itu. Tanpa disadari sebelumnya, Hasana tengah mengamati mereka, berdiri sambil memegangi pegangan tangga rubanah. Kenduri berusaha memahami pemandangan itu meski ia tak mengerti apa-apa.
Sejenak berselang, Hasana beranjak turun hingga wujudnya tak lagi terlihat. Setelahnya Barry buru-buru meloloskan tangannya.

"Ceritakan tentang itu!" desis Kenduri penuh tuntutan.
Barry hanya menundukkan pandangan sembari menjauh. Tak mau menyerah, Kenduri membuntutinya sambil terus mendesak.

Akhirnya Barry berbisik di lorong, "Tidak ada hantu di kamarmu, melainkan di bawah."

"Rubanah?"

Barry mempercepat langkahnya.

***
Bersambung...

Sudah tamat di Karyakarsa. Silakan untuk baca duluan. Terima kasih dukungannya 🙏
karyakarsa.com/Creepylogy/rub…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Apr 25
–RASUK–

Bayangin lagi asyik tidur, pasanganmu tiba-tiba bertingkah begini...

@IDN_Horor @bacahorror @P_C_HORROR Image
(BAGIAN 5)

Pukul 8 malam. Marissa sedang berada di butiknya, di dalam ruangan tempat ia mengatur pekerjaannya dan pekerjaan orang-orang yang bekerja untuknya. Akhir-akhir ini ia mencoba kembali pada rutinitas yang dulu. Kembali menangani bisnisnya secara langsung alih-alih mengamanatkan seluruhnya kepada orang lain. Hal itu pun sebetulnya tidak salah. Marissa dikelilingi orang-orang yang dapat diandalkan dan tidak suka lancung. Ia banyak terbantu terutama di masa-masa sulit, dan karenanya menjadi lebih bersyukur.

Marissa hanya perlu menyelesaikan sedikit lagi pekerjaan sebelum pulang. Dua orang pegawai masuk ke dalam ruangan lalu duduk bertentang ke arahnya. Bos tailor itu ingin menanyakan ketersediaan stok beberapa jenis bahan serta koleksi blazer untuk seorang pembawa berita televisi. Kemudian pegawai-pegawainya segera memberikan jawaban yang memuaskan dan masuk akal, dan karenanya mereka bisa pergi dengan tenang. Selanjutnya Marissa menelepon manajer restoran Minang yang baru dirintisnya, membahas tentang pengganti kapten koki restoran yang harus dirumahkan untuk sementara waktu karena terkena saraf kejepit. Manajer restoran juga memberi jawaban yang menenangkan. Katanya, itu bukan saraf kejepit yang melumpuhkan, dan keadaan kapten koki itu sudah membaik setelah diobati seorang tabib saraf dari Pelabuhan Ratu.
Read 21 tweets
Apr 23
–Dibunuh, mayatnya dicor di dapur–

Didi Hartanto (42) sudah menganggap tukang langganannya, Ijal (31) sebagai orang kepercayaan. Kunci rumah pun kadang dititipkan padanya. Namun Ijal malah membunuh Didi dengan alasan amat sederhana, "Terpaksa, butuh uang." Image
Didi tinggal sendiri di komplek Bumi Citra Indah, Cihampelas, Bandung Barat. Ia bekerja di Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu sebagai honorer. Untuk keperluan berberes rumah dan pertukangan, ia mempekerjakan Ijal yang notabene tetangga dekat.
Ijal sendiri punya reputasi terpuji sebagai tukang serabutan. Tetangga-tetangga yang lain pun kerap meng-hire pria itu untuk bersih-bersih kebun hingga memperbaiki genteng.
Read 19 tweets
Apr 18
–RASUK–

4

izin tag @IDN_Horor @bacahorror Image
Saat dini hari itu mulai merayap, dengan lampu-lampu yang telah padam dan orang-orang yang mendengkur dalam rasa aman sentosa, maka waktu itulah Amara mendengar gong yang teramat keras gaungnya. Suara itu berasal dari batinnya yang paling dalam, yang tidak dapat disadap telinga siapa pun melainkan dirinya. Gaung kematian.

Di bawah ranjang kayu dia masih berbaring, dengan mata terpasang bulat, dengan irama jantung yang urakan. Ia tak mau menipu diri sendiri, bahwa rasa takut itu ada. Bagaimana bila nantinya gagal, bagaimana jika tertangkap polisi dan dihadapkan dengan para pengadil dan penuntut, bagaimana kalau sesudah petualangannya yang penuh bahaya itu keluarga Syahresa masih lolos dari maut. Bagaimana dan bagaimana dan bagaimana lainnya, kekhawatiran itu semakin berbiak-biak dan menakutkan. Amara dicabik ketakutannya sendiri. Tanggung jawab siapa lagi dia berada di situ, dan siapa pula yang mau menolongnya.
Read 27 tweets
Apr 5
–RASUK–

Bagian 3

Rahasia tentang tumbal ratusan jiwa. Akan ada serentet pembantaian setelah ini.

Diperkenankan retweet 🙏🏿 Image
3

Fakta-fakta bermunculan bagaikan bebatuan yang menggelinding dari atas bukit. Tidak ada yang senang dengan kenyataan tersebut. Betapa tidak, hingga sekarang telah dipastikan sebanyak 21 bekas penghuni kos tewas dengan sebab kematian dibunuh dan bunuh diri.
Read 50 tweets
Mar 31
–Rangkuman kasus bunuh diri sekeluarga di apartemen–

Boom! Bunyi benda jatuh itu terdengar amat keras. Memancing orang-orang di sekitar Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara berdatangan. Ada yang sempat mengira itu sekawanan burung. Rupanya manusia, sekeluarga pula. Image
Sang suami EA (50) dan istrinya AIL (52), ditengarai mengotaki tragedi ini. Sabtu, (9/3) sekitar pukul 16.00, mereka tiba dengan taksi di Tower Topaz, Apartemen Teluk Intan. Bersama mereka yaitu JW (13) dan JL (16) yang merupakan anak kandung.
Sebelum tiba di apartemen, keempat orang itu singgah dulu di rumah makan untuk islam alias isi lambung. Setelah cukup terisi, mereka melanjutkan perjalanan.
Read 17 tweets
Mar 13
–Rahasia Jembatan Panus–

(3)

Awal muawal Land Depok Image
3

Kegelapan melingkupi malam, dengan hanya sekelumit cahaya yang berpijar dari lampu berbahan bakar minyak. Lampu itu dipasang di sebuah cagak kayu. Apinya menjilat-jilat serta mengeluarkan asap hitam. Walaupun bercahaya alakadarnya, itu sudah lumayan untuk menerangi pemandangan di sekelilingnya ketimbang gelap gulita.
Read 43 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(